Wanita Keturunan Lebanon/Palestina itu

Mungkin tidak banyak orang yang mau meluangkan waktu, tenaga, dan biaya untuk kesejahteraan para  wanita yang sudah tidak bersuami. Namun berbeda dengan wanita paruh baya ini, keinginannya untuk membantu para wanita yang sudah ditinggal mati atau bercerai dari suaminya diwujudkannya dalam bentuk pemberdayaan ekonomi.

Diana, nama wanita berjiwa besar yang memiliki 3 putera dan puteri ini, bersama suaminya berusaha membantu para wanita tulang punggung keluarga khususnya bagi warga negara non-Saudi yang tinggal di Jeddah. Dia mengajarkan ibu-ibu tersebut ketrampilan menjahit sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, memberikan modal bahan yang diperlukan, hingga mereka dapat membuat karya kebutuhan rumah tangga yang bisa dijual, seperti kantung penutup galon air, tempat roti, handle kulkas, penutup teko, tempat tissue, serbet organizer, tas anyam yang dihias dengan kain bermotif Arab, dan sebagainya.

Tas yang dihias
Tas yang dihias

“Saya kasihan melihat mereka, apa yang saya bisa lakukan akan saya lakukan,” katanya kepada aMuslima. Sekarang hasil dari karya mereka dijual di bazaar-bazaar yang diadakan di Jeddah. Sementara seluruh omzet penjualannya di serahkan kepada mereka. Ketika saya tanya berapa rata-rata penghasilan para janda tersebut per bulannya, dia tidak dapat menyebut angka yang pasti. Semua tergantung dari hasil penjualan di bazaar per bulannya. Bila diamati dari harga-harga jual kerajinan yang dia tawarkan sekitar SR10 hingga SR100, kemungkinan perolehan omzet per bazaar sekitar SR 300 atau Rp 1 juta an. Tidak banyak sebenarnya bila harus mencukupi kebutuhan lebih dari 1 keluarga.

Diana, yang berdarah asli Lebanon dan Palestina ini mengatakan bahwa kehidupan para janda ini tidak cukup bila tidak dibantu. Terlebih lagi karena mereka bukan keturunan Saudi maka tidak ada bantuan khusus yang mereka terima dari pemerintah setempat. Mereka biasanya menerima banyak bantuan saat Ramadan tiba. Sementara di luar itu mereka harus bisa mandiri dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Saya bertemu dengan Diana setiap saya berpartisipasi dalam bazaar di event bulanan British Wife Group di Jeddah. Bisa dikatakan dia selalu hadir di bazaar yang saya ikuti. Selalu datang awal dan hampir-hampir setiap saya baru mulai menata barang kerajinan Indonesia saya, mejanya sudah tertata rapi.

Kini wanita berkaca mata ini sudah membantu 36 keluarga yang berasal dari beberapa negara. Niat nya yang ikhlas membantu di usianya yang tidak muda lagi ini patut diacungi jempol. Saya malu dengan diri saya sendiri. Apa yang sudah saya sumbangkan untuk orang banyak? Hampir semua yang saya lakukan hanya untuk kepentingan diri dan keluarga saya! Membantu orang lain masih menghitung-hitung berapa besar tenaga, biaya yang harus saya keluarkan. Belum lagi kalau yang dibantu lupa mengucapkan terimakasih…kadang masih menggerutu dalam hati. Astaghfirullah!

Ya Allah….saya teringat kisah Abdurrahman bin Auf…seorang sahabat nabi yang kaya raya. Beliau selalu berdoa setiap hari agar dijauhkan dari sifat kikir. Padahal sedekah harta dan tenaganya untuk berjihad luar biasa!. Tidak dapat dipungkiri, menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak itu tidak lah mudah, namun Jannah, in shaa Allah sebagai imbalannya.

Malu saya ya Allah…merunduk…tepekur…menata semangat untuk berbuat lebih baik lagi.