3 Faktor Penting Mendapatkan Partner Bisnis

Melakukan bisnis sendiri memang lebih mudah dalam hal bebas menentukan jenis bisnis apa yang diminati, merekrut tenaga kerja, mengambil keputusan yang strategis, menentukan kemana arah bisnis yang menurutnya terbaik, dan sebagainya. Tetapi bisnis perorangan tanpa partner juga melelahkan dan membutuhkan tenaga ekstra, memerlukan biaya modal yang lebih besar, apalagi bila bisnisnya sudah mulai besar dan membutuhkan ide-ide yang lebih segar.

Bila Anda merasa bahwa modal Anda tidak mencukupi lagi, membutuhkan orang yang dapat saling berbagi ide, yang dapat menanggung kerugian bersama-sama bila bisnis sedang lesu, maka mencari partner adalah salah satu solusinya.

Pada jaman Nabi Musa pun, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau Alaihis Salam untuk bertemu dengan Firaun yang terkenal dengan kekejamannya, kesombongannya, bahkan mengaku sebagai Tuhan, Nabi Musa memohon kepada Allah agar diberikan seorang partner. Oleh karena itu seperti yang tersebut dalam QS Taha 29-32, Allah menjadikan Nabi Harun (saudara Musa) sebagai seseorang yang membantunya ketika Nabi Musa menjalani masa kenabian dan menyampaikan ajaran Islam.

Mencari partner bisnis memang tidak mudah, karena Anda harus dapat menemukan seseorang yang benar-benar dapat dipercaya, berbagi tanggung jawab dan risiko untuk mencapai tujuan bersama. Partner bisa saja orang yang sudah Anda kenal lama, namun bisa juga orang yang bukan teman atau keluarga. Selama memiliki kesamaan tujuan, hobi, minat, dan misi yang sama, orang tersebut bisa menjadi partner yang baik.

Partner bisnis bisa pria atau wanita, tetapi menurut Betsy Polk dan Maggie Ellis Chotas dalam bukunya Power Through Partnership; How Women Lead Better Together, mengatakan bahwa partner wanita  lebih sulit karena bila wanita memiliki partner pria, pria cenderung lebih terbuka/langsung ke tujuan, fokus dari tindakan ke hasil yang diperoleh. Sementara bila memiliki partner wanita, ‘perasaan’ menjadi sesuatu yang sentral. Wanita bersedia memberikan kontribusi lebih dan mengharapkan hubungan kerja yang lebih berliku daripada yang bersifat terus terang.

Tetapi keuntungannya memiliki partner bisnis sesama wanita adalah saling memahami satu sama lain, terutama bila masing-masing partner sudah berkeluarga, memiliki anak-anak yang membutuhkan waktu ibunya lebih banyak, partner wanita bisa saling membagi waktu apabila anaknya sedang sakit, atau hal mendesak lainnya sehingga waktu yang tidak fokus ke bisnis bisa ditutup oleh partnernya.

Dalam partnership, terdapat faktor berbagi komitmen untuk bekerja bersama-sama agar tujuan yang disetujui di awal terbentuknya partnership ini dapat tercapai. Lalu bagaimana kita dapat menentukan partner bisnis yang tepat? Menurut Betsy dan Maggie, sebelum mencari partner terlebih dahulu harus mengevaluasi diri sendiri. Pengalaman, cita-cita, dan asumsi apa yang Anda miliki. Bila sudah jelas asset, kebutuhan dan keinginan Anda, Anda akan lebih mudah menemukan partner yang sesuai.

Menurut Betsy dan Maggie, 3 hal penting yang perlu diperhatikan dalam menemukan partner yang sesuai adalah,

  1. Complementary skills, talents, and interest. Bila anda memiliki hobi memproduksi kerajinan, memiliki bakat seni, mampu melukis dengan baik, tapi tidak memiliki jiwa bisnis, tidak pandai mempromosikan produk dan memasarkannya, Anda perlu mencari orang yang dapat menutup kekurangan tersebut.
  2. Shared Values. Values adalah beliefs (keyakinan) yang berarti bagi Anda dan yang dapat menjelaskan mengapa berarti. Bisnis model yang kuat akan mencerminkan nilai-nilai ini dan kolaborasi yang efektif menjembataninya sehingga partner dapat saling menggabungkan kekuatan dan kelebihan yang mereka miliki untuk menjalankan nilai-nilai yang ingin dipenuhi.
  3. Compatibility. Compatibility yaitu kepercayaan dan saling menghargai dalam menjalankan usaha bersama.

Namun demikian, walaupun Anda sudah berhati-hati dan merasa bahwa Anda sudah menemukan partner bisnis yang cocok, konflik sesama partner bukan hal yang jarang terjadi. Perbedaan pendapat, salah faham, tidak adanya keterusterangan atau ketidakjujuran salah satu partner bisa saja muncul, apalagi bila bisnisnya sudah berlangsung lama.

Bila konflik dalam bisnis itu terjadi, Anda harus saling membuka pikiran dan hati, mengingat kembali mengapa Anda bersama-sama melakukan bisnis tersebut. Fokus kepada konflik yang menurut Anda telah mengganggu pikiran, dan bersikaplah saling terbuka. Bila konflik yang terjadi bisa Anda atasi bersama maka tingkat kepercayaan diri, saling percaya, dan komitmen bersama partner Anda akan semakin besar.