LGBT ers Maukah Hidup Normal?

Akhir-akhir ini berita mengenai LGBT menjadi trending topic yang ramai didiskusikan di berbagai  media sosial seperti twitter, FB, youtube, atau whatsapp, Line, dan lainnya. Fakta menunjukkan bahwa kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender itu ada di muka bumi ini, mungkin berada di tengah-tengah kita, bahkan pertama kali LGBT sudah ada sejak jaman Nabi Luth, Alaihi Salam, ribuan tahun lalu.

Kita mengetahui bahwa ketertarikan kepada sesama jenis (dan lawan jenis) merupakan suatu gangguan jiwa yang sebenarnya bisa disembuhkan asal ada kemauan untuk hidup normal dari si penderita. Lalu mengapa sebagian besar para LGBT ers ini merasa bahwa mereka bukan sedang mengidap penyakit, bukan menderita gangguan, bukan merupakan virus yang menular dan tidak perlu disembuhkan?

Mengapa saya berpendapat demikian? Dari kacamata orang awam, saya melihat bahwa mereka mempertahankan status Lesbian, Homoseksual, Biseksual dan membiarkan terus berkembang dalam dirinya dan bahkan seolah mencari ‘teman’ agar komunitas mereka diakui oleh masyarakat. Kalau mereka ingin sembuh dan ingin menjadi manusia yang hidup normal pasti mereka akan berusaha, rajin berobat dan konseling ke psikolog atau psikiater agar dapat kembali sesuai fitrahnya sebagai lelaki atau perempuan asli, seberapapun panjang dan sulitnya proses itu.

Di Indonesia sendiri organisasi LGBT sudah mencapai 200 an lebih. Organisasi-organisasi ini menuntut agar mereka tidak didiskriminasi, mereka adalah warga negara yang memiliki hak untuk diterima masyarakat serta keberadaannya harus dilindungi. Saya setuju bahwa kita harus memperlakukan mereka seperti halnya kita memperlakukan manusia normal lain, asalkan mereka juga tidak mempengaruhi orang lain bahwa menyukai sesama jenis itu adalah normal adanya.

Tidak hanya organisasi dan komunitas LGBT yang berkembang akhir-akhir ini, para pebisnis turis dan pariwisata pun mulai mengembangkan hotel maupun pelayanan liburan yang ‘ramah’ terhadap kaum LGBT, sebut saja OutOfOffice.com. Travel online ini mewadahi semua kalangan yang ingin berlibur diantaranya memudahkan akomodasi dengan pasangan sesama jenis mereka.

Seperti dilansir dari The Guardian, perusahaan pariwisata lain pun ada yang merambah ke dunia kaum LGBT seperti Gay Marriage Travel. Menurut peneliti Forrester, pangsa pasar LGBT sangat menggiurkan, ditaksir dapat mencapai £6bn di UK dan $85bn di US! Bahkan perusahaan Kuoni menyebutkan bahwa booking untuk honeymoon sesama jenis telah meningkat sebesar 279% selama 5 tahun terakhir. Astaghfirullaahaladziim.

Kembali pada sejarah perjalanan hidup manusia, seperti yang sudah saya sebutkan di atas bahwa kaum minoritas ini sudah ada sejak jaman Nabi Luth, Alaihi Salam, ketika kaumnya tidak tertarik pada perempuan di negerinya, bahkan lebih tertarik kepada laki-laki. Seperti yang tercantum diantaranya ayat yang terdapat dalam Al-Quran Surat Huud:

77. Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: “Ini adalah hari yang amat sulit.”

Nabi Luth, Alaihi Salam, merasa susah akan kedatangan utusan-utusan Allah itu karena mereka menyamar menjadi pemuda yang rupawan sedangkan kaum Luth, Alaihi Salam, amat menyukai pemuda-pemuda yang rupawan untuk melakukan homosexual dan beliau merasa tidak sanggup melindungi mereka bila ada gangguan dari kaumnya.

Dijawab oleh para malaikat utusan Allah itu dalam Surat Huud,

81. Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun diantara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”

82. Maka, tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.

Perlu digarisbawahi pula bahwa tidak ada dalam kitab suci agama manapun yang menyebutkan bahwa perilaku mereka adalah normal. Bila mereka membaca kitab suci mereka masing-masing apapun agamanya, semua menolak perilaku menyimpang ini. Akankah kita tinggal diam bila dunia ini tidak lagi ada generasi penerus karena punahnya manusia dengan meningkatnya pernikahan sejenis?

Bila mereka ingin dihargai keberadaannya, janganlah membuat propaganda dengan mensasar anak-anak yang tidak tahu apa-apa dengan informasi yang salah. Tugas orang tua sebagai guru pertama bagi anak-anak di rumah, marilah kita mendidik anak-anak kita dengan dasar agama yang kuat semampu kita, dan bahwa pernikahan yang benar dan diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah pernikahan berbeda jenis, itulah fitrah manusia yang sebenarnya. Seperti Nabi Adam, Alaihi Salam, yang berpasangan dengan Siti Hawa sebagai pasangan lelaki dan perempuan sebagai awal dari kehidupan manusia.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS Ar-Ruum 30: 21).

Jangan sampai adzab Allah diturunkan kepada kita seperti halnya pendahulu kita kaum Luth Alaihi Salam. Naudzubillahi min dzalik.