Bantaran Kali Code Penuh Warna

Kali Code mungkin identik dengan kampung Romo Mangun Gondolayu, karena perjuangan YB Mangunwijaya seorang rohaniwan dan budayawan pada tahun 1980-an untuk menata Kali Code menjadi lebih ceria penuh warna, lebih rapi dan tidak terkesan kumuh, serta memiliki warga yang lebih berpendidikan. Wilayah Kali Code utara tepatnya di utara Jalan Sudirman Yogyakarta merupakan sisi Kali Code yang belum sepopuler wilayah selatan yang sudah seperti kampung warna warni. Menurut salah satu penggerak daerah Kali Code sisi utara, Masruchan, dalam satu RW di daerahnya memiliki sekitar 156 KK, dan jumlah penduduknya mencapai sekitar 450 jiwa yang terdiri dari RT 26, 27, 28, dan 29. Sementara dari sekian jumlah penduduk, penduduk muslimnya mencapai 95%.

Masruchan, yang aktif untuk terus berdakwah di Kali Code ini sebenarnya bukan asli Yogyakarta. Beliau sendiri berasal dari sebuah desa kecil di Cirebon Jawa Barat tepatnya Desa Panggangsari. Anak ke-5 dari 6 bersaudara, putra almarhum KH. Kurdi Chasan dan ibu Hj.Siti Rochmah, ini tinggal di Terban Yogyakarta tepatnya di bantaran Kali Code sejak mahasiswa pada akhir tahun 2000. Kegiatan kesehariannya mengajar, sebagai penyuluh non-PNS di kemenag Kota Yogyakarta, pengisi pengajian di majelis taklim dan pemateri pelatihan perawatan jenazah secara Islam. Berkat ketelatenan dan dukungan dari beberapa pihak termasuk dari mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran UGM yang tergabung dalam KaLAM (Keluarga Muslim Cendekia Medika), kegiatan pemuda-pemudi di bantaran Kali Code menjadi semakin aktif.

Masruchan dalam kegiatan Ramadan

KaLAM dijadikan sebagai wadah keluarga muslim Fakultas Kedokteran dalam bersilaturahim dan berkarya. Kini sudah tahun ke-6 KaLAM membantu aktivitas Code. Menurut salah satu pengurus KaLAM ketua bidang pelayanan umat, Anita Winda Amalia, aktivitas yang dilakukan rutin oleh KaLAM adalah mengajar TPA di masjid Al-Hikmah, dan juga program lain di waktu khusus seperti di Bulan Ramadan. Tahun ini bersama dengan teman-teman PPPA (Program Pembibitan Penghafal Al-Quran) mengadakan beberapa program edisi Ramadan di desa Kali Code seperti kajian tematik, lomba untuk anak-anak, sembako murah, bagi-bagi souvenir dan buka puasa bersama. Kesibukan para mahasiswa ini di kampus terutama adanya tuntutan akademik menjadi kendala utama mereka para mahasiswa untuk istiqomah datang di tiap jadwal mengajar di TPA ataupun program lainnya, ujar Anita.

Jumlah masjid pinggiran Kali Code dari Jalan Sudirman sampai Jalan Prof.Dr. Sardjito ada Masjid Al-Hikmah, Nidaul Jannah, Al-Karim, Al-Mabrur, serta satu Musholla Al-Fajar. Masjid mulai dibangun di pinggiran Kali Code sekitar tahun 1980-an bertepatan dengan pergerakan pengembangan daerah yang digerakkan oleh Romo Mangunwijaya.

Masjid Al-Hikmah atapnya sudah dicat kembali

Masjid Al-Hikmah, berlokasi tepat di dekat pintu masuk gang menuju perumahan Kali Code perempatan Terban, berfungsi sebagai masjid sejak tahun 1985, sementara sebelumnya hanya merupakan musholla kecil. Atas keikhlasan tokoh setempat almarhum Bapak H.Danuri, masyarakat setempat biasa memanggil beliau pak haji, mewakafkan tanahnya untuk kegiatan keagamaan masjid. Selanjutnya dibangun menjadi masjid berkat kedermawanan almarhum Bapak H. Ismail (pemilik toko batik Terang Bulan di Yogyakarta). Dengan semangatnya beliau dalam dakwah, berusaha untuk membentengi aqidah umat dari pergerakan yang berseberangan dengan nilai-nilai serta ajaran Islam, masjid ini aktif hingga sekarang.

Anak-anak Kali Code bersama sukarelawan remaja

Bahkan setiap Bulan Ramadan, masjid ini memiliki banyak kegiatan. Tahun ini mereka menggerakkan kegiatan warga seperti kerja bakti masjid dan kampung menyongsong Ramadan, sholat subuh dan tarawih berjamaah, kultum serta ceramah, ifthor/ta’jil, tadarus bersama selepas tarawih, belajar mengaji dengan metode AlBarqy, pesantren literacy, pembagian zakat, edukasi penyuluhan hidup bersih dan sehat serta pemeriksaan kesehatan jama’ah, dan sederet aktivitas lain.

Di luar Ramadan, kegiatan di masjid ada TPA setiap Senin, Rabu dan Jumat mulai pukul 16:30 sampai Maghrib kemudian dilanjutkan dengan bimbingan belajar santri TPA, serta setoran hafalan surat. Selain itu ada kegiatan rutin seminggu sekali buat ibu-ibu dan bapak-bapak, serta pengajian bulanan untuk memberantas buta huruf baca AlQuran dengan belajar membaca Al-Qur’an metode Al-Barqy. Ada juga kegiatan mendampingi dan mempelajari agama buat muallaf, merawat jenazah warga serta jamaah dari mulai membimbing ketika sakaratul maut sampai memakamkan secara Islam, serta yang terbaru (berjalan sekitar 4 bulanan) adalah  taman baca Kali Code di masjid.

Saya bersama anak-anak Kali Code dan sukarelawan remaja

Alhamdulillah kini anak-anak yang aktif di kegiatan masjid seperti TPA sekitar 35 anak. Saya sendiri pernah berkunjung ke Masjid Al-Hikmah pada Bulan Ramadan tahun lalu, menemui anak-anak TPA yang ceria dan ingin terus belajar. Walaupun ruang belajar hanya 1 ruang, dipakai untuk segala usia dari TK hingga dewasa, dan difungsikan untuk segala macam kegiatan, namun mereka masih mau datang setelah pulang sekolah. Sementara lantai 2 masjid yang tidak seberapa luas ini digunakan untuk sholat berjama’ah.

Menuju pintu masjid Al-Hikmah

Ramadan tahun ini sedikit berbeda.  Kampung ini secara bertahap diperbaiki, jalan setapak yang dulu tidak ada pagar pembatas dengan sungai kini sudah diberi pagar kawat, sehingga tidak lagi membahayakan anak-anak yang berjalan kaki di sana. Jalan bertangga yang merupakan pintu masuk ke perkampungan sudah dicat warna warni agar kampung terlihat menarik dan bersih, serta anak-anak semakin betah dan rajin datang ke masjid. Hal yang menginpirasi menjadi kampung warna warni ini disamping sisi selatan yang sudah lebih dulu penuh warna, adalah keinginan memiliki kampung seperti yang mereka lihat di youtube dimana ada sebuah kota tertata rapi dan bersih walau struktur geografisnya sama, ujar Masruchan.

Tangga yang sebagian sudah selesai dicat

Harapan kedepan bagi Masruchan dan warga Code, adalah adanya kesan bahwa kampung mereka tertata rapi, menarik, dan bisa dikunjungi wisatawan domestik maupun asing yang bisa memberikan efek positif. Apalagi bila masyarakat setempat bisa berjualan dan banyak pembeli dari pengunjung, itu selaras dengan agenda perluasan dan pengembangan masjid yang kedepannya diharapkan bisa menjadi wisata religi. Masjid menjadi ikon untuk daya tarik dengan berbagai macam kegiatan keagamaan yang bisa dikembangkan dan dikolaborasi. Kendala sekarang untuk pengembangan masjid sebagai ikon masih terbatas, baru ada tanahnya dan masih proses IMB di pemkot. Kita doakan semoga semakin banyak donatur yang bisa mewujudkan impian mereka.