Penyembuhan Penyakit Berdasarkan Tuntunan Nabi (SAW)

Sering kita dengar keluarga atau teman-teman kita satu per satu menderita penyakit yang bermacam-macam walaupun usianya masih muda. Dari sekedar nyeri di bagian belakang leher, sering mengeluh sakit kepala, gangguan perut, sampai yang menderita jantung, stroke, atau kanker. Pengobatan ke dokter terkemuka maupun pengobatan alternatif pasti sudah menjadi langkah yang dipilih demi kesehatan dan keselamatan jiwanya. Namun terkadang kita justru menomorduakan penyembuhan penyakit berdasarkan tuntunan Nabi (SAW) dengan alasan penyakit yang tidak sembuh-sembuh, tidak yakin bisa sembuh, atau terlalu lama proses kesembuhannya bila mengikuti pengobatan alami ini.

Di jaman yang serba instant ini semua orang ingin segala sesuatunya mudah diperoleh tanpa usaha keras, ingin cepat kaya, ingin cepat sukses, ingin cepat sembuh dari sakit dan sebagainya. Termasuk dalam hal makanan, hampir setiap orang ingin melahap makanan yang lebih lezat, lebih cepat, dan lebih praktis membuatnya. Akibatnya makanan yang tidak sehat yang ada di sekitar kita sudah masuk ke dalam tubuh sedikit demi sedikit selama puluhan tahun mengendap, sehingga akhirnya muncul menjadi penyakit yang tanpa kita sadari sebenarnya karena kesalahan kita sendiri.

Allah (SWT) berfirman dalam QS Yunus:57,

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Pengobatan ala Nabi (SAW) tidak terbatas pada pengobatan spiritual saja, tetapi tetap ada keseimbangan antara pengobatan jasmani dan rokhani. Bahan-bahan alami yang tersedia di sekitar kita seperti air, kurma, madu, lemon, jintan hitam, dan sebagainya bisa menjadi obat, asal benar dosis pemakaiannya dan tepat obatnya.

Dalam bukunya At-Tib an-Nabawee (penyembuhan dengan obat ala Nabi), Sheikh Al-Islam Ibn Al-Qayyim Al-Jawziah menyebutkan bahwa penyembuhan ala Nabi (SAW) lebih kepada memperkuat hati dan meningkatkan ketergantungan kepada Allah (SWT). Selalu memohon perlindungan-Nya, menjaga agar selalu bersikap rendah hati, bersifat lembut dihadapan Allah (SWT), bersungguh-sungguh meminta kepada-Nya, memperbanyak sedekah, dan selalu berdoa memohon ampunan-Nya.

Bagaimana setiap orang telah mengesampingkan pengobatan penyakit yang paling efektif yang menyerang hati dan jiwa manusia yaitu dengan merasakan nikmat dan bahagianya kita ketika mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, mencintai-Nya, mengingat-Nya, dan mendedikasikan diri kita sepenuhnya, bergantung dan hanya meminta pertolongan kepada Allah (SWT).

Seperti yang selalu kita dengar beberapa hadits Sahih Muslim bahwa Nabi (SAW) bersabda,

Setiap penyakit ada obatnya, dan bila pengobatan yang benar digunakan terhadap penyakit itu, penyakit itu akan sembuh, bila Allah berkehendak.

Juga disebutkan dalam hadits sahih lain, bahwa Rasulullah (SAW) bersabda,

Allah tidak mengirim suatu penyakit kecuali bahwa Dia juga menurunkan obatnya.

Imam Ahmad menyebutkan bahwa Usamah bin Shuraik berkata,

Saya sedang bersama dengan Nabi (SAW) ketika Bedoin datang kepadanya dan berkata, “wahai Rasulullah, haruskah kita mencari obat?” Beliau menjawab, “Ya, hamba Allah, carilah obat, karena Allah tidak menciptakan penyakit kecuali Dia juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka berkata, “Dan apa itu?” Beliau menjawab “tua.”

Oleh karena itu bila kita sedang sakit selalu ingatlah perkataan Nabi bahwa semua penyakit itu ada obatnya. Bila si sakit merasa bahwa penyakitnya ada obatnya, hal ini dapat menjadi penyemangat hidupnya, memberikan harapan untuk sembuh, dan selalu berpikir positif. Pikiran yang positif akan memberikan energi positif, dan akan menyehatkan jasmani dan rokhaninya. Kekuatan ini yang menurut Ibn Al-Qayyim akan memperkuat bagian tubuh yang sakit, dan penyakit pun akan lebih mudah disembuhkan.