Potret Kepedihan Istri Bersuamikan Gay

Topik mengenai lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) yang beberapa waktu terakhir menjadi trending topic di berbagai media sosial masih menjadi isu seksi. Isu LGBT semakin panas diperbincangkan seiring dengan munculnya kasus hukum dua artis laki-laki tersohor Indonesia yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap sesama jenis.

Salah satu artis tersebut berstatus menikah dan memiliki anak sedangkan satu artis lainnya berstatus duda. Terlepas dari benar tidaknya tuduhan tersebut, pada kenyataannya banyak gay yang menikahi perempuan sebagai kamuflase demi status sosial mereka di mata masyarakat.

Penulis muda berbakat, Wulan Darmanto, memotret kisah nyata mengenai kepedihan para istri bersuamikan gay dan beberapa gay yang berusaha taubat dalam bukunya bertajuk Suamiku dan Pacar Lelakinya. Buku ini terbit beberapa waktu sebelum topik LGBT ramai diperbincangkan banyak orang dari berbagai kalangan dan diberbagai forum terutama di media sosial.

Penulis buku Suamiku dan Pacar Lelakinya, Wulan Darmanto.
Penulis buku Suamiku dan Pacar Lelakinya, Wulan Darmanto.

Kepada aMuslima Wulan bercerita mengenai pengalamannya menulis buku tersebut, bagaimana dia berinteraksi dan menyelami perasaan para nara sumbernya. Berikut petikan wawancara aMuslima dengan Wulan seputar pengalamannya saat menulis buku Suamiku dan Pacar Lelakinya yang diterbitkan Kinimedia.

aMuslima (A): Berapa lama proses penulisan buku Suamiku dan Pacar Lelakinya?

Wulan (W): Proses menulisnya hampir setahun. Cukup lama karena saat itu anak bungsu saya belum sekolah dan kemana-mana harus ikut saya. Selain itu mencari serta mendekati nara sumber juga tidak mudah mengingat tema yang saya angkat menyangkut rahasia sensitif mereka.

A: Kenapa memilih tema tentang istri yang bersuamikan gay?

W: Saya tergerak menulis ini karena saya ingin tidak ada lagi perempuan-perempuan lainnya yg mengalami hal serupa, diperistri laki-laki gay sebagai kamuflase status si laki-laki di mata masyarakat bahwa dia sudah menikah.

A: Ada berapa kisah dalam tulisan ini?

W: Keseluruhan ada 12 kisah yaitu sembilan kisah istri bersuamikan gay dan tiga kisah gay taubat. Kisah gay taubat itu saya tulis sebagai penyeimbang dengan harapan bisa menginspirasi kaum LGBT yang membaca buku ini bahwa asalkan ada kemauan mereka bisa kembali fitrah hidup normal.

A: Bagaimana para istri tersebut bisa mengetahui suami mereka gay?

W: Rata-rata mereka mengetahuinya lewat telepon seluler suami mereka. Ada juga suami yang secara terang-terangan mengaku gay lalu mengajak pacar laki-lakinya ke rumah dan dikenalkan ke istri.

A: Bagaimana nasib rumah tangga mereka setelah si suami ketahuan gay?

W: Ada yang mempertahankan rumah tangga mereka dimana rata-rata alasannya karena anak atau demi menjaga perasaan keluarga besar. Namun ada juga yang memutuskan bercerai.

A: Mereka yang mempertahankan rumah tangganya, apakah sang suami tetap melanjutkan hubungan dengan pacar lelakinya atau mau bertaubat?

W: Ada yang suaminya tetap jalan dengan pacar laki-lakinya dan istrinya mulai terbiasa dengan kondisi itu. Alasannya demi anak dan status sosial di masyarakat. Namun mereka tidak lagi berhubungan badan suami istri.

Ada juga suami yang pelan-pelan mau diajak taubat tapi kambuh lagi lalu taubat lagi seperti penyakit kambuhan. Tapi pada dasarnya gay yang sembuh 100% dan orientasinya berubah jadi pure heteroseksual itu tidak ada.

A: Apa hal paling berat bagi para istri tersebut ketika mengetahui suami mereka gay?

W: Hal terberat yang mereka rasakan adalah menyadari bahwa perkawinan mereka telah berakhir. Ada rasa kekhawatiran bagaimana kalau sampai anak-anak mereka mengetahui sang ayah gay. Rasanya sangat berat menjaga aib dari keluarga besar dan lingkungan dan ada ketakutan terjangkit penyakit menular (HIV AIDS) dari suami.

A: Tentang kisah gay, bagaimana mereka bisa mengalami disorientasi seksual? Apakah semua gay masuk dalam sebuah komunitas?

W: Mayoritas karena mereka kehilangan figur ayah dan kedekatan dengan orang tua. Selain itu akibat kesalahan pola asuh, misalnya dari kecil sering didandani sebagai perempuan. Ketika menyadari mereka gay tidak semua dari mereka masuk dalam komunitas gay, ada juga gay pasif dan terombang-ambing.

A: Mengenai gay yang taubat apakah mereka bisa benar-benar kembali ke fitrahnya sebagai laki-laki normal?

W. Mereka taubat dalam artian dia tidak lagi masuk ke dunia gay. Tapi karena basic mereka homo jadi untuk 100% menjadi laki-laki normal sangat sulit, apalagi yang sudah merasakan hubungan seksual dengan sesama jenis.

Sementara mereka yang mengaku taubat mengaku tetap merasa dag dig dug ketika melihat laki-laki ganteng. Bahkan ada nara sumber saya bercerita hanya dengan melihat betis tukang becak yang kekar dia bisa langsung ereksi. Namun mereka yang taubat ini bisa menahan nafsu dan tidak melampiaskan hasrat seksualnya terhadap sesama jenis.

A: Dari kisah para istri bersuamikan gay dan kisah gay taubat ini pesan apa yang ingin disampaikan kepada pembaca?

W: Untuk kaum gay, jangan coba-coba menikahi perempuan kalau hanya untuk kamuflase status. Lihat kisah istri-istri ini betapa neraka dunia telah dihadirkan suami gay dalam kehidupan mereka. Sementara untuk para istri yang mengalami hal serupa bersuamikan gay agar bisa mengambil pelajaran dan setidaknya merasa tidak sendirian.

Adapun untuk yang sudah berumahtangga dan keadaannya baik dan normal saja agar bisa semakin mensyukuri rumahtangganya. Karena masalah kita bisa jadi belum seujung kuku dari masalah para istri bersuamikan gay ini.

Sedangkan bagi yang belum menikah agar berhati-hati dan teliti memilih calon suami. Meski sulit mengidentifikasikan laki-laki gay tapi setidaknya sebagai antisipasi curigai laki-laki yang hobi body building, hobi perawatan wajah dan tubuh, memiliki akun sosial media yang banyak dan ada kecenderungan berteman dengan laki-laki di sosial media tersebut. Cara ekstrim yang bisa dilakukan untuk mengenali calon suami adalah dengan membuntuti kesehariannya setidaknya selama sepekan. Sementara untuk kaum LGBT semoga buku ini bisa menginspirasi mereka untuk kembali ke fitrah mereka.

Fitrah manusia hidup berpasang-pasangan dengan lawan jenis telah diserukan Allah (SWT) dalam Alquran.

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa ayat 1)

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.Al Hujurat ayat 13).

Asalkan ada kemauan dan tekad kuat serta usaha, kehidupan normal bisa dijalani para LGBT. Masyarakat perlu mendukung para LGBT kembali ke fitrah mereka bukan menghujat dan menyingkirkan mereka.