Strategi Branding Efektif? Ini Dia Caranya

Brand atau merk memainkan peran penting dalam sebuah bisnis. Pasalnya brand menjadi identitas atau label yang melekat pada produk atau jasa yang dijual ke pasar. Namun brand sebuah produk atau jasa tidak akan berarti apa pun jika tidak dibarengi dengan aktivitas branding yang tepat. Strategi branding efektif? Ini dia caranya.

Konsultan Komunikasi Pemasaran di #RuangGagas, Anhar Widodo, menyebut di tengah kompetisi bisnis yang ketat saat ini branding adalah sebuah keniscayaan jika ingin memenangkan kompetisi. “Tanpa branding activity (aktivitas mem-branding) sebuah produk, sebagus apapun produknya hanya akan menjadi barang bagus yang tidak bisa dijual di segmen pasar yang tepat,” ujar Anhar kepada aMuslima.

Menurutnya ada beberapa langkah efektif dalam membangun sebuah brand atau branding activity (aktivitas branding), antara lain:

1. Brand activation atau aktivasi merek/brand. Seperti halnya saat sebuah kendaraan akan memulai perjalanan, saat semua dinyatakan siap, maka kendaraan tersebut harus di-starter. Brand activation adalah proses menekan tombol start tersebut.

2. Pastikan bahwa proses branding produk kita melalui jalan yang benar, meliputi cara, alat dan tujuan/pasar yang tepat.

3. Branding juga harus memastikan pesan produk dan produk tersebut tersampaikan (delivered) pada sasaran yang tepat.

Anhar menambahkan branding bukanlah sebuah strategi agar mudah dikenal masyarakat. Tapi lebih dari itu branding adalah sebuah upaya membangun kesadaran publik bahwa mereka membutuhkan barang/jasa yang kita produksi. Karena itulah penting menetapkan strategi branding.

“Rumusnya produk tertentu dengan segmen pasar tertentu membutuhkan cara dan media tertentu pula,” ujar Anhar yang saat ini tengah menyelesaikan studi magister Komunikasi di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

Menurutnya agar brand produk atau jasa kita populer maka kita perlu mengemas sebuah produk dengan cara yang unik, men-deliver ke pasar dengan cara yang berbeda (membangun diferensiasi) dan berusaha menjadi yang pertama (leader) untuk jenis produk yang sama di pasaran.

Lebih lanjut dia menjelaskan secara sederhana branding tidak bisa dilepaskan dari faktor desain visual, maka sebelum melakukan proses yang lebih jauh ada beberapa hal yang perlu dirumuskan diawal aktivitas ini. Dimulai dengan menetapkan kesesuaian antara jenis produk dan nama produk yang akan dipakai sebagai brand/merek produk tersebut.

“Kemudian tentukan karakteristik produk kita, apakah barang/jasa yang bersifat masif/umum atau sesuatu yang spesifik/unik/khas,” jelas Anhar yang juga dosen Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Solo.

Dia mencontohkan ketika menyebut “kerupuk” maka asumsi orang tertuju pada kerupuk yang itu-itu saja yang sering dijumpai di banyak tempat. Namun jika kerupuk kita punya karakteristik produk yang unik (baik dari bahannya, cara produksinya, karakter dan cara konsumsinya, atau yang lain) maka dari situ bisa ditetapkan brand/merek yang sesuai untuk kemudian dirumuskan strategi brandingnya.

“Paling sederhana kita membuat infografik/data seputar produk kita sebelum menentukan desain visual produk dan melakukan aktivitas branding,” urai Anhar. Contoh infografik sederhana antara lain jenis produk: barang/jasa; karakter: common/custom; produksi: massif/by order; kapasitas produksi: kecil/menengah/besar; jangkauan pasar: lokal/regional/nasional/global; kompetitor: ada/tidak ada (kalau bisa ada detail karakter kompetitornya) dimana kompetitor ini bisa berarti dari produk sejenis atau produk yang setipe dengan produk kita; segmentasi pasar: overal/general/segmented based on (gender/age/etnis/religious/belief, dll).

Anhar menyebut setelah data-data soal produk tersebut lengkap, maka bisa ditentukan desain visual produk yang akan dibranding. Setelah itu merumuskan strategi brandingnya kemudian melakukan aktivitas branding.