Ied Al Fitri di Masjid Nabawi

Meskipun saat itu belum ada pengumuman resmi dari pemerintah Saudi kapan Ied Al Fitri atau 1 Syawal itu ditetapkan, kami tetap berangkat ke Madinah pada tanggal 16 Juli lalu. Dengan mengendarai mobil pribadi kami berangkat sekitar pukul 14.30. Perjalanan Jeddah Madinah diperkirakan akan ditempuh dalam waktu 4 jam dengan jarak kurang lebih 400 km, sehingga diharapkan kami tiba di hotel saat maghrib, dan syukur-syukur masih bisa sholat Maghrib atau Isha berjama’ah .

Pukul 19.00 kami berada di kota Madinah, beberapa mobil ada yang merapat ke tepi jalan untuk persiapan berbuka. Kami yang sudah membawa perbekalan untuk berbuka di jalan tetap melanjutkan perjalanan. Karena tidak ditemukan masjid di kanan kiri jalan tidak ada suara adzan yang terdengar, kami hanya mengandalkan terbenamnya matahari dan mencermati mobil yang lalu lalang di kanan kiri kami. Siapa tahu ada supir atau penumpang Arab yang sedang berbuka, jadi kami pasti bahwa waktu Maghrib sudah tiba. Tidak berapa lama kami lihat ada orang yang sedang berjalan sambil minum air dan matahari sudah terbenam, jadi kami yakin waktu berbuka sudah tiba, kami pun berbuka dengan kurma dan air minum yang kami bawa. Bismillahirohmanirrohiim.. Alhamdulillah telah basah kerongkongan kami …

Mobil kami langsung menuju ke hotel yang terletak di sekitar Masjidil Haram Nabawi. Karena waktu sholat Maghrib tiba, maka jalanan menuju ke arah masjid cukup padat. Kamipun perlu waktu hingga hampir 2 jam untuk bisa menemukan hotel yang sudah kami pesan lewat internet. Hingga waktu Isha sudah tiba, hotel yang kami cari belum juga ketemu. Hampir saja kami memutuskan untuk menyewa hotel lain karena kami sudah lelah mencari. Kami bermaksud keluar area Haram untuk menghindari kemacetan dan bermaksud mencari restoran, tapi…mana ada restoran yang buka saat waktu sholat? Semua pertokoan di wilayah Saudi pasti tutup saat sholat tiba. Di tengah keputusasaan,  alhamdulillah ternyata ada gedung yang kami lewati di seberang kiri jalan yang mirip dengan foto hotel yang kami pesan. Ya Allah, ternyata tulisan hotelnya terpampang di atap gedung, karena kami melewati sisi belakang hotel makanya kami tidak bisa melihat papan nama hotel yang hanya menggunakan huruf Arab itu!

Untuk sampai di hotel tersebut, kami terpaksa harus berjalan kaki dengan membawa koper dan tas-tas yang kami bawa karena jalan depan hotel ditutup. Kami memang hanya menyewa hotel kecil saja, bukan hotel berbintang 5. Biasanya jalan-jalan kecil sekeliling masjid akan ditutup saat waktu-waktu sholat.

Baru pukul 22.30 malam kami bisa masuk ke kamar hotel dan beristirahat. Saat itu sudah tidak ada sholat taraweh di Masjid Nabawi, artinya sholat Ied Al Fitri  jatuh pada hari Jumat tanggal 17 Juli. Kami harus segera beristirahat agar tidak terlambat sholat subuh di masjid keesokan harinya yang biasanya akan dilanjutkan dengan sholat Ied.

Pukul 4 pagi kami sudah menuju ke masjid untuk melaksanakan sholat subuh berjama’ah. Apa daya, kami termasuk jama’ah yang terlambat datang, adzan subuh sudah berkumandang saat kami berjalan keluar hotel. Shaf sholat sudah meluas hingga ke jalan-jalan di luar masjid. Agar tidak terlambat sholat berjamaah, kami pun terpaksa menggelar sajadah tipis kami di jalanan dekat hotel. Shaf sudah tidak lagi tertata baik, shaf laki-laki beberapa baris, kemudian di belakangnya shaf perempuan, belakangnya lagi sudah ada shaf laki-laki dengan hanya berselang sekitar 2 meter saja, karena penuh sesaknya jama’ah.

Sholat Ied di jalan dekat masjid
Sholat Ied di jalan dekat masjid

Setelah sholat subuh berjama’ah, banyak yang tidak meninggalkan tempat sholat. Sebagian besar tetap diam di tempat, menunggu waktu sholat Ied. Berbeda dengan di Indonesia, sholat Ied di Saudi biasanya dilakukan lebih cepat, yaitu sekitar pukul 6 pagi. Suara takbir mulai dilantunkan sekitar pukul 5.30 pagi. Selama kami menunggu sholat Ied berjamaah, beberapa wanita ada yang berjalan membagikan kurma, buah tin, kacang-kacangan, permen kepada jama’ah yang ada di sekitarnya. Sunnah sebelum sholat Iedul Fitri memang makan dan minum dulu, sebagai tanda puasa Ramadan sudah berakhir.

Selang sekitar sejam takbir berlangsung, kamipun sholat Ied berjama’ah. Alhamdulillah walaupun lokasi kami sholat sekitar 50 meter dari masjid, kami masih bisa mendengar suara imam memimpin sholat hingga lengkap sampai salam.

Selesai sholat Ied, kami bermaksud mencari sarapan di hotel berbintang 5, untuk merayakan Ied Al Fitri menghibur diri karena jauh dari sanak saudara. Kami berjalan menuju ke hotel Hilton Madinah, dan ternyata di gedung itu disediakan kue-kue kering khas Saudi, serta jus-jus dan minuman gratis buat jama’ah walaupun bukan dikhususkan bagi orang-orang yang menginap di hotel tertentu. Masha Allah.

Menikmati hidangan ringan
Menikmati hidangan ringan

Semua bergembira merayakan hari Ied Al Fitri ini. Tampak beberapa laki-laki saling berjabat tangan, berciuman pipi kanan kiri kanan (khas negara Timur Tengah cium pipi 3 kali).

Hari pertama Syawal itu, saya mencoba untuk masuk ke area Rawdah di Masjid Nabawi. Bagi wanita, ziarah ke makam Rasulullah (SAW) serta sahabat-sahabatnya ini hanya terbatas waktunya. Disediakan mulai pukul 8 hingga 8.45 pagi. Kami harus masuk melalui pintu 25 untuk lebih dekat menuju ke Rawdah. Di hari lebaran ini, tak diduga kami bisa masuk ke dalam dan sholat sunnah tepat di depan makam Rasulullah (SAW). Kami sholat dhuha dan berdzikir serta bershalawat Allahumma sholli alaa Muhammad.

Berbeda saat hari ke-2 lebaran, ketika saya mencoba masuk lagi ke dalam Rawdah. Banyak sekali jama’ah  bertujuan yang sama, ziarah ke makam Rasul. Kami di stop petugas wanita di pintu masuk Rawdah dan diminta untuk duduk dulu dan dikelompokkan sesuai dengan negara asal. Akhirnya, kami masuk ke rombongan Indonesia dari Semarang. Ustadzah grup itu yang akhirnya menggiring kami masuk bersama-sama ke area Rawdah. Di dalam area Rawdah, barulah kami memisahkan diri dari rombongan Indonesia, untuk sholat dan berdoa. Masih ramai, banyak wanita dan anak-anak yang duduk dan berdoa. Kami hanya berdoa sekitar 15-30 menit kemudian meninggalkan ruangan Rawdah.

Jalan keluar Rawdah di hari ke 1 Ied
Jalan keluar Rawdah di hari ke 1 Ied

Walaupun sudah 11 tahun kami bermukim di Saudi, namun merasakan lebaran di Madinah merupakan kali pertama kami. Biasanya kami berkumpul dengan keluarga di Indonesia dan menikmati masakan lebaran yang berlimpah, dengan pakaian yang serasi. Tahun ini, tidak ada pakaian dengan warna serasi satu keluarga, tidak ada sajian ketupat lengkap dengan opor ayam maupun sambal goreng ati. Tapi kami tetap bersyukur, dan ingin mengulangi lagi lebaran di Madinah atau Mekkah di tahun-tahun mendatang jika Allah (SWT) mengijinkan kami untuk bertemu di Ramadhan berikutnya.

Di depan salah satu pintu masjid khusus wanita
Di depan salah satu pintu masjid khusus wanita

Semoga puasa dan ibadah kita di Bulan Ramadan ini diterima Allah SWT, aamiin yra.