TKW di Saudi yang Sukses Kuliah

Hidup menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) tidaklah mudah, apalagi banyak cerita tentang TKW yang diperlakukan tidak baik oleh majikannya, yang kabur dari rumah majikan karena tidak digaji, yang siap dijaring karena status ilegal atau citra buruk yang disandang oleh para TKW Indonesia. Tetapi di balik itu banyak juga kisah sukses para TKW yang mampu membangun cita-citanya untuk memperbaiki nasib diri dan keluarganya di tanah air. Dina Dinarti, asal Cianjur Jawa Barat, yang sudah menetap di Yanbu Madinah selama 11 tahun, termasuk TKW di Saudi yang sukses kuliah S1 di Universitas Terbuka (UT) di Saudi Arabia.

Kepada indo.aMuslima Dina mengatakan motivasi belajarnya adalah untuk meneruskan cita-cita yang sempat terputus. “Saya menyukai bidang pendidikan karena saya sadar saya hanya memiliki kelebihan di bidang itu, dan saya sadar memiliki kekurangan harta dan rupa,” katanya merendah. Namun karena hambatan biaya, Dina sempat hanya mampu mengenyam pendidikan formal hingga SMP. Karena menurutnya waktu itu (1992) perhatian terhadap siswa berprestasi yang kurang mampu masih kurang. Akhirnya Dina terpaksa harus bekerja untuk meringankan beban orang tuanya.

Dina di depan ka’bah

Tidak pernah terpikir olehnya untuk memiliki kesempatan menyambung sekolah formal. Karena menurutnya saat itu ia tidak mengetahui ada program Paket C. Akhirnya saat perekonomian keluarga sudah membaik, Dina bertekad untuk kembali menuntut ilmu di pendidikan informal (pesantren). Namun di pesantren pun ia harus putus sekolah karena ekonomi keluarga kembali memburuk sementara ibunda pun sakit parah. Dina pun sadar akan kondisi ekonominya dan adik-adik yang masih memerlukan biaya pendidikan.

Sebagai anak ke-3 dari 7 bersaudara, Dina memberanikan diri ke Saudi untuk pertama kalinya pada tahun 2000. Selama 4 tahun dia bekerja dan mengirim uang hasil kerjanya untuk membiayai pengobatan ibu dan biaya pendidikan adik-adiknya. Tahun 2004 Dina pulang ke kampung halaman tanpa tahu apa yang akan ia lakukan. Dina sadar bahwa untuk bekerja memerlukan minimal ijazah SMA yang belum ia miliki. Alhamdulillah Dina memiliki seorang guru yang selalu menyemangatinya untuk terus belajar dan menganjurkannya untuk mengambil Paket C.

Pada saat itu program paket C menurutnya belum seramai sekarang. Dina mengatakan bahwa untuk mendapatkan informasi dan registrasi pun ia harus datang langsung ke Depdikbud. Namun alhamdulillah Dina bersyukur karena ia termasuk dari 32 orang yang lulus dari 350 orang yang mengikuti ujian. Setelah memegang ijazah paket C, Dina merasa peluangnya untuk kembali menimba ilmu ke jenjang yang lebih tinggi mulai terbuka. Memang ijazah paket C dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, terutama karena saat itu masih jarang  yang mengambil program ini. “Rata-rata yang mengambil program ini adalah PNS yang memerlukan ijazah untuk jabatan mereka,” lanjut Dina. Dengan berbekal ijazah kemudian ia mendaftar pada sebuah perguruan tinggi swasta, Dina mulai merajut cita-cita lamanya untuk menjadi guru yang sempat tenggelam.

Namun rupanya jalan untuk belajar tidak selalu mulus. Ketika kuliah belum dimulai, ia harus kehilangan kedua orang tuanya di tahun yang sama (awal 2006). Ayahnya terkena stroke selama seminggu dan akhirnya meninggal, disusul ibunya yang meninggal 10 hari setelahnya karena sakit yang sudah dideritanya selama lebih dari 10 tahun. Kenyataan ini membuat Dina mengurungkan niatnya kuliah dan berpikir untuk konsentrasi bekerja sebagai bekal hidup dan biaya pendidikan adik-adiknya minimal hingga lulus SMA. Dina memang sudah membantu membiayai mereka sejak orang tuanya masih hidup dan menjadi asisten rumah tangga di Saudi kembali menjadi pilihan termudah baginya karena tidak perlu ketrampilan khusus disamping  gaji yang cukup tinggi tanpa perlu berbekal ijazah.

Di Saudi Dina bertekad mengambil kuliah UT pada tahun 2012. Karena UT (cabang Jakarta) berada di Jeddah, Dina harus berangkat Yanbu-Jeddah bila ada ujian atau sekitar 5 jam perjalanan darat. Walaupun ia sibuk bekerja sebagai asisten rumah tangga di salah satu keluarga Saudi, namun dia sanggup membagi waktunya dengan melanjutkan studinya. Meskipun tidak dipungkiri bahwa pada awal bekerja di majikan inipun mereka bukan keluarga yang memberi kesempatan asisten rumah tangganya untuk melanjutkan pendidikan. Menurutnya sama saja dengan majikan Saudi lain yang menaruh curiga dan menganggap asisten rumah tangga hanya memerlukan gaji dan makan tanpa mempertimbangkan hak asasi manusia. Namun ia tidak pernah menyerah.

Untuk membagi waktunya dengan bekerja, Dina harus mengambil waktu istirahatnya untuk belajar. Biasanya Dina belajar sampai jam 2 malam dan ia pun tidak menggunakan waktu kerjanya untuk belajar. Seluruh kerja kerasnya terbukti membuahkan hasil. Tidak tanggung-tanggung, dia mampu menyelesaikan kuliah Fakultas Ekonomi jurusan Ekonomi Pembangunan selama 4 tahun, dengan Indeks Prestasi 3,62!

Jurusan Ekonomi Pembangunan di UT Dina pilih, disamping lebih sedikitnya pilihan yang ditawarkan untuk program UT di Saudi, juga karena ia merasa penasaran. “Jarang-jarang yang ngambil jurusan itu karena katanya sulit, sementara yang ngambil jurusan itupun banyak yang pindah jurusan,” begitu alasan Dina tentang jurusan yang ia pilih. Tapi setelah ia mempelajarinya ia sangat merasakan manfaatnya. Untuk menunjang belajarnya, Dina menggunakan buku digital dari perpustakaan digital UT dan kadang ia mencari-cari di internet atau youtube untuk rumus-rumus tertentu yang ingin ia pelajari.

Tidak cukup sampai di sini, Dina masih terus ingin belajar, dan kini ia tercatat sebagai mahasiswi S1 di UT jurusan Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemah. Dina mengambil lagi kuliah S1, meskipun semua harus ia biayai sendiri. Bisa dikatakan hampir separuh gajinya per bulan digunakan untuk membayar biaya kuliah per semester. Alasan dia mengambil S1 lagi karena untuk lanjut ke S2 biayanya minimal Rp 25 juta, dan itu terlalu mahal untuknya. Meskipun banyak yang  menyayangkan karena dia mengambil S1 lagi, tapi Dina berpikiran lain. “Ilmu bagi saya tetap ilmu, nggak penting gelarnya, tapi dengan belajar ini ilmu saya bertambah,” katanya.

Melalui indo.aMuslima, Dina berharap kepada seluruh TKI maupun TKW dimanapun agar jangan puas dengan hasil sekarang menjadi TKI. “Jadikan ini hanya sebuah jembatan, karena walaupun gaji cukup besar tapi itu tidak akan lama. Cobalah untuk berinvestasi dalam pendidikan.” Selain itu dia juga berharap kepada pihak KBRI/KJRI untuk turut mendukung agar para TKI dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi dengan cara sosialisasi informasi pendidikan. Dina merasa ada orang yang ingin melanjutkan pendidikan tetapi informasi yang diterimanya masih kurang, terutama untuk mereka yang jauh dari Jeddah (untuk Saudi).

Kita doakan semoga Dina sukses meraih cita-citanya dan semakin banyak TKI/TKW kita yang berhasil di negeri orang sehingga bisa kembali ke Indonesia dan membangun desanya menjadi desa yang lebih maju dan berpendidikan.

2 komentar untuk “TKW di Saudi yang Sukses Kuliah”

Komentar ditutup.