Perjalanan Panjang Menikmati Keindahan Kawah Ijen

Pesona keindahan alam Kawah Ijen tak hanya memikat hati pelancong domestik tapi juga para turis mancanegara. Namun butuh usaha keras demi bisa menikmati keindahan Kawah Ijen dengan air kawahnya yang bisa berubah warna dari biru ke hijau toska dan blue fire atau api birunya yang merupakan fenomena alam langka.

Kawah Ijen merupakan danau kawah yang bersifat asam di Gunung Ijen yang terletak di perbatasan Bayuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur. Nah karena kawahnya berada di puncak Gunung Ijen, wisatawan harus trekking atau mendaki jalur pendakian sepanjang tiga kilometer untuk melihat indahnya danau kawah yang saat cuaca cerah tanpa kabut berwarna biru namun saat kabut turun air kawah akan berwarna hijau toska.

Pemandangan di Kawah Ijen.
Pemandangan di Kawah Ijen.

Jika ingin berwisata ke Kawah Ijen, ada dua jalur menuju Ijen yaitu dari Banyuwangi dan Bondowoso. Dari arah Banyuwangi rutenya melewati Licin menuju Desa Banyusari menuju Paltuding yang menjadi titik start pendakian. Sementara jika berangkat dari Bondowoso rutenya melewati Wonosari menuju Sempol lalu berakhir di Paltuding.

Kawah ijen dengan pemandangan air kawah berwarna hijau toska.
Kawah ijen dengan pemandangan air kawah berwarna hijau toska.

Saat berkesempatan melakukan perjalanan ke Kawah Ijen, saya memilih rute dari Bondowoso karena sebelumnya saya mampir dulu snorkeling di Pasir Putih, Situbondo. Kata orang-orang jalur dari Bondowoso menuju Paltuding lebih aman dan kondisi jalan lebih mudah dilewati ketimbang dari jalur Banyuwangi.

Saat itu saya dan dua orang teman kesorean sampai di Bondowoso. Kami turun didaerah pinggiran Bondowoso dan tidak paham daerah mana. Waktu itu kami menerangkan ke kondektur bus mengenai tujuan kami ke Kawah Ijen dan si kondektur menurunkan ditempat yang biasanya digunakan orang-orang menunggu angkutan umum menuju Kawah Ijen.

Tapi menit demi menit hingga satu jam kami menunggu tidak ada angkutan umum yang lewat menuju Paltuding. Kami pun memutuskan bermalam dulu di Bondowoso. Namun kami sempat bingung mau menginap dimana karena dalam itinerary perjalanan tidak menyiapkan rencana menginap di Bondowoso. Senja mulai menyapa dan kami juga tidak tahu apakah masih ada angkutan umum menuju kota Bondowoso dan di sekitar tempat kami menunggu angkutan tidak ada penginapan.

Saat azan Maghrib berkumandang dari arah perkampungan, kami bergegas menuju arah suara azan dan kami menemukan sebuah musola kecil di tengah perkampungan. Kami pun ikut shalat berjamaah dengan warga kampung.

Hati yang gelisah ini rasanya lebih ringan setelah shalat dan berdoa. Saya juga bisa berpikir dengan lebih tenang mengenai langkah apa yang harus diambil. Dalam hati saya ada keyakinan kuat Allah SWT pasti membantu kami. Seperti janji Allah SWT di Alquran Surat Al Baqarah ayat 153:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah:153).

Seusai shalat Maghrib saya mencoba menelfon salah seorang teman di komunitas backpacker yang berasal dari Bondowoso tapi domisilinya saat itu di Surabaya. Saat menyusun itinerary perjalanan saya banyak bertanya dengan kawan saya tersebut melalui email dan message Facebook. Alhamdulillah telfon saya segera diangkat dan saya ceritakan apa yang terjadi.

Kawan saya kemudian memberi saya nomor telfon seorang kawannya di Bondowoso yang bisa membantu ke Kawah Ijen. Saya pun menghubungi nomor telfon yang diberikan. Alhamdulillah kawan dari kawan saya tersebut bersedia membantu kami. Dia menyarankan kami naik bus menuju Terminal Bondowoso.

Kami pun bergegas bertanya pada penduduk di sekitar musala kemana arah menuju terminal dan bus apa yang harus kami naiki. Setelah mendapatkan petunjuk arah kami naik bus menuju Terminal Bondowoso. Sesampainya di terminal kami menunggu kedatangan kawan yang tadi saya hubungi. Lalu datanglah kawan yang saya hubungi tadi. Namanya mas Iswahyudi dan beliau ternyata sering membantu para backpacker yang ingin ke Kawah Ijen.

Kami meminta tolong mas Iswahyudi mencarikan penginapan tapi beliau malah membawa kami ke rumahnya. Sesampainya dirumah beliau isterinya mbak Khusnah menyambut hangat kedatangan kami. Mbak Khusnah dan mas Iswahyudi memberi kami tumpangan menginap bahkan menyiapkan makan malam sederhana yang sangat enak. Bahkan di pagi harinya pasangan yang baik hati ini juga mempersiapkan sarapan untuk kami.

Kami berbincang mengenai tujuan kami ke Kawah Ijen. Mas Iswahyudi bersedia mengantar kami menuju Kawah Ijen. Ternyata rumah mas Iswahyudi sering disinggahi backpacker mancanegara yang ingin ke Kawah Ijen. Keesokan paginya, kami diantar menggunakan mobil jeep milik mas Iswahyudi.

Sepanjang perjalanan menuju Paltuding kami disuguhi pemandangan alam desa yang asri. Kami juga melewati jalan yang membelah hutan dan melewati jalanan berkelak-kelok khas jalan menuju kaki gunung. Sesampainya di Paltuding dan membeli tiket serta mengisi buku tamu, kami memulai trekking menuju Kawah Ijen. Suasananya cukup ramai. Banyak wisatawan asing yang sebagian besar sudah berumur begitu semangat trekking.

Medan trekking sepanjang tiga kilometer dengan kemiringan 25-35 derajat disini cukup menguras tenaga karena sekitar 1,5 kilometer pertama jalur pendakiannya menanjak lalu diikuti jalur berkelak kelok dan berbatu. Agar tidak cepat capai kami disarankan untuk mengambil langkah kecil saat jalur menanjak. Kami juga menggunakan patahan dahan pohon sebagai tongkat untuk membantu menopang badan kami saat melewati jalan menanjak.

Sepanjang pendakian wisatawan akan sering berpapasan dengan para penambang belerang di Kawah Ijen, Jawa Timur.
Sepanjang pendakian wisatawan akan sering berpapasan dengan para penambang belerang di Kawah Ijen, Jawa Timur.

Perjalanan dari Paltuding menuju Kawah Ijen memakan waktu dua jam sampai dua setengah jam. Disepanjang perjalanan kita akan sering berpapasan dengan para penambang belerang. Para penambang ini dalam sehari bisa tiga hingga empat kali naik-turun kawah. Tak hanya jalur pendakian yang berat dilalui tapi mereka juga memanggul beban puluhan kilo belerang saat mereka turun dari kawah.

Upah para penambang belerang sangat minim di mana upah yang mereka terima berdasarkan berat belerang yang berhasil mereka setorkan. Para penambang menyetor belerang disebuah pos yang letaknya cukup jauh dari puncak Gunung Ijen. Hasil yang didapatkan para penambang belerang tersebut tidak sepadan dengan tenaga yang mereka keluarkan. Namun karena menambang belerang menjadi mata pencaharian mereka, seberat apapun medan pendakian tetap mereka jalani dengan rasa syukur.

Penambang belerang di Kawah Ijen menyetorkan belerang di sebuah pos yang lokasinya cukup jauh dari puncak Gunung Ijen.
Penambang belerang di Kawah Ijen menyetorkan belerang di sebuah pos yang lokasinya cukup jauh dari puncak Gunung Ijen.

Sesampainya di puncak Gunung Ijen, kami melihat pemandangan yang sangat memesona. Alhamdulillah kami akhirnya sampai ke puncak dan bisa melihat pemandangan Kawah Ijen dengan air kawah berwarna hijau toska. Kabut yang turun membuat pemandangan ke kawah kurang maksimal dan membuat air kawah yang sebenarnya berwarna biru menjadi hijau toska.

Karena sudah siang kami tidak turun menuju tepi kawah dan tidak bisa melihat blue fire yang hanya bisa dilihat saat dini hari sekitar pukul 01.00-02.00 WIB. Perjalanan panjang kami terbayar lunas dengan pemandangan menakjubkan di Kawah Ijen. Alhamdulillah.

2 komentar untuk “Perjalanan Panjang Menikmati Keindahan Kawah Ijen”

  1. Hi.

    Saya wanah, reporter dari malaysia. Saya ada Baca
    Mengenai artikel penambang belerang di kawah ijen. Bisa saya dapatkan contact number yang boleh saya huBungi sekiranya mahu ke sana dan cover Kisah kehidupan penambang belerang
    Ini? Terima kasih

Komentar ditutup.