Kembara Cinta di Jantung Nabawi

Derap langkah kuda dan debu-debu padang pasir yang beterbangan
Melengkapi kisah perjalanan Rasul-Mu yang mulia itu
Inilah perjalanan mempertahankan keimanan
Bukan karena takut menjemput kematian
Namun karena titah Ilahi
Untuk mencapai sebuah pengharapan

Harapan agar umatnya selalu berada di jalan yang lurus
Yang mendapat naungan Cinta dan Ridho Sang Rabbul Izzati

Kudapati awan berarak menutupi pegunungan
Yang kadang menaungi perjalanan
Membuat rasa nyaman dari teriknya mentari
Terbayang indah dirimu kala melintas di jalan ini
Yang dinaungi arak-arakan awan itu
Yang takkan kepanasan
Seperti aku saat ini
Walau saat itu pasti lebih sulit,
Penat dan lelah, itu pasti

Namun keyakinan tentang kelemah-lembutan dan haibahmu
terus membawa khayalku akan dirimu

Setelah bukit batu dan gunung terjal kau lalui,
Setelah Gua Tsur juga kau singgahi,
Berteman gelap malam dan kadang di bawah sinar matahari
Bersama keluarga tercinta dan sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq
Iyaa… Sahabat Abu Bakar yang kala itu sempat menangis
Bukan karena pilu meninggalkan kota Makkah
Namun karena ia begitu bahagia bisa mendampingi dirimu
Berhijrah ke negri Yastrib

Adalah pengembaraan yang penuh dengan perjuangan
Dan ia… ia begitu setia mendampingi dirimu, wahai Rasulullaah…
Ingin rasanya aku pun ada saat itu merasakan perjuangan panjang
Bersama dirimu…
Bersama kaum Muhajirin…
Dan aku pun merebak, rindu perjumpaan denganmu…
Juga orang-orang yang begitu setia dan tulus mencintaimu

Bisa kurasakan kembali cerita tentang kaum Anshar
yang begitu ramah dan terbuka
Kala kuterima sapaan ramah mereka
di Masjidil Haram, Masjid Nabawi

Terbayang kembali mereka menyambut kedatangan engkau, ya Rasulullah…
Di sebuah kota yang asri dan damai…
Pantas saja Allah perintahkan untuk berhijrah ke sana
Inilah fase membangun masyarakat Madani di Madinah

Dan cintaku terus melaju, mengembara,
Mengikuti irama hatiku membayangkan dirimu, wahai Kekasih Allah…
Hingga akhirnya engkau pun tiba
Dan seperti apa sambutan kaum Anshar saat itu
Mereka begitu bahagia… dan bahagia…

Thala’al badru ‘alaina
Bulan purnama muncul pada kita
Min saniyyatil Wada’’
Dari bukit Tsaniyatil Wada’
Wajaba syukru ‘alaina
Syukur wajib kita haturkan
Mada’a lil ahida
Atas apa yang diserukan penyeru kepada Allah

Syair itu menjadi saksi cinta umatmu dalam menyambut di setiap kedatanganmu,
Ya Rasulullah…
Engkau memang manusia biasa, namun engkau adalah pilihan-Nya
Yang menjadi sangat luar biasa
Bak permata diantara bebatuan semata

Sungguh beruntung kaum Muhajirin dan Anshar
Yang bisa bertemu engkau
Sungguh bersyukur kaum Muhajirin dan Anshar
Yang mendapat jaminan surga
Betapa beruntung orang-orang yang bisa merasakan cinta
Dan mencintai Rasulullah-nya dengan cara mereka yang khusyu dan ikhlas
Yang seolah engkau hadir dihadapannya

Sampaikanlah shalawat kami untuknya ya Allah
Rindu kami ingin berjumpa dengannya
Walau hanya lewat mimpi,
Walau hanya lewat Sunnah-nya
Walau hanya wajah-wajah lusuh kami
Yang bisa hadir di masjid dan taman surganya
Dan kini…
Semakin tertambatlah kembara cintaku di jantung Nabawi ini

***
Dalam sebuah perjalanan menuju kota Madinah