Cocokkah Mengirimkan Anak ke Sekolah Montessori?

Banyak orang tua yang mengirimkan anak-anaknya ke sekolah Montessori. Motivasi mereka tentu bermacam-macam, ada yang memang mempelajari dengan detail konsep Montessori, ada yang mendengar dari orang tua lain tentang bagusnya pendidikan Montessori , namun ada juga yang mengirimkan anaknya ke sekolah Montessori karena kemudahan akses, kedekatan lokasi sekolah, atau karena tetangga juga ada yang sekolah di sana dan sebagainya.

Sebelum kita tahu apakah cocok sistem pendidikan Montessori ini buat anak-anak kita, sebaiknya kita mengetahui sebenarnya apa itu sekolah Montessory? Apa bedanya dengan sekolah lain yang ditawarkan oleh sekolah umum dan swasta?

Menurut sejarah, pendidikan Montessori didirikan oleh Maria Montessori, seorang pendidik anak-anak usia dini yang paling berpengaruh di abad 20. Dr Montessori adalah wanita pertama yang lulus dari the University of Rome medical school . Dia kemudian tertarik dalam dunia pendidikan karena pekerjaannya sebagai seorang dokter. Pada awalnya dia mendirikan sekolah untuk anak-anak yang kurang beruntung karena sering ditinggal orang tuanya yang bekerja di Roma. Sebagai seorang scientist, dia mengamati perkembangan anak-anak didiknya dan menemukan cara-cara untuk membantu mereka mencapai cita-citanya yang sangat potensial.

Pendidikan ini dirancang untuk membantu anak-anak mengerjakan tugas dari konstruksi batin karena mereka tumbuh dari masa anak-anak hingga menjadi dewasa. Montessori sukses dengan prinsipnya yang mengikuti perkembangan anak secara alami. Dia menciptakan pendidikan yang memaksa anak untuk independen dan cinta belajar sejak usia dini karena dia percaya bahwa anak sejak lahir  hingga usia 6 tahun adalah masa dimana mereka memiliki kapasitas terbesar dalam mempelajari sesuatu.

Lalu apa bedanya sekolah bukan Montessori dan sekolah yang menerapkan sistem Montessori?

Di sekolah Montessori anak dipandang sebagai pelajar yang dinamis, penuh potensi kreatif dan diberi kebebasan maksimal sehingga dapat berkembang sebagai individu yang bahagia, dan percaya diri. Oleh karena itu sekolah Montessori lebih menekankan pada pentingnya proses, bukan semata-mata hasil.

Montessori memiliki prinsip bahwa seharusnya guru bukan menjadi central pendidikan, tetapi anak-anak yang menjadi central pendidikan. Guru hanya sebagai motivator, mengarahkan anak-anak dalam melakukan aktivitasnya. Dia melihat bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik bila  mereka belajar sambil melakukan sendiri. Dengan demikian, anak-anak akan memiliki image yang positif terhadap dirinya sehingga mereka akan lebih percaya diri dan menjadi orang yang sukses di masa datang.

Di sekolah yang tidak menerapkan pendidikan Montessori, guru atau orang dewasa aktif memberikan instruksi dan kontrol – kurang memberikan kepercayaan terhadap kemampuan batin anak.  Jadi sekolah Montessori berpusat pada peserta didik, sedangkan sekolah non Montessori cenderung lebih berpusat pada guru.

Sekolah Montessori percaya bahwa disiplin adalah sesuatu yang harus datang dari dalam dan bukan sesuatu yang selalu dikenakan oleh orang lain. Mereka tidak bergantung pada imbalan dan hukuman. Dengan memberikan kebebasan dalam lingkungannya, dan belajar untuk mencintai dan merawat orang lain, anak dapat mengembangkan kepercayaan diri dan kontrol atas perilakunya sendiri. Jadi guru Montessori akan menangani anak dengan menghormati mereka, ketika perilaku anak menjengkelkan atau mengganggu orang lain. Guru membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang sebenarnya.

Maria Montessori melihat bahwa ada perbedaan antara imajinasi kreatif (berdasarkan realitas) dan fantasi (berdasarkan peristiwa non-real). Ketika dia melihat anak-anak bermain dia menyadari bahwa mereka benar-benar ingin dapat melakukan hal-hal nyata dalam dunia nyata, bukan hanya berpura-pura. Jadi sekolah Montessori benar-benar menghargai bermain imajinatif tetapi akan selalu mencoba untuk membantu anak-anak bekerja dengan benda-benda dan situasi nyata.

Saya sendiri adalah orang tua yang pernah menyekolahkan anak saya ke Montessori school. Anak saya yang terkecil dulunya adalah pribadi yang manja, sering menangis ketika awal masuk sekolah. Bahkan hingga akhir tahun pertama ketika acara yang mengharuskan dia tampil di atas panggung pun dia masih malu-malu, tidak mau menari di atas panggung, hanya berdiri menghadap penonton tanpa melakukan gerakan sesuai dengan instruksi gurunya. Namun Masha Allah tahun ke 2 dan ke 3 dia sekolah sudah tampak perbedaan yang berarti. Dia menjadi pribadi yang banyak bicara, tidak malu-malu, dan percaya diri.

Semoga pengalaman saya ini bisa bermanfaat bagi para orang tua yang sedang mencari informasi untuk menyekolahkan anak-anak balitanya ke sekolah yang terbaik.