Idul Adha di Jeddah

Hari ini, 10 Dzulhijjah 1438H, umat Muslim seluruh dunia merayakan hari Raya Idul Adha, hari yang tidak hanya dirayakan bagi umat Muslim yang sedang melaksanakan ibadah haji, tetapi juga bagi yang tidak berhaji. Sepuluh hari awal bulan utama yaitu Bulan Dzulhijjah berakhir sudah. Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda,

Tidak ada hari-hari yang pada waktu itu amal shalih lebih dicintai oleh Allah melebihi dari sepuluh awal Bulan Dzulhijjah.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Lebih lanjut Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi Wasallam mengatakan:

“Tidak ada hari-hari yang amalan shalih lebih dicintai oleh Allah dari sepuluh awal Bulan Dzulhijjah ini.”

Semoga kita semua tidak menyia-nyiakan kesempatan yang agung untuk sebanyak-banyaknya meraih pahala Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sholat Idul Adha digelar di berbagai tempat di penjuru dunia. Berbeda dengan sholat Idul Adha di Indonesia yang biasanya baru dilaksanakan pukul 7 pagi, di Arab Saudi, sholat Idul Adha segera dilaksanakan setelah sholat subuh. Hal ini biasanya dilakukan karena mereka tidak tidur semalaman, merayakan hari Raya bersama keluarga, kemudian langsung ke lapangan atau masjid untuk menjalankan sholat subuh berjamaah dan mempercepat sholat Idul Adha sehingga bisa langsung beristirahat di rumah.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Hari Raya Idul Adha tahun ini di dekat rumah kami tidak dijalankan di lapangan, tetapi di masjid. Mungkin karena cuaca musim panas yang menyengat, maka penyelenggaraan sholat Idul Adha dilakukan di dalam masjid. Pukul 6 pagi saja suhu sudah menunjukkan 30 derajat Celcius! Sejak pukul 05.30 pagi takbir sudah berkumandang, para jamaah lelaki dan perempuan berdatangan menuju masjid. Tidak ada dekorasi hari Raya, hanya beberapa lembar karpet digelar di teras masjid yang diperuntukkan bagi para wanita dan anak-anak yang tidak dapat ruang di dalam.

Masjid-masjid di Saudi memang biasanya dirancang berbeda pintu masuk antara jamaah laki-laki dan perempuan. Tidak hanya sekedar pembatas kain di dalam satu ruangan besar, tetapi juga berbeda tempat wudhu, pintu masuk, termasuk ruangan khusus bagi para wanita yang membawa anak-anak agar tidak mengganggu jama’ah yang tidak membawa anak-anak kecil.

Al-Qur’an yang tertata rapi dan aman tanpa ada yang mengambil untuk dibawa pulang, lengkap dengan tissue dan meja lipat Qur’an.

Pagi ini, anak-anak sudah berdandan cantik seperti akan pergi ke acara pesta, sementara ibu-ibunya seperti biasa hanya melapisi pakaiannya dengan abaya berwarna hitam. Sebagian besar wanita pun memakai kerudung hitam. Sholat tanpa membawa mukena, cukup dengan abaya yang mereka kenakan. Air minum seperti biasa, sudah disediakan di dekat pintu masuk. Bila sholat Idul Adha diselenggarakan di lapangan biasanya disediakan makanan kecil pembuka seperti kurma, atau biskuit, dan minuman kohwah (kopi Arab) serta air mineral, namun tidak untuk tahun ini.

Pukul 06.40, sholat Idul Adha sudah ditunaikan dilanjutkan dengan ceramah singkat berbahasa Arab dari khotib. Meskipun tidak sepenuhnya saya memahami isi khutbah, tapi saya tetap duduk dan berusaha memahami makna Idul Adha yang disampaikan khotib. Sebagian jama’ah wanita dan anak-anak sudah langsung berdiri setelah sholat Ied berjama’ah, bahkan tidak menunggu khotbah dimulai. Mungkin mereka sudah tidak sabar untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman atau sekedar makan bersama di restoran yang umumnya mereka lakukan.

Bagi saya sendiri, saya menikmati dan memperbanyak ibadah semampunya di hari-hari Dzulhijjah ini di rumah. Merindukan saat-saat perjuangan ibadah haji yang telah lalu dan tidak mungkin saya lupakan.

Kami segenap tim amuslima.com dan indo.amuslima.com mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum. Kullu ‘am wa antum bi khoir. Semoga amal ibadah kita diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Eid Mubarak!