Catatan Tokyo Bagian 3: Balai Indonesia dan SRIT

Udara di Tokyo memang sedang sejuk di Bulan Oktober ini, kalau pagi biasanya mencapai sekitar 15° atau 16° C. Tapi pagi Jum’at 16 Oktober 2015 lalu hujan membasahi kota Tokyo dengan angin yang dingin menerpa. Walau hujan dan angin, tidak meluruhkan niat kami untuk melaksanakan sholat Jum’at di Balai Indonesia yang menjadi satu bangunan dengan Sekolah Republik Indonesia Tokyo  (SRIT) yang berlokasi di daerah Meguro, Tokyo.

Yuuuk kita jalan-jalan menelusuri arah Balai Indonesia Tokyo. Tidak afdol rasanya kalau sudah di Tokyo belum mengunjungi Balai Indonesia.

Dari tempat tinggal kami, kami harus berjalan kaki ke stasiun Mitaka dan membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Dari stasiun Mitaka menuju stasiun Shinjuku, jarak yang ditempuh dengan kereta kira-kira 20 menit, kalau lagi rush hour (jam sibuk) bisa-bisa tidak kebagian tempat duduk, lumayan berdiri berdesakan… tapi tetap nyaman kok. Dari stasiun Shinjuku ganti kereta yang ke arah Meguro (Yamanote line) kira-kira 15 menit sudah sampai. Di stasiun Meguro sudah ditunggu uni Reni (teman lama), lurahnya Meguro, hehehe karena uni Reni tinggal di Meguro dan sudah hafal daerahnya jadi saya bilang lurahnya Meguro.

Ternyata dari stasiun masih harus naik bis no 6 selama kira-kira 10 menit dan turun di Otsukayama, lalu berjalan kaki menelusuri gang untuk sampai ke Balai Indonesia.

Balai Indinesia Tokyo
Balai Indonesia Tokyo

Sampai di Balai Indonesia dan SRIT, ruang bawah (aula) yang luas sudah dipenuhi banyak orang yang sedang makan siang, dan saat kami tiba di sana waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Lho jadi sholatnya di mana dan kapan ya? Kok malah makan siang?.

Aula makan siang
Aula makan siang

Jepang pada tahun 1930-an, hanya memiliki dua masjid, namun saat ini sudah terdapat lebih dari seratus masjid! Masyarakat Islam yang ada di Jepang, paling banyak adalah orang Indonesia, kemudian orang Pakistan, Bangladesh, dan Iran. Pusat Islam dan Asosiasi Muslim Jepang di Tokyo menjadi pusat studi Islam dan Bahasa Arab bagi warga Jepang.Di Tokyo, azan Dhuhur sekitar jam 11.15 am, jadi sambil menunggu waktu istirahat kantor bapak-bapak seperti di KBRI, BNI dan lainnya sholat Jum’at diundur menjadi jam 13.00, di Balai Indonesia Tokyo.

Para guru dan murid, juga bapak ibu yang datang lebih cepat ke Balai Indonesia bisa makan siang dulu di aula dengan menu Indonesia per orang 900 yen, kalau di kurs riyal sekitar 25 SR atau Rp 85 ribu. Karena kami belum lapar jadi kami tidak ikut makan siang. Kami lebih tertarik untuk melihat-lihat setiap sudut gedung. Ada kelas-kelas, ada musholla luas untuk sholat  bila hari Jum’at di lantai 2, dan juga ruangan pertemuan lain seperti Balai Nusantara di Jeddah.

Sholat jum'at
Musholla untuk sholat Jum’at

Ada juga toko mungil yang cukup lengkap dengan menjual makanan-makanan halal berupa ayam, daging, ikan, sosis, bumbu dapur, mie instant, santan, kerupuk dan banyak lainnya. Kebetulan saya perlu bumbu-bumbu untuk masak di rumah, sekalian belanja deh di toko sekolah.

Berpose di toko sekolah
Berpose di toko sekolah

Setelah sholat Jum’at kami makan siang di resto Cabe, resto halal yang menghidangkan makanan Indonesia,  tidak jauh dari Balai Indonesia karena setelah sholat Jum’at makanan di aula sudah habis. Jam makan siang dengan menu yang lezat pastilah apa yang terhidang akan cepat habis bukan?

Resto Cabe menyediakan makanan Indonesia, lumayan enak dan yang pasti halal. Apalagi ditraktir, hehe makasih uni Reni, kami memilih nasi campur dan sate. Yummy….

Resto Cabe Meguro
Menu  di Resto Cabe Meguro

Salut juga untuk pemilik resto yang menempatkan chef orang Jepang tapi pernah tinggal di Indonesia dalam waktu cukup lama dan menjadi ahli masak makanan Indonesia yang rasa masakannya hampir mirip dengan masakan yang dimasak juru masak di Indonesia.

Berbagi pengalaman selama di negeri Matahari ini dapat memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya bila bermanfaat bagi pembaca. Simak terus ya cerita saya selanjutnya..