Pantai Kukup Gunung Kidul, Bukit Bintang, Dan Bakpia Pathok Yogyakarta (Bagian 4)

Pantai Kukup

Matahari terus beranjak naik, teriknya mulai menghangati bumi. Namun tak menyurutkan langkah kami untuk menuntaskan hari dengan sebuah pengalaman menarik. Setelah beberapa urusan kami selesai. Saatnya kami melanjutkan perjalanan menuju Gunung Kidul.

Setelah sholat zuhur dan ashar dengan dijama’, kali ini dengan mengendarai roda empat, kami mulai melintasi perjalanan yang berliku dan mendaki. Rupanya kami kurang persiapan dan pengetahuan tentang medan yang akan kami lalui. Perut mulai terasa mual, dan kepala agak pening. Saya coba menghibur diri dengan menikmati pemandangan sepanjang jalan menuju Gunung Kidul. Dan berhasil! Dengan tetap menyandarkan badan dan kepala di jok mobil, saya terus mengamati jalanan yang kanan kirinya dihiasi pepohonan dan tebing yang indah, sambil bertanya-tanya kepada adik tentang obyek-obyek wisata di Yogya.

Jalan menuju Gunung Kidul, berliku dan mendaki

Anak-anak pun merasa begitu senang, terutama anak saya yang merasa antusias, hingga tanpa disadari perutnya tiba-tiba mual dan kantong plastik serta tisu pun mulai beraksi.
Akhirnya kami berhenti sejenak, sekedar untuk membersihkan pakaian. Dan membeli makanan. Baju ganti di bagasi belakang, sepertinya baru akan tersentuh setelah kami sampai di pantai nanti.

Pantai? Ya pantai adalah tujuan utama kami. Tapi bukan pantai Parangtritis yang tersohor itu, tapi pantai yang ada di Gunung Kidul. Awalnya saya sendiri bertanya-tanya bagaimana di gunung ada pantai yaa?
Setelah mencari tahu, ternyata sesuai dengan namanya yaitu Gunung Kidul yang juga merupakan sebuah Kabupaten, memang didominasi oleh pegunungan. Nah, Pegunungan Kidul itu terbentuk dari batu gamping, menandakan bahwa pada masa lalu merupakan dasar laut. Kawasan ini mulai menjadi daratan akibat pengangkatan-pengangkatan tektonik dan vulkanik.

Jadi tak heran, jika dikawasan Gunung Kidul ini ada sekitar puluhan pantai indah nan eksotis di pesisir selatan yang berjajar dari ujung barat hingga ujung timur. Yang kemudian menjadi destinasi wisata yang mulai ramai dikunjungi orang.

Tak terasa tibalah kami di pintu masuk pantai. Per orang dikenakan biaya retribusi sebesar Rp10.000. Dan untuk mobil biaya parkirnya Rp5.000. Dengan biaya sebesar itu, kita sudah bisa masuk ke beberapa pantai, seperti pantai Kukup, Krakal, Baron, dan lainnya.

Mengingat waktu yang sudah beranjak senja, akhirnya kami memutuskan untuk langsung menuju Pantai Kukup saja, yang menurut adik saya, pantai ini masih lebih nyaman dan aman untuk anak-anak bermain air karena ada pulau karang yang menghambat ombak besar menuju bibir pantai. Namun kami tetap berhati-hati dan hanya mengizinkan anak-anak bermain di tepi pantainya.

Oh iya, dari tempat parkir menuju pantai, sudah berjajar orang-orang berjualan makanan laut kering, seperti udang goreng, ikan, kepiting, rumput laut, dan lain-lain. Juga suvenir khas pantai seperti hiasan dari kerang, dll.

Saat melihat pemandangan pantai, rasa takjub langsung menjalar ke sekujur tubuh. Mengajak lisan untuk bertasbih; Subhanallaah.. Masyaa Allah.. sudah lama rasanya mata ini tidak dimanjakan oleh pemandangan pantai yang cantik dan indah, dengan bukit dan pepohonan yang asri membuat mata menjadi segar. Saya begitu menikmati suasana pantai yang teduh ini.

Anak-anak mulai berhamburan ke tepi pantai. Mencoba mengamati biota laut seperti rumput laut yang memang banyak terdapat di bibir pantai. Dengan pasir putihnya yang halus, membentang di sepanjang pantai. Anak-anak juga mencoba membuat bangunan dari pasir putih tersebut, juga membuat coret-coretan di atas pasirnya.

Selain airnya yang sangat jernih, Pantai Kukup ini juga memiliki ciri khas tersendiri yaitu, adanya pulau karang yang berada di sebelah timur pantai. Pulau karang tersebut terletak tidak jauh dari tebing pantai dan telah dihubungkan dengan sebuah jembatan, sehingga kita tidak perlu susah-susah untuk mencapai puncak pulau karang. Dan di sana terdapat sebuah gardu pandang, sehingga kita bisa melihat suasana pantai dari atasnya. Dengan background pulau karang, kita bisa mendapatkan foto yang cantik di pantai Kukup ini.

Bisa kita ibaratkan, berada di Pantai Kukup rasanya seperti di pantai Tanah Lot, Bali. Oleh karena itu Pantai Kukup dikenal dengan pantai Tanah Lotnya Jawa.

Tak lupa, kami pun membeli oleh-oleh khas pantai seperti udang goreng tepung, kepiting, ikan dan yang paling saya suka adalah kripik rumput laut yang rasanyaaa.. endeees..

Matahari kian meredup tenggelam di ufuk Barat. Puas menikmati bermain air dan suasana pantai, waktunya mandi-mandi dan bersih-bersih untuk menunaikan shalat maghrib. Untungnya di sepanjang jalan keluar dari pantai Kukup ini sudah lengkap terdapat toilet, musholla dan penginapan. Jadi kami tak perlu bingung mencari tempat untuk shalat.

Bukit Bintang

Selesai melaksanakan sholat kami pun meluncur untuk pulang menuju penginapan. Dengan menyusuri jalan dari daerah Wonosari menuju Pathuk, di tengah perjalanan saya meminta untuk berhenti karena nampak kerlap kerlip lampu dari ketinggian bukit Pathuk.

Tepatnya berada di sisi kiri jalan. Ada banyak resto atau warung makan lesehan yang menawarkan keindahan Bukit Bintang. Jadi, sambil menikmati makanan, atau hidangan khas Yogya, ataupun sekedar menyeruput secangkir kopi panas, anda bisa menikmati suasana romantis malam hari di Bukit Bintang ini.

Tak heran jika bukit ini dinamakan bukit bintang, karena dari sana kita dapat menikmati kerlap kerlip bintang di angkasa saat cuaca cerah dan tidak tertutup awan, serta kerlap kerlip lampu dari seluruh penjuru kota Yogyakarta. Nampaknya tempat ini akan lebih cantik pada saat sunset.
Banyak para wisatawan yang juga menikmati kerlap kerlip suasana malam di Bukit Bintang ini.

Bakpia Pathok

Alhamdulillah, malam tadi kami bisa beristirahat dengan nyaman, dan pagi ini waktunya kami meninggalkan Kota Yogyakarta, sebuah kardus dengan beberapa kotak berisi bakpia pathok oleh-oleh khas Yogya yang telah dipersiapkan oleh adik kami, siap menemani perjalanan kami.

Bakpia ini berbentuk bulat pipih dengan isi kacang hijau kupas bercita rasa manis yang dibungkus dengan kulit berbahan dasar terigu yang proses pematangannya adalah dengan cara dipanggang. Sesuai perkembangan zaman, isi bakpia tidak hanya melulu isi kacang hijau, melainkan sudah banyak varian rasanya, seperti kumbu kacang hitam, keju, coklat, durian, nanas, ubi ungu, dan lain-lain.
Untuk soal rasa, tidak diragukan lagi, manis-manis gurih, dan rasanya lumer di lidah. Maknyuus.

Alhamdulillaah, terima kasih untuk semuanya. Kalau suatu saat saya kembali lagi ke Yogya, saya masih ingin menyusuri tempat-tempat yang belum sempat saya singgahi. Tanah Indonesiaku adalah tanah yang indah dan permai. Bagaimana pendapat anda?