Belajar Membatik di Batik Trusmi Cirebon

Sekolah kami terletak di sebuah desa bernama Plumbon, yang merupakan bagian dari wilayah kota Cirebon. Di kota Cirebon ada banyak kawasan wisata sejarah yang dapat dikunjungi.

Para pelaku usaha wisata di sini mengembangkan kawasan wisata sejarah ini sebagai wahana pendidikan. Salah satunya adalah kawasan Wisata Batik Trusmi yang selalu ramai dikunjungi turis baik domestik maupun mancanegara.

Karena Cirebon terkenal dengan motif batik Mega Mendung (yang berarti awan sejuk dari kata mega= awan, mendung=cuaca yang sejuk/adem), tidak sah rasanya kalau para peserta didik di sekolah kami tidak diperkenalkan seperti apa dan bagaimana cara membatik.

Nah karena itulah, di hari itu kami melakukan perjalanan yang tidak terlampau jauh dari sekolah. Tujuannya adalah sentra usaha batik yaitu Batik Trusmi milik seorang pengusaha muda wanita bernama Sally Geovanny.

Kawasan Wisata Sentra Batik Trusmi cukup mudah ditemui. Setelah keluar tol Cipali (Cirebon-Palimanan) ambil jalan ke arah Plered. Di perempatan Plered, akan terlihat gapura batik trusmi tersebut. Di kampung itulah berjejer kuliner khas Cirebon hingga butik-butik batik sampai ke pusat toko batik terbesar dan terlengkap.

Sejarah Batik Trusmi
Konon menurut cerita, adanya Desa Trusmi ini berawal dari Ki Gede Trusmi sebagai pengikut Sunan Gunung Jati yang mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan agama Islam. Dan warisan leluhur itu tetap dijaga hingga sekarang oleh masyarakat setempat. Mungkin itu sebabnya sebagian masyarakat di kawasan tersebut tetap mengandalkan mata pencahariannya dengan membatik. Wallahu ‘alam bisshawab.

Saat kami tiba di lokasi, nampak sebuah bangunan besar layaknya supermarket. Namun kami tidak memasuki area tersebut. Kami lanjut berjalan melalui sisi kiri gedung. Disepanjang sisi kanan kami terdapat Batik Kitchen. Nampaknya ini adalah sebuah restoran. Di dinding bangunan terdapat berbagai gambar menarik yang dapat dijadikan latar belakang berswafoto.

Kami masih terus berjalan sampai akhirnya berada di bagian belakang gedung. Di lokasi edukasi inilah kami mulai belajar membatik. Ada banyak kompor-kompor kecil beserta wajan yang didalamnya telah diletakkan malam (lilin) yang tengah dipanaskan.

Semua kompor tersebut di letakkan di dalam kotak-kotak kayu. Jadi kami tidak khawatir kalau anak-anak bersentuhan langsung dengan kompornya. Kami pun mengambil posisi duduk di bangku-bangku kecil (dingklik) yang telah disediakan disana, dengan mengitari kompor membentuk kelompok-kelompok yang berisi 4-5 orang.

Proses Pembuatan Batik

Salah seorang pemandu dari Batik Trusmi kemudian membuka pelatihan tersebut dengan memutar video tentang berdirinya Batik Trusmi dan juga tutorial bagaimana cara membatik. Dilanjutkan dengan penjelasan secara verbal dari sang pemandu. Sementara pemandu yang lain membagikan kain beserta cantingnya kepada masing-masing anak.

Anak-anak nampak antusias sekali mulai dari mendengarkan arahan dari pemandu hingga saat mereka mulai memasukkan canting ke dalam malam (lilin) lalu meliukkan jari-jemarinya mengikuti gambar batik mega mendung yang sudah dilukiskan di atas kain mori oleh pihak Batik Trusmi. Anak-anak tinggal mengikuti garisnya.

Saya pun tak ketinggalan ikut menikmati proses kegiatan membatik tersebut. Rasanya sesuatuu bangeet bisa merasakan bagaimana pengrajin batik bekerja. Pantas saja kalau batik-batik tulis yang berkualitas harganya juga cukup tinggi. Karena ternyata proses pembuatannya menuntut keahlian serta memerlukan waktu yang tidak sebentar.


Apalagi buat pemula seperti saya, tangannya terasa masih kaku.. 😄
Belum lemah gemulai seperti ibu-ibu yang sedang membatik di sana.

Setelah selesai menorehkan malam (lilin) di atas kain, proses selanjutnya adalah mencelupkan satu persatu kain tersebut ke dalam obat yang fungsinya meluruhkan malam (lilin).

Kemudian dicelupkan kembali ke dalam sebuah ember berisi pewarna kain.

Setelah kain tertutupi warna seluruhnya, kain dimasukkan ke dalam air mendidih sambil dibolak-balik, untuk beberapa saat kemudian kain tersebut diangkat, lalu dimasukkan ke dalam ember berisi air bersih untuk dibilas.

Tahap terakhir adalah proses pengeringan. Karena ukuran kainnya kecil, kain cukup diletakkan di depan kipas angin hingga kering benar. Kalau kain yang cukup lebar, kain dapat diangin-anginkan atau dijemur namun tidak di bawah terik matahari langsung agar warna kain tidak cepat pudar.

Sambil menunggu kain batiknya kering, kami menghabiskan waktu dengan berkeliling melihat-lihat barang yang dijajakan di sana. Ada kain-kain batik yang masih berupa bahan, baju-baju batik segala usia dari yang harganya murah hingga yang harganya mahal.

Juga ada pernak-pernik lainnya mulai dari perlengkapan rumah tangga seperti sprei, sarung bantal, taplak meja, hingga dompet dan juga bros. Warna warni produk batik yang dijual bikin mata betah memandanginya. Tak lupa akupun membeli cenderamata berupa dompet yang sangat cantik, dengan motif Mega Mendung, khas Cirebon.

Di sudut lainnya ada juga tempat menjual makanan khas Cirebon, seperti kerupuk rambak, kerupuk wedhi (yang digoreng menggunakan pasir), kerupuk udang (Cirebon dikenal juga sebagai kota Udang), terasi udang yang gurih, dan lain sebagainya.

Dan di sudut dekat tempat menjual makanan tersedia wahana bermain. Anak-anak sudah heboh ingin bermain. Tapi hari semakin siang, kami khawatir baru masuk bermain nanti sudah harus diakhiri karena masuk waktu salat Zuhur dan makan siang.

Akhirnya kami memutuskan untuk segera kembali ke tempat edukasi. Dan benar tak lama di sana kami sudah menerima hasil membatik yang tadi. Senangnyaaa melihat hasil jerih payah kami.. 😍

Karena sudah masuk waktu salat Zuhur, kami langsung menuju masjid terdekat untuk melaksanakan salat berjamaah. Selanjutnya kami makan bersama dengan menu makan siang dari sekolah, dilengkapi dengan makanan ringan yang cukup membuat cacing-cacing di perut kami tak lagi menyanyikan lagu keroncong 😁

Alhamdulillaah.. nikmatnyaa.. kebersamaan ini begitu indah.
Terimakasih ya Allah atas semua pelajaran indah hari ini. Terimakasih anak-anakku dan juga segenap Tim Pendidik SDI Asmaul Husna, Cirebon.

Pikiran saya sudah kembali melambung ke angkasa ingin kembali mengajak anak-anak belajar dari alam.. Yuhuuy.. tunggu episode selanjutnya yaa.. 🙏😘