Andai Kartini Masih Ada…

Sosoknya yang anggun
Dengan kharisma yang selalu melekat pada dirinya
Tak mungkin terlupa kisah perjuangannya mengangkat derajat perempuan Indonesia
Perjuangan yang begitu berat
Di tengah-tengah peperangan yang masih terus berkecamuk
di negri tercinta kita

Namanya menjadi simbol untuk kebangkitan perempuan Indonesia
Perempuan-perempuan yang dulunya selalu tertindas
Dianggap lemah karena tak mampu berbuat apa-apa
Bahkan ide dan suaranya hanya sebatas kerongkongan saja

Andai Kartini masih ada…
Ia akan dengan bangga melihat begitu banyak perempuan Indonesia
yang kini telah banyak menempuh pendidikan tinggi

Andai Kartini Masih ada…
    Ia akan bahagia melihat begitu banyak perempuan Indonesia                    yang menduduki jabatan penting di kursi pemerintahan,
Yang suaranya di dengar oleh rakyat di seluruh pelosok negri tercinta

Tapi..

Andai pun Kartini masih ada…
Pilu hatinya melebihi rasa bahagianya sebab ternyata
masih banyak perempuan Indonesia yang kepandaiannya justru dijadikan alat
untuk menipu bangsa

Andai Kartini masih ada…
Hatinya miris teriris
Dan lukanya akan semakin robek,
merasa perjuangannya menjadi tak lagi berarti apa-apa
Manakala dilihatnya masih banyak perempuan-perempuan
yang menjajakan kecantikannya hanya demi gelimang harta

Hanya demi pemuas nafsu syahwat,
Prostitusi kian mewabah di sana sini,
mulai dari yang sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan
Merambah hingga media on line mengikuti perkembangan zaman
yang semakin canggih, tak peduli artis, pejabat, bahkan gadis-gadis remaja

Andai Kartini masih ada…
Dan juga para perempuan pejuang Indonesia
Aakh, bukan hanya Kartini,
Dan para perempuan pejuang itu…
Aku yang hanya perempuan Indonesia biasa
Begitu tersakiti, dan rasa itu semakin menohok,
menikam rasa cinta, kesucian,
fitrah, dan harkatku sebagai perempuan
Begitu nistanya, begitu rendahnya
Aku memang bukan perempuan suci
Yang terlepas dari dosa dan noda

Namun,
Haruskah perempuan-perempuan yang melahirkan kalian itu menangis,
Haruskah guru-guru kalian juga berurai air mata

Manakala mereka mengetahui bahwa anak-anak yang dulu mereka didik
penuh cinta dan harapan..
kini tak lagi seperti yang diimpikannya

Zaman yang semakin canggih membuat kalian pun semakin “cerdas”
Kecerdasan yang menggiring anak-anak perempuan Indonesia lainnya
mencontoh kalian
Hingga semakin jatuh dalam keterpurukannya,
Semakin dalam kebodohannya untuk menghargai diri mereka sendiri,
Dan semakin bobrok pula mental dan moralnya mengikuti jejak-jejak langkah
“bidadari-bidadari pencari surga dunia”

Tak sayangkah kalian pada diri kalian sendiri?…
Lekuk-lekuk tubuh yang ada pada diri kita kaum perempuan,
Adalah keindahan yang mulia,
Bukan untuk dipamerkan di sembarang tempat
Allah saja telah menjaga diri kita dengan cara teramat indah
Yang digariskan melalui kalam-Nya
dengan cara menutup aurat
dan dengan melalui pernikahan yang sakral

Tidakkah kita ingin mengembalikannya nanti
dalam fitrah kita sebagai manusia yang suci?

Dan tidakkah kita ingin bersyukur dan berterimakasih pada-Nya
atas kesempurnaan yang telah Ia limpahkan,
di antara perempuan-perempuan lain yang mungkin tidak sesempurna kita

Bercerminlah wahai perempuanku..
Bersyukurlah kepada-Nya dengan cara yang pantas
Dan sadarlah..
Bahwa tubuh kalian tak lebih indah dari
“Pakaian taqwa” yang seharusnya kalian miliki

***

Jeddah, 30 Desember 2015