Catatan Kecil dari Indonesia Expo 2018 di Jeddah

Selesai sudah perhelatan akbar Indonesia Expo 2018 yang diselenggarakan sejak 28 November hingga 1 Desember 2018. Pameran bertemakan “Made in Indonesia Expo” ini digelar di the Jeddah Center for Forums and Events yang bertempat di Sultan Ibn Salman Al-Nuzhah Jeddah. Kerjasama Indonesia dan Saudi diharapkan semakin erat. Expor non migas ke Arab Saudi pun diharapkan terus meningkat melalui promosi gencar sektor perdagangan, industri, investasi, maupun pariwisata Indonesia. Apalagi menurut Mohamad Hery Saripudin (Konsul Jendral Indonesia Jeddah), setidak-tidaknya ada 2 segmen pasar yang merupakan potensi pasar yang besar bagi expor Indonesia yaitu warga Indonesia yang tinggal di Saudi (lebih dari 350 ribu orang) dan warga Saudi sendiri (Arab News, 29 November 2018).

Saya sendiri bisa merasakan kesuksesan acara yang berlangsung selama 4 hari ini karena ikut membantu salah satu partisipan Indonesia Expo. Dari hari pertama hingga hari terakhir pengunjung datang dari masyarakat Indonesia yang tinggal di Jeddah, masyarakat Arab keturunan Indonesia, maupun masyarakat Arab Saudi. Bahkan ada pengunjung yang tinggal di Mekkah dan Madinah ikut meramaikan Indonesia Expo yang sudah sekian dekade belum pernah diadakan lagi itu.

Gerai di Indonesia Expo

Dari percakapan saya dengan para pengunjung, banyak dari mereka (bukan orang Indonesia asli) yang menyukai produk Indonesia, apalagi bila salah satu orang tua atau nenek moyang mereka juga berasal dari Indonesia. Mereka berusaha menyapa saya dalam bahasa Indonesia meskipun logatnya masih kaku. Berbagai variasi produk daerah seperti dari Jawa Tengah, Bantul, Jambi, Maluku, Bogor, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan lain-lain turut meramaikan Expo ini. Sementara dari sektor UKM, swasta, maupun pemerintah mempromosikan produk sawit, rempah, kopi, karet, makanan, pakaian muslim atau produk non migas lain seperti wisata daerah yang diharapkan dapat menjadi daya tarik para investor maupun warga Saudi.

Saya sendiri membantu memperkenalkan variasi beras organik, hingga kerajinan tangan khas Indonesia, khususnya dari Yogyakarta. Umumnya mereka belum paham dengan kayanya variasi beras Indonesia seperti beras merah, coklat, hitam, dan putih. Beras hitam mereka pikir ketan hitam. Saya sampai harus panjang lebar menerangkan cara memasak beras berwarna, karena selama ini mereka biasa memasak nasi dengan rempah, bukan rasa tawar seperti nasi Indonesia. Macam-macam variasi minyak salad dengan berbagai rasa (cabai hijau, cabai merah, bawang putih, hingga bawang merah), berbagai jenis kerupuk pun menarik minat pengunjung. Beruntung ada beberapa khodimat Indonesia yang ikut membantu menjelaskan aneka barang dan makanan kepada majikannya dalam bahasa Arab.

Saya bersama peserta Expo di depan stand kami

Kerajinan Indonesia pun banyak diminati. Mereka banyak yang saya lihat secara diam-diam mengambil gambar kerajinan kayu batik, tas-tas unik, perhiasan etnik, pakaian batik, maupun kerajinan berbahan bathok kelapa. Sayang tidak semua meja menyediakan barang eceran untuk dijual. Peserta Expo memang lebih mengutamakan hubungan kerjasama perdagangan jangka panjang. Keterbatasan kuota barang per orang yang bisa mereka bawa ke Jeddah juga menjadi salah satu faktor sebagian peserta pameran. Banyak peserta pameran yang hanya menyediakan sampel sehingga pengunjung tidak bisa membeli produknya, hanya bisa mencicipi (untuk makanan/minuman), menulis nama dan nomor telepon bila berminat membeli atau ingin menjadi distributor. Ada pengunjung yang bertanya dulu ke saya, barang-barang ini dijual atau tidak, mungkin mereka memang hanya berniat untuk mencari pernak pernik kerajinan Indonesia. Untung kami menyediakan barang eceran yang memang sengaja untuk dijual, selain bertujuan untuk promosi kerajinan Indonesia.

Pemutaran film wisata Indonesia

Ada selentingan kata yang sempat saya dengar dari pengunjung yang tidak bisa bahasa Inggris, karena tidak bisa berkomunikasi dengan peserta pameran yang mungkin hanya bisa bahasa Arab sedikit-sedikit atau bahkan tidak bisa sama sekali, sehingga promosi produknya menjadi tidak maksimal.

Saya mengamati pengunjung di malam Jumat dan malam Sabtu terus mengalir dan membeli produk-produk Indonesia, hingga banyak meja yang kehabisan produk yang ditawarkan. Akhirnya tinggal brosur yang tersisa. Sementara di hari ke-4 (hari terakhir), saya prediksi pengunjungnya bakal lebih sedikit karena bukan malam libur. Ahad bagi kami adalah awal hari kerja dan sekolah. Namun di luar dugaan, masih banyak pengunjung yang datang. Setelah saya tanya ke salah satu pengunjung kenapa baru hari terakhir datangnya, dia bilang  baru tahu ada Indonesia Expo, karena menurutnya tidak ada di berita berbahasa Arab. Entah dia sendiri yang terlewat atau memang betul tidak ada beritanya. Jadi beberapa orang kecewa karena di hari ke-4 mereka datang baru tahu itu hari terakhir, dan banyak meja sudah semakin sedikit barangnya sehingga kurang menarik lagi.

Catering dan restoran Indonesia di Jeddah memanjakan lidah pengunjung Expo.

Tetapi ada juga yang sengaja datang di hari terakhir dengan harapan peserta Expo akan menjual barang dagangannya lebih murah, karena beranggapan daripada barang dibawa pulang lagi ke Indonesia, peserta akan banting harga hingga habis.  Di hari terakhir banyak pengunjung yang menawar barang kerajinan atau produk lain dengan harga yang tidak masuk akal.  Dengan rayuan dan perdebatan panjang lebar,  gaya khas rayuan ala Arab (mengelus pipi atau dagu), barang pun berpindah tangan entah terpaksa atau tidak. Islam mengajarkan untuk terjadi keikhlasan antara penjual dan pembeli ketika ada transaksi, tanpa merugikan siapapun.

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisa : 29).

Penjual tidak boleh menawarkan barang dengan harga terlalu tinggi sehingga merugikan pembeli, demikian juga pembeli hendaknya tidak menawar harga yang terlalu rendah apalagi memaksa sehingga menyakiti hati penjualnya. Membandingkan dengan penjual lain, kerap dilakukan pembeli demi memperoleh harga yang lebih murah. Jual beli harus dilakukan atas dasar suka sama suka, agar terjadi keberkahan dalam transaksi jual beli.

Saya pernah merasakan bagaimana sakit hati sebagai penjual bila barangnya diserahkan atas dasar keterpaksaan. Tidak dapat dibayangkan bagaimana kalau penjual itu orang kecil yang sangat membutuhkan uang untuk makan hari itu. Jangan sampai kita puas di atas penderitaan orang lain. Bisa jadi doa kita tertahan karena tidak ridhonya si penjual. Naudzubillahi min dzalik. Semoga kita terhindar dari hal yang demikian.

Secara keseluruhan saya mengacungkan jempol buat penyelenggara PT Wahyu Promo Citra, panitia Indonesia Expo 2018, beserta host acara Konsul Jendral Indonesia Jeddah yang telah menarik banyak sekali pengunjung. Semoga di tahun-tahun mendatang, acara semacam ini terus digelar, sehingga nama Indonesia menjadi lebih baik lagi di mata negara asing.