Gundah gulana melanda jiwa
‘Amul Huzni dilaluinya
Tak hanya sang paman, Abu Thalib, pelindung tempat ia berteduh
Namun, Khadijah, kekasih hati tempat ia berkeluh,
Telah menjauh dari sisi
Menghadap Ilahi, Sang Rabbul Izzati
Jalan menanjak serta mendaki terus dilalui
Berharap duka kan beranjak pergi
Seperti jejak tapak kaki yang telah dilewati
Yang kemudian hilang tertutup debu kembali
Perjalanan sang Rasul tertawan di kota Thaif,
Kota yang sejuk dan subur
Berhiaskan pepohonan hijau dan buah-buah ranum
Akankah sama ramahnya dengan para penduduknya?
Tanya pun terjawab saat pesan-pesan Allah mulai disampaikan
Bukanlah senyum dan pelukan hangat yang dihadirkan
Namun, caci maki serta batu-batu yang beterbangan
Dan lalu menghantam tubuh sucinya
Pun Sahabat Zaid bin Haritsah, teman seperjalanannya
Tak mampu melindungi dirinya
Hatiku teriris menahan nyeri…
Menembus hingga ke relung hati…
Airmata mengalir tiada henti…
Terbayang wajah kekasih yang terluka dan tak dihargai…
Masjid Kou’ menjadi saksi
Darah mengalir dari dahi hingga ke kaki
Merah segar mewarnai bumi
Degup jantungku serasa berhenti
Menahan gejolak rindu yang terus merajai
Berat sungguh jalan dakwahmu
Saat kaum kafir menebar kebencian pada ajaranmu
Namun doa kebaikan-lah yang justru keluar dari bibir muliamu
Karena engkau menyadari bahwa mereka belumlah berilmu
Ilmu hidayah tentang Allah yang Satu
Debar rinduku semakin mendalam padamu
Tatkala tawaran malaikat hendak menghimpit mereka
Dengan gunung-gunung yang menjulang tinggi agar mereka binasa
Yah, malaikat pun merasa tersakiti
melihat perlakuan mereka terhadapmu
Tapi,
Rasulullah tetap menolak
Tak pernah sekalipun dalam doanya beliau meminta
Agar umatnya mendapatkan azab
Tak pernah sedikitpun dirinya mengiba
Agar Allah meluluhlantakkan mereka yang menyiksanya
Yang diharapkannya adalah…
perlindungan dan keridhoan-Nya semata
Oooh… Cintaku kepadamu bersemi kembali
Di kota Thaif ini…
Padamu, duhai kasihku…
Wahai Muhammad kekasih Allah,
Tak ada makhluk mulia, semulia engkau
Tak ada cinta kepada sesama yang lebih indah
Selain cintamu kepada umat akhir zaman
Pantas saja..
Jika Allah pun memuliakan engkau
Detak jantungku kembali berpacu
Desir-desir halus menawan kalbu
Luluh, pada kelembutan hatimu
Beradu pandang pada kenangan masa lalu
Masjid Addas adalah secercah cahaya untukmu
Seseorang yang telah jatuh hati pada keluasan ilmu-mu
Ninawa menjadi jalan keakrabanmu
Sahabat Addas menjadi pengikut pertamamu
Dari sinilah Allah menghiburmu
Mengabulkan doa-doamu
Dan sejak saat itu
Hingga saat ini
Aslama seluruh umatnya
Sejahtera hidupnya
Berkat doa seorang hamba
Kekasih Allah
Kekasih hati
Pemilik cinta suci
Izinkan aku hadir kembali
Berkumpul bersamanya di tempat yang lebih indah dari dunia ini
***
@Thaif, 4 Syawal 1437 H