Mengisi Waktu Dengan Merangkai Bunga Kebun

Di usianya yang sudah mencapai 67 tahun, dan mempunyai 12 orang cucu, perempuan yang satu ini selalu semangat menjalani hari-harinya. Nampak tekun merawat bunga-bunga miliknya, di bilangan rumahnya yang cukup luas, dengan kebun bunganya yang cantik. Terdapat beberapa macam bunga yang menghiasi kebun miliknya, diantaranya; bunga asoka dengan bermacam warna, anggrek bulan, anggrek dendrobium, laos merah, mawar, aster, ephorbia, dan lain-lain. Di kebun belakang rumahnya pun ditanami tanaman jenis sayur-sayuran; ada terong, labu, kacang panjang, cabai, dan lain sebagainya. Menambah asri saja berada di sekitar rumah dan tak bosan mata memandang.

fullsizerender-1

Apalagi saat rintik hujan mulai turun, matahari pun mulai malu-malu memancarkan sinarnya. Kemilaunya yang jingga membentuk bayang bunga anggrek bulan di tanah yang berbatu. Angin sepoi-sepoi yang berhembus dan gemerisik dedaunan, meningkahi suasana sore kala itu, ditemani imam tercintaku, sambil menyeruput secangkir teh panas yang mengalir nikmat di kerongkongan.. Aduhaai.. indahnyaa..
Nah lhooo, membayangkan suasananya yang teduh dan romantis, jadi puitis deeh… hihihi….

Kami terbiasa memanggilnya dengan sebutan Eyang Lilik. Sejak mudanya, eyang Lilik punya segudang kesibukan, terutama saat suaminya masih menjabat sebagai Administratur (setara dengan General Manager saat ini) di beberapa pabrik gula, seperti di Ngadirejo, Kediri; Toelangan, dan Krembung, di Sidoarjo.

Hingga saat ini, masih ada beberapa kegiatan yang ditekuninya di antaranya; aktif sebagai Pembina ibu-ibu PKK, Sekeretaris Paguyuban Pensiunan Perkebunan, Sidoarjo, Ketua dan penasehat di beberapa Majlis Ta’lim, dan masih banyak lagi kegiatan lainnya, disamping hobinya merawat bunga di kebun kemudian merangkainya menjadi sekumpulan bunga yang cantik, terkadang sambil ditemani kucing-kucing manis kesayangannya.

fullsizerender-6
Eyang Lilik saat menjadi juri acara 17 Agustus

Pasangan suami istri ini pernah mendapatkan beberapa penghargaan atas jasa-jasanya, di antaranya yang paling berkesan adalah penghargaan UPAKARTI dari Presiden Soeharto atas jasanya membina pengusaha kecil dalam hal pandai besi, dengan membuat peralatan seperti arit, pacul, dan lain-lain.

fullsizerender-21

Menurut eyang Lilik, di usianya yang semakin senja, motto hidupnya cukup sederhana, bisa memberikan manfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan orang banyak. Dan itu bisa dilakukannya dengan memberikan pengarahan kepada ibu-ibu tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ibu rumah tangga, dan yang pasti menebarkan aroma wewangian bunga kepada kerabat, sahabat, dan tetangga-tetangga yang selalu “terpikat” dengan rangkaian bunga kebun miliknya, yang sering beliau letakkan di meja-meja pendopo depan rumahnya. Dan menurut eyang Lilik, beliau hanya menggunakan feeling saja saat merangkai bunganya.

picsart
Rangkaian bunga sedap malam, aster, asoka, dan laos merah

Untuk rangkaian bunga yang menggunakan bunga sedap malam, beliau berlangganan dengan membelinya dari seorang pemuda pedagang keliling, “Kasihan jauh-jauh dari Pasuruan, hanya berjualan bunga sampai ke Sidoarjo (jaraknya sekitar 40km -pen) kalau saya beli kan jadi bisa berbagi, saya dapat bunganya, pemuda itu dapat uangnya yang bisa dipergunakannya untuk makan dan pengganti uang bensin” ujarnya dengan rasa iba.

Berikut ini, eyang Lilik juga memberikan beberapa tipsnya dalam membuat Rangkaian Bunga Kebun:

Pertama, Siapkan wadah, bisa dari bahan kaca atau porcelain; seperti vas, mangkuk, juga dari bahan kayu. Atau beliau juga sering memanfaatkan barang-barang bekas, seperti botol-botol plastik. Mengapa eyang Lilik akhirnya mempunyai inisiatif menggunakan barang-barang bekas? Ternyata ada kisah menarik di balik itu. Karena seringnya menggunakan wadah mangkuk miliknya untuk beberepa event, tanpa sadar, persediaan mangkuk di rumahnya habis. Beliau pun tak kehabisan akal, berbekal pepatah; “Tak ada rotan, carilah plastik, hahaha… lucu juga ya kisah eyang Lilik. Akhirnya beliau pun menggunakan botol-botol plastik bekas pakai, namun hasilnya tetap cantik dan tidak mengurangi keindahan rangkaian bunganya.

Kedua, letakkan batang pohon pisang, orang biasa menyebutnya “gedebog/pelepah pisang”, yang besarnya disesuaikan dengan wadah, lalu letakkan di dalam wadah tersebut. Karena batang pisang tersebut mengandung air, serta permukaannya yang sedikit lunak, maka akan memudahkan kita untuk menancapkan batang-batang daun dan bunga. Juga bisa membuatnya bertahan kira-kira untuk waktu seminggu bunga tetap nampak segar. Atau bisa juga kita gunakan foam/busa sebagai pengganti batang pohon pisang.

Ketiga, pilih bunga segar dengan warna-warna yang menarik untuk kita susun, gunakan gunting dahan, karena kita akan membuat potongan atau irisan melintang yang sedikit tajam agar bisa kita tancapkan di batang pohon pisang atau foamnya.

Keempat, susun rangkaian bunga dengan kombinasi warna bunga yang cantik, beri hiasan daun di sekelilingnya. Kita bisa merangkainya dengan bunga menghadap ke satu sisi, atau menghadap ke semua sisi. Kita juga bisa melakukannya untuk merangkai bunga kering.

fullsizerender-8
Rangkaian bunga kering

Tak jarang, rangkaian bunga kebun milik eyang Lilik digunakan untuk menyambut tamu-tamu kecamatan, desa, sekolah-sekolah, juga menyambangi (menjenguk) orang sakit, dan lainnya.
Sering pula saat mengikuti lomba, rangkaian bunga hasil sentuhan eyang Lilik mendapatkan juara.

Yaa.. siapa bilang berbagi itu harus menunggu memiliki harta berlimpah? Memberikan serangkaian bunga kebun, hasil kreasi sendiri pun tentunya sangat bermakna, karena saat menyusunnya juga disertai dengan hati, penuh rasa cinta dan kasih sayang. “Say love with flower”, adalah salah satu bagian terpenting dalam hidup eyang Lilik.

Bagaimana dengan kita, sudahkah kita berbagi dengan penuh cinta kepada sesama?…

***

Nara sumber : Eyang Lilik Dina Lestari