Berhaji Ke Baitullah

Picture 5 - Kiblat

Bulan haji telah tiba
Bulan Dzulhijjah tepatnya
Bulan di mana begitu banyak peristiwa bersejarah tercatat di dalamnya
Bulan di mana umat muslim berbondong-bondong
menyesaki kota suci Makkah
Untuk berhaji ke Baitullah

Kain ihram adalah pakaiannya
Warna putih simbol kesucian,
kesetaraan, dan kemenangannya
Di sini, tak ada yang namanya pejabat, atau si miskin,
Juga si kaya

Semua sama dan sederajat di hadapan Ilahi
Datang dengan keikhlasan dan hati tulus suci
Menghadirkan diri hanya untuk Sang Rabbul Izzati
Peroleh kemenangan jika jihadnya mampu dilalui

Inilah ladang jihad,
Tanpa harus berselempangkan sangkur terhunus
Tanpa harus membawa bom-bom bunuh diri
Cukup membawa kerendahan hati untuk bersujud pasrah kepada-Nya
dalam untaian doa dan iringan zikir-zikir cinta
Serta berbekal kebersahajaan diri
Untuk menghadapi jutaan umat yang berbeda ras,warna kulit,
Adat, budaya, dan bahasa

Salam jumpa disampaikan melalui thawaf
Kalimat talbiyah terus dilantunkan:
“Labbaik allahumma labbaik…
Labbaika laa syariika laka labbaik…”

Membelenggu hati-hati yang keruh
Agar tinggal kebeningannya yang tersisa
Berputar menuju kilas balik
Yang berlawanan arah dengan putaran jarum jam
Agar hanya energi positif saja yang tertinggal

Padang Arafah menjadi saksi
Bagi insan-insan yang berwukuf sebagai penyempurna ibadah haji
Mereka terisak, tersedu, bahkan meraung,
Mengiba penuh harap dan cemas, penuh haru dan rindu
Dalam doa-doa khusyuk mereka…
Akankah pinta kami diterima?…

Bermalam di Muzdalifah dan Mina
Melontar Jumrah juga dilaluinya
Bukan hanya melempari makhluk-makhluk jahat yang dulu mengganggu
Nabi Ibrahim dan keluarganya
Namun juga membuang jauh-jauh kejahatan
Yang sejatinya juga melekat dalam jiwa kita

Pelaksanaan ibadah haji pun lalu usai
Namun, apakah jiwa-jiwa kita telah menjadi bersih
Akankah ibadah haji kita diterima dalam kesempurnaan?
Ataukah hanya sekedar mengejar status,
Tanda diri telah melaksanakan rukun yang kelima sebagai hamba yang mampu

Apakah engkau terima pertobatan kami ini ya Allah…
Sementara hati ini masih terus mendengki, iri, dan riya
Takabbur dan juga pendendam
Rasa ego dan ingin dipuji masih terus mengintai
Keserakahan masih terus menguasai
Permusuhan dan pertikaian masih menjadi jalan pintas

Sementara pakaian penutup aurat pun telah ditanggalkan
Ibadah-ibadah wajib masih sering diabaikan
Rasa empati dan peduli masih sering disingkirkan
Gemerlapnya dunia masih lebih memikat
daripada meraih kebahagiaan ukhrawi

Kemana perginya haji kami ini, ya Allah?…
Kemana perginya?…

Sementara masih banyak di sana, manusia-manusia shalih
Yang sampai hari ini merenung dan menangis
Berjanji pada diri akan menjadi pribadi
yang selalu lebih baik sampai mati
Sambil berseru dan berajuk:

“Kapan aku bisa berhaji ke Baitullah?…
Ke rumah-Mu ya Allah…
Aku rindu Engkau…”

***

Jeddah, 1 September 2016