Mengenal Negara Moroko

Keputusan kami begitu mendadak untuk pergi ke Moroko. Berangkat dari Jeddah hari Jumat siang 12.25, 29 Maret 2013 menggunakan pesawat Saudia Airlines. Walaupun boarding pesawat on time, namun kami harus tinggal di dalam pesawat hingga hampir 1 jam lamanya karena ada penumpang yang belum masuk ke dalam pesawat dikarenakan connecting flight.

Kesempatan untuk sholat Jumat berjamaah di dalam pesawat menjadi pemandangan yang mengagumkan. Pesawat ini menyediakan area mushola di bagian paling belakang, cukup untuk 3 orang berjamaah. Para penumpang laki-laki yang tidak dapat mengikuti sholat Jumat, masih dapat melakukan  sholatnya secara bergantian. Sedangkan yang wanita cukup sholat di tempat duduk masing-masing.

Pukul 13.10 KSA kami take off menuju Casablanca. Perjalanan ini harus ditempuh selama 6 jam non stop. Kami tiba di Casablanca Moroko sekitar pukul 16.26 waktu setempat. Di Airport Muhammad V, Casablanca kami dijemput oleh seorang kawan lama untuk diajak menginap di rumahnya di Mohammadeya, sekitar 30 menit dari Casablanca.

Cuaca di Casablanca dan Mohammadeya cukup dingin 19 derajat celcius terutama buat kami yang biasa tinggal di negara panas, Saudi. Kami tinggal di rumah kawan yang begitu khas suasana Moroko-nya. Bangunan berlantai 2  ini didesain apik dengan lantai satu dirancang untuk keluarga, sementara lantai 2 untuk tamu. Ruang tamu yang berjumlah 6 area dengan desain yang sangat unik ciri khas penduduk Arab yang memiliki banyak sofa dan kursi. Banyak bila dibandingkan dengan ruang tamu orang barat atau Asia yang minimalis, yang umumnya hanya memiliki  1 set kursi tamu, atau bahkan hanya 2 kursi dan 1 meja. Setelah beristirahat sejenak, kami makan malam pukul 22.30  dengan masakan yang segar, hangat, dan lezat yaitu salad Moroko, tagine, dan roti/nasi. Kami makan dengan lahap karena perjalanan yang cukup panjang juga cuaca yang dingin membuat kami lapar.

Perbedaan waktu antara Jeddah dan Mohammadeya /Casablanca sekitar 3 jam. Oleh karena itu kami bangun lebih pagi dari seisi rumah. Setelah sarapan pagi dengan roti-roti, baghir (semacam pancake), susu, teh, saya ikut pergi berbelanja ke kedai sayur/buah terdekat. Keluarga ini biasa  berbelanja sayuran yang segar dari petani, karena Mohammadeya memang daerah pertanian. Setelah membeli sayuran kami menikmati pantai samudera Pacific yang tidak jauh dari rumah mereka. Ombaknya cukup  tinggi sehingga hanya beberapa tempat saja yang dapat dipakai untuk surfing. Anak-anak asyik berjalan, berlari, mencari kerang, bermain pasir di tepi pantai dengan angin yang berhembus hingga waktu dhuhur tiba. Sebelum kembali ke rumah, kami menyempatkan untuk minum teh dan susu hangat di kedai.

Setelah makan siang dan sholat ashar kami pamit meninggalkan Mohammadeya menuju Casablanca. Casablanca kotanya lebih ramai dibanding Mohammadeya, karena merupakan kota bisnis. Jalan-jalannya lebih kecil, lampu-lampu redup dibanding kota-kota di Saudi Arabia yang terang benderang di malam hari. Namun demikian, penduduknya cukup ramah. Tanda jalan umumnya dalam dua bahasa, Perancis dan Arab, yang sayangnya kami tidak fasih dengan dua bahasa ini.

Karena kami tiba sudah menjelang maghrib, kami putuskan untuk istirahat saja di hotel dan melakukan tour kota keesokan harinya. Hari Sabtu pagi kami berjalan kaki keluar hotel dan mencari taxi. Kami berlima masuk ke dalam taxi merah kecil (petit). Ternyata, supir taxi kami dihampiri beberapa supir taxi lain. Mereka bertengkar, kami tidak tahu apa yang mereka perdebatkan, hingga salah seorang supir menjelaskan bahwa taxi kecil hanya bisa diisi maksimal 3 orang. Akhirnya kami turun dan pindah ke taxi putih yang lebih besar. Taxi Mercedes 1987, interiornya sudah tua dan jelek. Supir yang tadi tampak marah dengan supir taxi merah kami sebelumnya, rupanya baik hatinya. Dia menawarkan kami paket tour ke beberapa tempat 3 jam penuh dengan harga 500 MAD (Morocco Dirham) atau sekitar (Rp 875 ribu). Karena kami tidak punya pilihan akhirnya kami setujui, kalau kami hanya pergi ke satu tempat pun biayanya 100MAD.

Supir ini, yang bernama Hasan, pengetahuannya ternyata luas, dia tahu sejarah Moroko dan beberapa tempat. Kami melewati tempat-tempat historis jaman Portugis, Perancis yang sudah berubah fungsi menjadi kafe atau restoran, kota tua (old Madina), corniche/pantai, masjid kebanggaan penduduk Casablanca Hasan Mosque. Saat itu kami tidak masuk ke dalam masjid karena masjid ditutup, kecuali bila mau bayar 120MAD per orang sebagai turis karena bukan waktu sholat. Cukup foto-foto di halaman masjid yang konon kedua terbesar setelah Masjidil Haram Mekkah itu, kami melanjutkan perjalanan.

Pukul 12.30 pm kami harus kembali ke hotel kemudian berangkat  ke restoran Moroko di kawasan Corniche. Kami memesan roti, tagine kambing, ayam, french fries, salad. Setelah makan kami berjalan kaki sepanjang Corniche sambil menurunkan kalori setelah makan banyak sekali di Restoran Essad J.

Hari Senin, kami pergi ke kota Marrakech, 3 jam perjalanan darat dari Casablanca. Dengan tetap mengendarai Mercedes 1987 yang disupiri Hasan. Untung saja mobil ini terawat dengan  baik meskipun jendela hanya bisa dibuka oleh supir dan harus dibantu didorong manual dengan tangan, speedometer pun tidak bekerja, jadi saya tidak tahu berapa kecepatan mobilnya, hehe.

Marrakech kota yang terkenal dengan buah dan pohon jeruk di tepi-tepi jalan. Bangunan-bangunannya semua berwarna coklat/merah bata, konon biar sama dengan warna tanah kata Hasan. Pertama kali masuk kota Marrakech kami melewati masjid Kutubia, kemudian langsung mencari restaurant dengan desain khas Moroko. Di sana kami pesan couscous, dan makanan lainnya.

Hidangan khas Moroko

Karena waktu yang tidak panjang kami tidak berlama-lama di restoran terus berkeliling kota Marrakech diantaranya ke makam Saedina, dan pasar. Moroko terkenal dengan kerajinan kulitnya, mereka banyak memproduksi sandal khas Moroko. Pukul 5 pm kami meninggalkan kota Marrakech menuju ke hotel di Casablanca.

Berpose bersama pemain musik dalam restoran

Hari Selasa adalah hari terakhir kami  di Moroko. Oleh karena itu kami sempatkan membawa anak-anak ke mal terbesar yaitu Moroccan Mall. Di sana anak-anak melihat aquarium ikan laut yang bisa kami lihat juga melalui lift dengan biaya 25 MAD per orang. Setelah itu anak-anak menikmati permainan di adventure land. Sebelum dhuhur kami pulang dan saya minta diturunkan di masjid Hassan II untuk sholat dhuhur. Saya sempat melihat interior dalam masjid yang indah di area sholat wanita. Setelah sholat kami kembali ke hotel untuk makan siang dan siap-siap meninggalkan hotel. Pukul 15.00 kami bersiap menuju airport Muhamad V, dengan sebelumnya mampir membeli jalaba Moroko di pasar dekat hotel. Tiba di airport pukul 16.15, semetara penerbangan kami pukul 18.30. Kami harus datang lebih awal karena proses check in dan imigrasi nya cukup ketat, bisa 1 jam.

Alhamdulillah kami tiba di Jeddah pukul 3.30 dini hari Rabu dengan selamat.