Candi Sambisari dan Saoto Bathok Mbah Katro (Bagian 1)

Julukan kota wisata memang layak disandang oleh Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Karena sekalipun wilayah kota tersebut tidak terlalu luas, namun banyak sekali tempat-tempat wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi.

Selain candi Borobudur dan Prambanan yang sangat kesohor itu, masih banyak lagi situs candi yang bisa kita temui. Salah satu di antaranya seperti situs candi Sambisari yang sempat saya kunjungi saat kami sekeluarga bersilaturrahim ke rumah adik di daerah Sleman, Yogyakarta. Tepatnya candi tersebut terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

Candi Sambisari

Sekilas tentang situs Candi Sambisari. Awal kisah ditemukannya candi ini adalah pada bulan Juli 1966, ketika seorang petani sedang mencangkul, lalu mengenai bagian batu candi yang berukir. Lalu dilanjutkan dengan penelitian, dan ternyata batu tersebut merupakan kumpulan batu gugusan candi yang terpendam hingga kedalaman 6,5 meter dari permukaan tanah akibat lumpur vulkanik yang disebabkan letusan gunung Merapi. Tak heran jika candi ini tidak seperti candi pada umumnya yang nampak menjulang berdiri di atas permukaan tanah.

Candi Sambisari berada di kedalaman 6,5 meter dibawah permukaan tanah

Kita baru dapat melihat candinya ketika kita sudah berada di lokasi candi tersebut. Lalu akan nampak gugusan-gugusan candi yang berada di bawah tanah, yaitu sebuah candi induk dan 3 candi perwara atau candi pendamping dengan dikelilingi pagar batu 2 lapis. Sepintas saat melihat candi Sambisari seperti kastil batu yang berada di sebuah taman yang indah dikelilingi rumput-rumput yang tumbuh subur berwarna hijau cerah. Begitu menawan dan eksotis. Subhanallah..

Candi induk dengan 3 candi perwara (pendamping)

Seperti kita tahu, bahwa negara Indonesia merupakan negara yang kaya, penuh warna akan sejarah, adat istiadat, agama dan kebudayaan.

Nah, candi yang ditemukan di desa Sambisari ini merupakan sebuah candi peninggalan kerajaan Hindu yang dibangun pada tahun 9 Masehi yang kemudian tertimbun dan lalu ditemukan kembali hingga akhirnya selesai dipugar pada tahun 1986.
Di dalam candi induk ditemukan situs lingga dan yoni yang melambangkan kesuburan.

Bagian candi induk dan candi perwara beserta anak tangga menuju candi induk. Serta lingga dan yoni yang terdapat dalam candi induk

Untuk masuk ke dalam area candi, ada serangkaian anak tangga menurun yang telah disediakan. Hamparan rumput hijau yang mengelilingi candi bisa menjadi arena bermain anak-anak. Sementara di bagian sisi depan situs candi, di atas tanah datarnya disediakan tempat duduk berupa rumah panggung kecil. Yang bisa menjadi tempat bersantai, mengamati anak-anak saat bermain atau memandang keindahan candi.

Rumah panggung kecil untuk bersantai

Dan di sisi sebelah barat daya candi adalah ruang informasi. Di dalamnya kita bisa mendapatkan info tentang candi Sambisari, ada pula sebuah gerabah yang ditemukan di sekitar candi, serta sebuah maket kecil candi Sambisari.

Ruang informasi

Untuk masuk ke kawasan Candi, cukup membayar retribusi Rp. 5000 perorang. Sedangkan untuk parkir motor hanya Rp. 2000 saja.

Saoto Bathok Mbah Katro

Setelah merasa cukup puas menikmati keindahan candi, kami kemudian mampir ke Rumah Makan Saoto Bathok Mbah Katro, karena letaknya juga memang tidak terlampau jauh dari kawasan candi.

Saoto ini adalah makanan sejenis soto yang di dalamnya terdapat nasi yang diberi tauge, lalu disiram dengan kuah soto panas yang berwarna agak kecoklatan dengan irisan-irisan daging sapi lalu ditaburi irisan daun bawang seledri. Ditambah perasan jeruk nipis, sambal dan kecap ke dalam saoto sebagai penambah selera. Membuat rasa saotonya semakin mantap, segar dan nikmat.

Rumah makan di tengah hamparan sawah dan saoto yang disajikan dalam mangkuk dari bathok kelapa

Yang unik dari Saoto ini karena cara menghidangkan saotonya bukan dengan mangkuk biasa seperti pada umumnya, tapi menggunakan bathok kelapa yang dibelah 2 sehingga menyerupai mangkuk. Disandingkan pula tempe goreng, sate telur puyuh, sate usus, dan kerupuk sebagai teman makan saoto.

Untuk satu porsinya cukup dihargai dengan 5000 rupiah saja, tapi dijamin 1 porsi tidak akan cukup, karena nikmatnya makan di tengah-tengah hamparan sawah dengan dikipasi angin sepoi-sepoi basah. Membuat selera makan jadi meningkat.. 😀

Segelas teh manis dan air jeruk hangat menjadi hidangan penutup kami sore itu yang teduh, dengan ditemani rintik hujan yang turun membasahi bumi. Alhamdulillah..