Mengenalkan Al-Quran Kepada Anak-Anak Dengan Metode Tematik

A. Mengenal Metode Tematik

Banyak cara yang dapat kita lakukan agar pesan yang ingin disampaikan oleh Al-Quran bisa segera diterima dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari atau “Membumi” –kalau boleh meminjam istilah Prof. Dr. M. Quraish Shihab–. Caranya beragam, secara umum dapat dikatakan sebagai sebuah metode penafsiran. Al-Farmawi membagi metode tafsir menjadi 4 macam metode, yaitu metode tahlily, ijmaly, muqaran dan maudhu’iy.

Terlepas dari uraian keempat metode tersebut, metode yang paling popular adalah metode tahlily dan maudhu’iy. Metode tahlily secara singkat dapat dikatakan, lebih kepada penjelasan ayat secara utuh dan menyeluruh, sedangkan metode maudhu’iy atau disebut juga metode tematik, adalah menghimpun beberapa ayat Al-Quran dari beberapa surat yang berkaitan dengan persoalan atau tema (topik) tertentu.

Berangkat dari metode tematik inilah, penulis berusaha menerapkannya kepada anak-anak, dengan cara yang lebih sederhana. Berharap mereka dapat memahami apa saja isi yang terkandung di dalamnya, sekalipun mungkin tidak dapat disampaikan secara menyeluruh, namun paling tidak, kedepannya nanti mereka dapat lebih mengembangkan wawasan dan pengetahuannya tentang Al-Quran. Semua metode mungkin memiliki kelebihan dan kekurangan, namun satu hal yang pasti adalah, semua dilakukan untuk tetap dapat menjaga kesucian dan kemurnian Al-Quran, sebagai sebuah penyampai kebenaran.

Untuk lebih jelasnya, saya akan mengulasnya sebagaimana saya mencoba menerapkan metode ini kepada anak-anak. Maksud dari ayat tematik di sini adalah, beberapa ayat yang memiliki tema yang sama kita kumpulkan, misalnya ayat akhlaq. Kita bisa mencarinya dari indeks Al-Quran, tapi memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena kita harus memilah dari sekian banyak ayat akhlaq yang berkaitan dengan akhlaq yang ingin kita sampaikan, dan mana ayat yang bisa dihafalkan oleh anak-anak, serta mampu dipahami maknanya dengan cara sederhana sesuai dengan usia mereka. Kita juga tidak terlepas dari berbagai buku panduan yang sudah ada.

Ayat akhlaq ini masih terbagi lagi dalam beberapa bagian, ada ayat akhlaq kepada Allah, akhlaq kepada Rasulullah, akhlaq kepada Kedua Orang Tua, akhlaq pembentuk Pribadi, serta akhlaq terhadap sesama. Bukankah itu banyak, lantas bagaimana menerapkannya kepada anak-anak?.. Saya, menggunakan tekhnik One Day One Verse. Setiap satu hari, diberikan satu ayat beserta maknanya, kemudian diberikan pula penjelasannya dengan cara yang kreatif seperti bentuk cerita dengan gaya atau suasana yang ceria.

Setelah ayat-ayat ini saya sampaikan dan anak-anak juga sudah menyampaikan hafalannya setiap pertemuan, kemudian mereka mereview hafalan secara keseluruhannya di waktu yang lain. Itu pun hanya 2 atau 3 buah ayat sekali “setor” –kata yang biasa kami gunakan untuk menyampaikan hafalan–, tergantung pada kemampuan daya hafal mereka. Kemudian saya memberikan tanda bintang kepada mereka yang telah lulus hafalannya, atau hadiah-hadiah kecil yang membuat mereka senang. Kesan yang saya dapat dari pemberian ayat tematik ini, mereka lebih cepat paham apa yang dimaksud oleh ayat tersebut. Bukankah Allah juga menurunkan Al-Quran kepada Rasulullah secara bertahap, sehingga langsung menghujam ke dalam dada?… 🙂
B. Penerapan Metode Tematik

Ayat yang pertama kali saya berikan adalah ayat akhlaq, mengapa? Karena ketika orang-orang bertanya tentang akhlak Rasulullah, maka dijawab oleh Aisyah, istri beliau, akhlaqnya adalah Al-Quran. Al-Quran-lah yang telah banyak membentuk akhlaq dan pribadi Rasulullah SAW. Hal ini pula yang ingin saya tekankan pada anak-anak.
Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan akhlaq sangat banyak dan beragam. Di sini saya mencontohkan ayat tentang akhlaq kepada Allah. Apakah kita perlu berakhlaq kepada Allah? Dan seperti apa bentuknya? Mari kita simak sejenak uraian berikut ini.

Akhlaq Kepada Allah
Berdo’alah dengan Asmaul Husna

وَلِلّهِ الأَسْمَاء الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
{Q.S. Al-A’raf (7) : 180}

Artinya:
Dan Allah Memiliki Asma al-Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma-ul Husna itu

***

Penjelasan ayat: Allah SWT memiliki 99 nama yang terbaik. Ayat ini menganjurkan agar setiap kali kita akan berdo’a, hendaklah kita memanggil-Nya dengan panggilan yang baik. Memuji-Nya dengan nama-nama yang indah, karena hanya Dia-lah yang patut kita puji, seperti dengan ucapan : Ya Rahman (Yang Maha Pengasih), Ya Rahim (Yang Maha Penyayang) , Ya Malik (Yang Maha Penguasa), Ya Quddus (Yang Maha Suci). Kemudian bermohonlah dengan cara yang lembut, panggil kembali nama-Nya di sela-sela doa kita dengan penuh pengharapan dan kerinduan akan Kasih-Nya.

Siapakah yang tidak tertarik dengan perkataan dan permohonan yang baik?… Bahkan Allah-pun bisa terpesona dengan kalimat permohonan yang tulus. Demikianlah seharusnya akhlaq seorang hamba terhadap Rabb-nya.
Di samping itu, ada ayat tentang Etika Berdo’a, terdapat dalam{Q.S. Al-A’raf (7): 55}
Serta ayat tentang Bermohon Hanya Kepada Allah terdapat dalam {Q.S. Al-Ghaffar (40) : 60}
Dan seterusnya..

Kita sangat-sangat perlu berakhlaq kepada Allah karena Allah-lah yang telah menciptakan kita dan seluruh alam raya ini. Ketika kita masih memikirkan etika saat bertemu dengan sesama manusia, mengapa kepada Allah kita tidak beretika dengan lebih cantik dan indah?… Bukankah Allah itu indah dan menyukai keindahan?… Dengan berusaha berakhlaq yang baik kepada Allah, itu artinya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita juga dapat menghargai diri sendiri, dan juga orang lain.

***

Tema ayat yang lainnya yang menjadi idola anak-anak adalah ayat ilmu, sebagaimana contoh di bawah ini
Ayat Ilmu (Ayat-ayat yang Mengandung Isyarat Ilmiah)

Berkaitan Dengan Ilmu Arkeologi

إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ -٧- الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ -٨- وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ -٩
{Q.S. Al-Fajar (89) : 7-9}

Artinya :
7. (Yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, 8. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, 9. Dan (terhadap) kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,**
***
Penjelasan ayat: Ilmu Arkeologi adalah sebuah ilmu yang meneliti tentang benda-benda peninggalan bersejarah. Dalam ayat ini diceritakan tentang adanya bangunan yang dibangun oleh penduduk Iram, yaitu kaum ‘Ad serta kaum Tsamud, mereka adalah umat Nabi Sholeh. Lembah ini terletak di bagian utara Jazirah Arab antara kota Medinah dan Syam. Mereka memotong-motong batu gunung untuk membangun gedung-gedung tempat tinggal mereka dan ada pula yang melubangi gunung-gunung untuk tempat tinggal mereka dan tempat berlindung.
Belum pernah ada satu kaum pun yang bisa membuat bangunan indah seperti itu di negri-negri lainnya. Daerah ini kita kenal pula dengan sebutan “Madain Sholeh”. Ayat ini pula yang membawa anak didik saya melampiaskan rasa ingin tahunya dengan berkunjung ke daerah tersebut. Mereka semakin yakin dan ta’jub akan keistimewaan Al-Quran yang telah menceritakan sebagian kisah di alam raya ini. Subhanallaah…

***

Ada pula ayat tentang Teori Big Bang dalam Q.S Al-Anbiya (21): 30, Penciptaan Manusia Q.S Al-Mu’minun (23): 12-14, ayat yang mengisyaratkan tentang Matematika Q.S. Al-Kahfi (18): 25, dan lain sebagainya

Selain ayat Akhlaq, dan ayat Ilmu (Isyarat Ilmiah) ada pula ayat Tauhid, ayat Iman, ayat Ibadah, Muamalah, serta banyak lagi yang lainnya. Namun untuk dan sampai saat ini baru 6 tema yang saya sampaikan. Dan yang saya tidak sangka-sangka adalah, dari pemberian ayat ini banyak hal yang membuat mereka justru lebih semangat belajar dalam bidang study mata pelajaran umumnya. Bahkan membuat mereka lebih kreatif dalam bertanya tentang hal apapun, terutama tentang Al-Quran. Berbeda dengan saat awal saya bertanya: “Kitab suci kalian apa?” Mereka jawab: “Al-Quran”. “Kalian tahu, apa saja isi di dalamnya?” dengan wajah ragu sambil menggelengkan kepala, mereka menjawab: “Tidak tahu, buu…”

Tapi sekarang, jika saya bertanya, “Kalian tahu apa saja isi Kitab Suci agama kalian?”… Mereka dengan tegas menjawab: “Banyak buu, isinya tentang akhlaq, ibadah, ilmu, ada matematika, ipa, pokoknya banyak, buu…”
Bahkan mereka menambahkan komentarnya dengan berbagai ungkapan yang mereka rasakan, “Saya sekarang jadi bisa mengartikan ayat-ayat Al-Quran meskipun sedikit-sedikit”. Yang lain berpendapat, “Kalau aku jadi bisa cerita ke orang tua juga ke teman-teman, isi Al-Quran itu apa saja”. “Kalau saya nih, jadi tambah penasaran, jadi tambah semangat ingin tahu lebih banyak lagi isinya”. “Alhamdulillah akhlaq ku semakin bertambah baik, nggak seperti dulu”, dan lain sebagainya.

Allahu Akbar, ini lah tanda Al-Quran-Mu yang Maha mulia. Terjaga di dalam dada orang-orang yang beriman. Semoga kita semua tetap dapat istiqomah untuk mempelajari ilmu dan kandungan makna ayat-ayat Al-Quran, baik yang tersurat maupun yang tersirat dengan cara yang baik, agar pesan Al-Quran dapat tersampaikan untuk dapat menciptakan kedamaian dan kemaslahatan umat.

Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bishshawwaab.