Menyusuri Jordan

Pagi-pagi sekali kami semua sudah bangun, bersiap-siap menuju ke airport internasional Jeddah.  Rencana kami akan berangkat menuju Amman pukul 07.25 dengan pesawat Royal Jordan. Setelah semua siap, koper-koper dimasukkan ke dalam mobil, kami pun meluncur menuju airport. Suasana begitu lengang, airport pun masih sepi. Bagian tiket langsung menerima kami tanpa harus antre. Setelah check in, kami menunggu sebentar untuk boarding.

Perjalanan udara hanya memakan waktu kurang lebih 2 jam. Perbedaan waktu hanya 1 jam lebih dulu antara Jeddah dan Amman. Pukul 8 pagi waktu setempat kami sudah mendarat di Amman. Cuaca Bulan November diperkirakan 10 derajat C. Kami memang sudah menyiapkan jaket tebal dalam tas cabin, sehingga saat turun dari pesawat anak-anak sudah memakai jaket. Anak terkecil kami masih tidur ketika pesawat mendarat, jadi lebih mudah memakaikan jaket ke badannya.

Kami memasuki airport Queen Alia dengan menggunakan bis. Petugas airport Amman cukup ramah. Kami hanya perlu foto mata, dan dokumen siap tidak terlalu lama. Meskipun seharusnya memasuki Jordan cukup dengan visa on arrival tapi kami sudah menyiapkan visa sejak dari Jeddah karena permintaan dari travel kantor. Padahal biayanya malah lebih mahal.

Memasuki area airport yang tidak begitu besar, kami menunggu bagasi kami, 1 koper besar dan 1 koper sedang. Setelah semua koper kami terima, kami menunggu orang yang sudah kami kontak dari Jeddah untuk membawa kami jalan-jalan selama di Amman, Mas Abdul Jalil. Kira-kira 45 menit, orang yang kami tunggu pun datang menjemput. Kami langsung menuju ke hotel yang lokasinya tidak jauh dari dubes residence.

Kami check in hotel, dapat kamar no 902. Kamarnya sebetulnya tidak terlalu besar. Hanya saja pemandangan dari jendela yang indah, bisa melihat jalanan di kota Amman dan swimming pool.

Hari Pertama

Hari pertama kami langsung mengisi  waktu dengan mengitari kota Amman. Mengisi perut dengan makan siang di restoran Yaman. Nasi ayam merah dan kuning, nasi kambing, serta air mineral menjadi makan siang yang sangat mengenyangkan di udara yang dingin ini.

Pertama yang kami kunjungi adalah Citadel (kuil Hercules), kira-kira kurang dari sejam bila melaju dari hotel. Reruntuhan bangunan Romawi kuno yang indah, apalagi bila diambil gambar sesudah waktu dhuhur. Banyak pilar-pilar yang masih utuh. Bangunan ini sebagian merupakan area gereja, sedangkan di hadapannya merupakan bangunan masjid. Atap kubahnya dari kayu yang sudah direnovasi. Kompleks Citadel ini cukup luas. Dari tempat yang tinggi ini bisa nampak Roman theatre yang masih utuh. Udara dan angin musim dingin membuat kami kuat berjalan.  Apalagi langit biru jernih menambah cerah suasana yang sudah menjelang sore.

Pukul 15.00 kami beranjak dari Citadel menuju ke Roman theatre.  Suasana sudah menjelang sore. Karena musim dingin, maghribnya pukul 17.10. Kami masuk ke dalam ruang terbuka melingkar bertingkat-tingkat tinggi sekali. Saya tidak berani naik, hanya naik beberapa tingkat saja dengan putri terkecil kami, lalu turun lagi. Kalau naik sampai puncak takutnya nanti saya tidak berani turun. Sementara anak-anak yang besar bersama ayahnya naik sampai puncak paling tinggi. Saya hanya bisa melihat dari bawah mereka naik sampai atas. Setelah beberapa menit kami menikmati suasana theatre, kami pun pulang istirahat di hotel.

Roman Theatre
Roman Theatre

Hari ke dua 

Pukul 11 siang selepas sholat dhuhur, kami berencana mengunjungi Dead Sea (Laut Mati). Namun sebelum menuju Dead Sea kami mampir dulu ke tempat di mana Nabi Musa tinggal bersama kaumnya. Seperti dikutip dari Eramuslim, bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Musa dan orang-orang yang bersamanya untuk keluar dari Mesir dan menuju Baitul Maqdis (Palestina). Di negeri ini, Musa mendapatkan suatu kaum yang kuat dan gagah dari keturunan al Haitsaniyin, al Fazariyin dan al Kan’aniyin dan yang lainnya.

Musa pun memerintahkan para pengikutnya untuk memasukinya serta memerangi mereka namun mereka semua enggan dan tidak mau menuruti perintah nabinya sehingga Allah menyesatkan mereka semua selama 40 tahun. Pada masa 40 tahun didalam kesesatan ini Musa dan Harun meninggal dunia sehingga kepeminpinan Bani Israil dipegang oleh Yusa’ bin Nuun yang kemudian berhasil menundukkan Baitul Maqdis.

Di lokasi bukit tersebut banyak juga pengunjung nasrani yang berziarah. Karena tempat inipun menjadi bagian dari sejarah mereka dan ada dalam kitab Injil. Lokasinya pun menuju ke tempat pembaptisan di dekat area Dead Sea.

Musa
Tugu lokasi tempat Nabi Musa

Lokasi Dead Sea ditempuh kurang lebih selama 1 jam. Kami lupa bawa handuk karena tadinya tidak niat untuk masuk ke laut, tapi beberapa baju ganti buat saya dan keluarga sudah ada di dalam tas plastik. Pengunjung cukup ramai. Kamipun masuk dan berenang di Laut Mati. Masha Allah, kami bisa mengapung di air yang 100% kadar garamnya itu.

Alhamdulillah cuaca hari itu tidak terlalu dingin sehingga air lautnya tidak terlalu dingin menusuk. Saya masih takut-takut untuk menuju ke laut yang tengah. Hanya di pinggirannya saja dan tidur terlentang…. bisa mengapung juga, padahal hanya 0.5 meter kedalamannya. Menurut pengalaman, orang yang sakit kulit banyak yang berendam di sana dan dibalur dengan tanah lumpur Dead Sea dan bi idznillah bisa sembuh!

Setelah matahari terbenam, kami pun beranjak mencari tempat mandi. Ternyata para pengunjung pun banyak yang selesai berenang dan ingin mandi. Karena repot dengan barang-barang bawaan dan antrean yang cukup banyak, akhirnya saya hanya bisa membersihkan badan dengan membasuh-basuh badan sekedarnya, kemudian berganti pakaian kering. Kami pun pulang sambil melewati dan menikmati indahnya lautan di malam hari. Di seberang lautan tampak lampu-lampu yang bersinar dari Negara Israel. Begitu dekatnya, hanya menyeberangi laut mati sudah sampai Israel.

Hari ke tiga

Pagi-pagi sekali setelah sarapan di hotel kami bertolak menuju Petra, lokasi yang harus ditempuh selama paling tidak 3 jam dari Amman. Petra merupakan lokasi kerajaan Nabathean yang dikutuk Allah SWT karena tidak mendengar sabda Nabi Saleh untuk menyembah Allah SWT.

Kami tiba di tujuan menjelang dhuhur. Tiket masuk untuk umum sekitar 50JD, tetapi bila pakai kartu mahasiswa jadi hanya 1JD. Untuk menghemat waktu kami menyewa delman menuju ke pintu kompleks Nabathean. Delman yang disewa harus 2 untuk dapat membawa kami sekeluarga. Ongkosnya saat itu sekitar 20 JD per delman pulang pergi, kalau umum bisa sampai 35 JD. Delman yang ditunggangi betul-betul tidak nyaman karena rodanya dari besi. Jalanannya juga terjal berbatu-batu. Tutup lensa kamera saya jatuh entah di mana saking hebatnya goncangan. Tapi untung juga pergi dan pulang menyewa delman karena kami bisa hemat waktu sampai sejam. Kalau jalan kaki dengan anak-anak pasti lama sekali.

Kompleks Petra Masha Allah indahnya. Ternyata luaaaas sekali. Kalau kami jalan dikelillingi batu berukir yang tingginya 50 meter. Tidak bisa dibayangkan betapa kuatnya orang jaman dulu. Pantas saja mereka sombong luar biasa. Anak-anak kelihatan puas melihat bangunan batu bersejarah ini.

Petra, bangunan kaum Nabi Saleh
Petra, bangunan kaum Nabi Saleh

Jam 2 kami sudah janjian dengan supir delman untuk kembali ke posko. Udara yang sangat dingin membuat kami menggigil. Saya tinggalkan jaket saya di mobil karena saya pikir pasti panas berada di bangunan batu. Tapi karena matahari terhalang bukit batu, jadi udara yang bertiup terasa dingin. Kami pesan teh 3 cangkir untuk sekedar menghangatkan badan sambil menunggu kereta kuda yang tidak kunjung datang. Akhirnya delman kami satu per satu datang juga.

Sesampai di posko kami kembali ke mobil, dan mencari rumah makan terdekat, makanan buffet yang ternyata enak juga. Sup yang hangat, roti-roti, nasi Arab semua sedap dilahap setelah jalan di Petra yang cukup melelahkan. Kami sempatkan sholat dhuhur dan ashar di sana. Setelah makan kenyang tadinya kami diajak untuk mampir ke wadi Rum. Katanya pemandangannya indah. Tapi karena kami takut kelelahan, diputuskan untuk langsung kembali ke Amman. Untung saja karena ternyata sampai di Amman juga sudah pukul 7 malam. Makan malam kami order di hotel saja supaya menghemat waktu.

Hari ke empat

Hari terakhir kami di Amman diisi dengan bertemu dengan kawan lama, teman anak-anak di sekolah yang memang asli Jordan. Mereka kami undang untuk makan pagi di hotel. Anak-anak pun di persilakan duduk di meja tersendiri bak tamu penting. Pegawai hotelnya baik, mereka diberi  free breakfast hehehe…

Siang pukul 11 selepas dhuhur, kami pergi menuju Jerash. Di Sepanjang jalan banyak pedagang buah zaytun hijau dan terong hitam. Kami sempatkan beli buah zaytun 20 kg untuk dibagikan teman-teman. Di sana adalah tempat sisa-sisa Romawi kuno juga. Ada lapangan yang berisi tempat duduk untuk melihat pacuan kuda. Sebenarnya ada pertunjukan untuk melihat prajurit Romawi ala modern dimana kami bisa menonton selama 40 menit, dengan membayar 12 JD per orang. Tapi karena terlalu lama, kami putuskan untuk hanya melihat-lihat saja.

Dari situ kami lanjutkan perjalanan ke atas bukit ke benteng Salahuddin. Karena waktu sudah hampir maghrib, kami dibebaskan dari biaya dan dipersilakan segera masuk. Kami masuk ke benteng kuno tersebut dan naik tangga terus menuju ke puncak. Cukup melelahkan. Di puncak benteng kami bisa melihat tiga Negara Jordan, Syria, dan Palestina. Masha Allah hebatnya perjuangan Islam jaman dahulu.

Sepulang dari benteng, kami kembali menuju hotel, bersiap-siap untuk terbang kembali ke Jeddah. Sekitar pukul 20.00 sampai di hotel. Saya dan anak-anak beristirahat di hotel sambil kemas-kemas dan makan malam di kamar hotel.

Jam 23.30 tiba waktunya kami berangkat menuju ke airport. Alhamdulillah kami begitu menikmati perjalanan menyusuri Amman dan Petra ini. Kami pun harus berpisah dengan Mas Jalil yang sudah setia menemani perjalanan 4 hari kami di Jordan.

Pesawat ternyata beru berangkat pukul 2.55 pagi, sampai terkantuk-kantuk mata ini tidak bisa dibendung. Alhamdulillah perjalanan hanya Amman-Jeddah hanya memakan waktu 2 jam. Sehingga kami bisa segera beristirahat di rumah.