Atas Nama Kemanusiaan

Malam itu,
Wajah-wajah tak berdosa itu terkapar
Meregang nyawa
Sebuah ledakan dahsyat mampu menggilas ratusan nyawa
Dalam sekejap mata
Malaikat Maut pun dibuat sibuk

Siapakah dia?
Yang telah rela hati menghadirkan diri
Untuk menghabisi nyawanya sendiri
Agar sekian banyak orang juga ikut pergi bersamanya
Ia katakan bahwa ia sedang ber”jihad”
Namun semua orang bilang, ia adalah “teroris”
Lantas mana yang benar?…
Bisa jadi, itu pun hanya isu
Karena dunia sedang asyik berpolitik
Berpolitik untuk menindas yang lemah
Memproklamirkan diri sebagai yang paling Digdaya

Sementara seluruh dunia membahana,
Menghujat tragedi mengenaskan itu
Di sebuah pusat kota, Paris, Perancis
Kota yang indah dengan menara Eifelnya
Kota yang terkenal dengan mode-mode glamour
Dengan para perancang tersohornya
Kota yang dulu berjaya dengan daerah hasil taklukannya,
Tunisia, Aljazair, Maroko, Mauritania, dan Senegal

Kini,
Seluruh dunia berkabung untuknya
Atas nama kemanusiaan
Mereka menjerit, menangis, mengecam habis pelaku aksi tersebut
Seolah lupa dengan ribuan roket yang meluncur dan menyasar
penduduk sipil di Suriah, Palestina,…
Lupa dengan mesin-mesin perang yang terus menyalak
Menghabisi ratusan nyawa setiap pekannya

Agama menjadi sasaran
Agama menjadi pelaku
Apakah ada di seluruh dunia ini agama yang mengajarkan
Pada kekerasan?
Pada kekejian?
Agama apa?
Agama yang mana?
Jika memang ada,
Itu bukan Agama!

Agama itu adalah kebaikan
Mengajarkan pada cinta kasih
Ketenangan dan kedamaian
Memaafkan dan bukan mendendam
Merangkul dan bukan menguasai

Lantas apa yang salah?
Yang salah adalah karena kita tak mampu menegakkan keadilan
Karena kita lebih menjunjung tinggi nafsu dan kebiadaban
Kesewenangan dan ego pemahaman
Maka jangan salahkan, jika nantinya akan terus berbalik seperti ini

Tak ada penyelesaian
Dan tak berkesudahan
Seperti isi kepalaku yang rasanya ingin pecah
Memikirkan peliknya kekejaman hidup di dunia
Yang diciptakan oleh kita, manusia..

***
@Lorong Hampa, November 2015