Sukses Karena Kepepet

Kalau ingat masa-masa kuliah dulu, banyak mahasiswa yang belajar dengan sistem SKS (sistem kebut semalam). Maunya belajar jauh-jauh hari ternyata pelajaran susah masuk ke dalam memori, sementara belajar karena mau ujian esok hari ternyata lebih cepat menangkap dan memahami. Tentu ini bukan contoh yang patut ditiru, tapi banyak pelajaran kehidupan yang membuktikan bahwa banyak juga orang yang sukses karena kepepet.

Dengan kepepet, kita dipaksa untuk memikirkan jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi, kepepet memiliki energi positif untuk move on. Mungkin kita sering pula mendengar atau membaca kisah-kisah orang sukses usaha setelah kena PHK, setelah mengalami musibah, atau setelah usahanya bangkrut, karena kepepet ternyata usahanya menjadi berkembang, dan sebagainya. Manusia diberi akal oleh Allah SWT untuk sanggup melalui ujian yang dihadapi.

Banyak orang yang lambat untuk bertindak justru bila berada dalam posisi nyaman dan mudah, sementara pada saat terdesak maka muncul kualitas dirinya, dapat lebih maju ketika dalam posisi sulit. Pertanyaannya perlukah kita menunggu saat kepepet dulu baru maju? Terkadang orang dalam memulai suatu usaha terlalu lama bersiap-siap, banyak pertimbangan, tidak berani melakukan sesuatu atau take action. Lalu kapan mulainya?

Agar kita dapat memotivasi diri untuk maju, kita bisa menciptakan suasana kepepet atau artificial emergency. Buatlah kepepet ini menjadi target kita untuk maju. Contohnya target usia 30 tahun sudah membuka cafe sendiri, usia 35 tahun sudah memiliki apartemen di kawasan bisnis, usia 45 tahun sudah memiliki aset Rp 7 miliar, di usia 47 tahun sudah pensiun dan membangun pondok tahfidz Qur’an, dan seterusnya. Semakin diketatkan targetnya, semakin keras usaha kita untuk mencapainya. Gunakan usia sebagai batas waktu. Bersegeralah seperti Anda sedang terancam.

Ketika saya tinggal di apartemen kecil di Virginia, USA saya hanya memiliki putri berusia 4 tahun saat itu. Putri saya begitu aktifnya sehingga kadang membuat kami kewalahan. Suatu saat dia masuk ke dalam kamar mandi dan tanpa sengaja menekan tombol pengunci pintu. Saat dia berusaha membuka pintu, dia tidak tahu caranya. Kami panik saat itu, tidak tahu bahwa pegangan pintu sudah ada lubang dari luar yang bisa ditekan dengan bolpen atau pensil untuk membuka pintunya. Karena ketidaktahuan kami, suami berusaha keluar lewat luar, nasib baik kami tinggal di lantai dasar sehingga suami dapat mencapai jendela kamar mandi dan membukanya. Masuklah suami melalui jendela sempit kamar mandi untuk membuka pintu kamar mandi dari dalam. Kalau dipikir bagaimana mungkin badan sebesar itu bisa cukup masuk ke dalam jendela kecil? Tentu karena situasi terdesak atau kepepet!

Kepepet yang dimaksud di sini adalah kepepet yang positif. Dengan kepepet, kita akan berusaha lebih maksimal. Bila Anda ingin memiliki penghasilan lebih besar dari yang ada sekarang, buatlah cita-cita ini menjadi target yang mendesak. Caranya diantaranya dengan meningkatkan terus keahlian Anda, mendatangi kursus singkat atau seminar-seminar tentang ilmu yang menunjang cita-cita Anda. Untuk memiliki penghasilan dan tabungan yang lebih banyak memang perlu menghemat pengeluaran. Tetapi mengutip pendapat Robert Kiyosaki, penghematan yang berlebihan, terkadang membuat seseorang merasa cukup dan lupa mencari penghasilan tambahan.

Jangan kita menyesuaikan dengan kemiskinan atau menyesuaikan dengan keterbatasan yang kita miliki. Sering kita berkata dalam hati, saya tidak mampu membeli rumah besar itu, saya tidak cukup uang untuk sedekah lebih banyak seperti tetangga saya yang kaya raya, saya tidak mampu untuk sekolah ke luar negeri karena mahal biayanya. Yang harus kita pupuk adalah bagaimana saya sanggup membeli rumah besar itu, bagaimana saya mampu bersedekah berlipat dari yang sudah saya lakukan sekarang, bagaimana saya bisa sukses dalam usaha ini. Tekad ini dapat membuka pikiran kita untuk terus berusaha. Ciptakan kondisi kepepet sesuai dengan yang Anda inginkan, sehingga situasi kepepet yang Anda buat itu dapat membuahkan hasil, dan menjadi berkah bukan musibah.

Foto: Dunia Internet