Maksimalkan 4106 Hari Bersama Anak Anda

Seorang anak pada dasarnya lahir dalam keadaan suci, orang tuanya lah yang akan menjadikan dia Muslim, Yahudi, Majusi. Orang tua dan lingkungannya lah yang akan menjadikan dia menjadi seorang yang baik atau sholeh, patuh, disipilin, pintar, percaya diri, dan mandiri. Itulah penjelasan yang mungkin sering kita dengar, kita baca, kita kaji. Namun akankan hal itu sebatas teori?

Beberapa waktu lalu saya sempat hadir dalam seminar sehari mengenai parenting yang dilaksanakan oleh forum Muslimah di Jeddah dengan pembicara yang ahli dalam bidangnya dari Indonesia yaitu Abah Ihsan Baihaqi yang kebetulan sedang menjalankan umroh.

Banyak pendidikan atau kurikulum yang diterapkan di sekolah khususnya pendidikan di Indonesia yang belum tentu bermanfaat bagi anak-anak kelak setelah dewasa. Pelajaran yang berjumlah kadang hingga mencapai 2 digit, hanya menjadikan anak tersiksa tanpa tahu kegunaannya. Coba  kita pikirkan, seberapa banyak pelajaran yang kita terima di masa kecil dulu berguna setelah kita bekerja atau berumah tangga? 20%? 50%? Atau lebih?

Budaya menepikan anak yang dianggap kurang pintar dalam akademik juga tidak bisa dibenarkan. Setelah saya berumah tangga, memiliki 3 anak dan ada yang sudah menginjak remaja baru memahami, bahwa karakter, kelebihan, dan kekurangan masing-masing anak itu berbeda. Padahal mereka lahir dengan ayah dan ibu yang sama, makanan yang dimakan sama, perhatian dan kasih sayang yang sama! Tetapi kenapa hasilnya bisa berbeda? Ada yang mudah dalam mempelajari bahasa asing anak yang lain tidak. Ada anak saya yang mudah diajarkan berhitung, yang lain tidak. Ada anak saya yang memiliki kepribadian ekstovert ada pula yang biasa saja. Subhanallah..Allah menitipkan kepada kita amanah ini. Bagai satu buku diary yang masih kosong, dimana kita harus mengisinya dengan tulisan-tulisan yang indah, sebelum akhirnya akan tutup buku karena habis lembaran-lembaran itu di dalamnya!

Sempat saya terhenyak…ketika sang pembicara menyuruh kami mengeluarkan foto anak-anak kami dan memandangnya, melihat matanya, hidungnyam pipinya…subhanallah betapa Allah memberikan kami anugerah yang terbaik. Pertanyaannya adalah “Sudahkah kita meluangkan waktu yang terbaik pula buat mereka?”

Banyak remaja yang terjerumus kecanduan narkoba, hamil di luar nikah, mencuri, merampok, memperkosa…siapa yang harus disalahkan? Lingkungan? Lingkungan mana yang dimaksud? Tentu saja lingkungan keluarga bukan? Karena sebagian besar waktu mereka adalah bersama keluarga. Taruhlah 7 jam mereka berada di lingkungan sekolah, plus 2 jam untuk mereka yang mempunyai aktifitas setelah pulang sekolah. Masih ada 15 jam lagi bersama kita di rumah. Apabila mereka tidur 8-9 jam setiap malamnya berarti tinggal tersisa 7 jam kesempatan bagi lingkungan keluarga untuk membentuk pribadinya. Wahai orang tua, 7 jam sehari adalah kesempatan yang diberikan kepada kita orang tuanya. Hingga berapa tahunkah? Apabila kita hitung usia hingga 24 tahun setelah itu mereka akan dijemput oleh calon suami nya atau menemukan pendamping hidupnya…berarti hanya berapa jam kesempatan kita bersama anak-anak kita? Taruhlah 6 tahun pertama kita hitung masih sehari penuh bersama kita di rumah. Berarti usia pra sekolah (6x365x24) plus usia sekolah (18x365x7) = 52.560 jam + 45.990 jam = 98.550 jam atau 4106,25 hari atau 11,25 tahun! Ah bisa-bisanya saja saya menghitung kasar ya …

Poin nya adalah bahwa kalau kita berpikir bahwa waktu kita bersama anak-anak begitu cepatnya. Coba hitung, tinggal berapa tahun lagi anda bisa bersama mereka…anda mungkin akan terkejut seperti halnya saya…So, jangan sia-siakan waktu anda..Luangkan waktu berkualitas bersama anak-anak anda mulai sekarang!