Kisah Mukimin Saudi Saat Jalani Karantina

Jendela Karantina

Setiap cerita kehidupan akan memiliki keunikan dan hikmahnya masing-masing, demikian juga dengan kisah perjalanan kami .
Kadang apa yang kita inginkan tidak tercapai, karena ada hal-hal terjadi diluar rencana kita.

فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا

“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19

Setiap orang pasti punya berbagai pengalaman yang mengesankan dalam rentang hidupnya. Pengalaman yang tak terlupakan, pengalaman yang mendebarkan, pengalaman yang senantiasa menjadi kenangan.

Ragam pengalaman itu sendiri bisa berupa pengalaman getir, susah, sedih, takut, senang, bangga, haru, bahagia, dan lainnya. Namun, semuanya pasti ada tangkai hikmah yang bisa dikais. Kelak menjadi ukiran cerita yang mengisi lembaran-lembaran kehidupan kita.

Tak terasa sudah beberapa hari berada dirumah. Terbayar sudah rasa terisolasi dan rindu pulang.
Bagaimanapun indah dan mewahnya sebuah tempat ibarat sangkar emas, tetap rumah yang berisi keluarga penuh cinta adalah yang terindah. Tetaplah bersyukur atas segala hal yang terjadi dalam kehidupan ini.

Sungguh, kebaikan itu banyak sekali. Dan kita tidak bisa menghitung nikmat yang Allah telah limpahkan kepada kita semua.

Alhamdulillah Yaa Allah..

Manusia memang hanya bisa berencana, tapi Allah lah yang memberikan keputusan yang terbaik untuk hamba-hambaNya.

وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).

Kami berencana untuk menghadiri wisuda salah satu anak kami di Tokyo, Jepang yang seharusnya diadakan tanggal 19 Maret 2020, dan tentunya sebelum tanggal tersebut kami harus sudah berada disana.

Saat memberikan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk mendapatkan visa di kedutaan Jepang, kami diberikan satu surat lagi yang harus diisi dan ditandatangani, yang sebelumnya tidak pernah ada. Sebuah surat pernyataan bahwa kami tidak mengunjungi China dalam rentang waktu 14 hari yang lalu dan tidak akan pergi ke China.

Memang berita akhir-akhir ini di hampir seluruh media membicarakan tentang virus yang sedang melanda di Wuhan, China, yang saat itu baru merupakan epidemi, belum menjadi pandemi.

Bahkan pemerintah Arab Saudi pada tanggal 27 Februari 2020 memutuskan penangguhan sementara pelaksanaan ibadah umroh dari seluruh negara termasuk Indonesia. Kementerian Dalam Negeri Saudi Arabia pada tanggal 4 Maret 2020 menerbitkan Surat Edaran tentang penangguhan sementara perjalanan umrah ke Mekkah dan kunjungan ke Masjid Nabawi di Madinah bagi seluruh warga negara Arab Saudi dan seluruh ekspatriat yang tinggal di Arab Saudi. Dan tidak ada larangan bagi rakyatnya untuk bepergian ke luar Saudi Arabia.

Kami mengira saat itu, virus hanya melanda Wuhan, China dan bagi siapapun yang tidak kesana atau tidak dari sana akan aman-aman saja.

Ketika itu Saudi Arabia hanya ada 2 orang terinfeksi virus, itupun didaerah Qatif (dekat perbatasan Bahrain) , mereka tertular ketika kembali dari Iran dan kami pikir in syaa Allah akan segera teratasi. Karena itu pemerintah cepat mengantisipasi dengan menutup umrah , agar tidak ada lagi orang dari negara luar yang masuk. Dan kedutaan Jepang tidak memberikan larangan apapun untuk mengunjungi negaranya, berarti negaranya pun aman dikunjungi.

Keberangkatan ke Jakarta

Rencana perjalanan selalu dibuat jauh hari, seperti persiapan untuk ambil cuti, pembelian tiket, menyiapkan dokumen untuk visa, keperluan untuk anak-anak di Jepang dan lain sebagainya sudah tertata.
Tanggal 6 Maret kami berangkat ke Jakarta, setelah sholat istikharah dan tawakaltu ‘ala Allah.

Penerbangan Jeddah – Tokyo selalu akan transit di Jakarta bila kita memakai penerbangan Garuda.
Alhamdulillah, jadi ada kesempatan untuk dapat bersilaturahmi, kunjungan keluarga dan istirahat di Jakarta sebelum lanjut mengunjungi anak-anak yang sedang melanjutkan pendidikan di sana.

Bahkan kami sempat ke Jogja mengunjungi tante yang paska operasi dan kakak yang sedang sakit.
Selama di Jakarta dan Jogja, tak lepas dari monitor keadaan di Jepang, Jakarta, dan Saudi Arabia.

Kabar yang kurang baik membuat kami bergegas kembali dari Jogja ke Jakarta. Begitu pula kabar dari Tokyo, kalau wisuda ditiadakan, banyak lokasi wisata ditutup dan mulai merebaknya virus corona di Tokyo. Dan covid19 menjadi pandemi di seluruh dunia.

Kekhawatiran bertambah lagi dengan berita bahwa pada hari Kamis, 12 Maret 2020, Otoritas Penerbangan Sipil atau General Authority of Civil Aviation (GACA) Arab Saudi telah mengeluarkan larangan sementara bagi Warga Negara (WN) Saudi Arabia dan mukimin untuk bepergian ke Filipina, India, Paskistan, Sri Lanka dan Indonesia. WN Saudi Arabia dan mukimin diberikan tenggang waktu 72 jam untuk kembali masuk ke Arab Saudi. Demikian pula, para penumpang pesawat yang tiba dari 5 negara tersebut untuk sementara tidak diizinkan mendarat di bandara-bandara Arab Saudi setelah tenggang waktu tersebut.

Ya Allah, kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat. Baru saja berada di Jakarta seminggu, berita sudah begitu mencekam dan membuat galau.

Mewabahnya virus jenis COVID-19 ini cukup membuat masyarakat di seluruh dunia merasa cemas.
Kecemasan tersebut bukan tanpa alasan. Gimana tidak, korban meninggal dunia akibat virus corona sudah mencapai angka ribuan. Siapa yang tidak takut? Bahkan berita di televisi, radio, hingga media cetak tentang COVID-19 ini sudah sangat menggemparkan.

Ketika mendarat di bandara Soekarno Hatta dari Adisucipto Jogja , segera kami mencari tahu, dimana tempat penjualan tiket Saudi Airlines, karena satu satunya pesawat yang masih boleh mendarat di Saudi hanya Saudi Airlines. Kami memutuskan untuk kembali ke Jeddah, tidak jadi melanjutkan perjalanan ke Tokyo sebelum Saudi Arabia Lockdown.

Alhamdulillah tiket diperoleh untuk penerbangan tanggal 15 Maret. Pihak Saudi Airlines meyakinkan bahwa tanggal tersebut masih ada izin untuk pesawat mendarat di Jeddah.

Saudi Arabia Lockdown

Tanggal 15 Maret 2020 jam 8 pagi hari, kami sudah berada di bandara Soekarno Hatta.
Subhanallah, sudah begitu banyak penumpang pesawat yang akan check in tapi tidak ada satu pun counter Saudi Airlines yang buka, hanya counter informasi saja yang buka.
Berita dan kabar yang simpang siur dari pihak counter informasi bandara dan para penumpang yang sudah mènunggu lama membuat suasana semakin panas. Para penumpang warga negara Arab Saudi menelpon berkali-kali ke pihak kedutaan, menanyakan bagaimana status para penumpang pesawat yang sudah menumpuk di bandara.

Setelah mènunggu lama, akhirnya pihak kedutaan memberikan informasi kalau Arab Saudi per tanggal 15 Maret menutup segala penerbangan masuk maupun keluar dari Saudi. Saudi Arabia Lockdown !! Subhanallah.

Para penumpang dari 2 pesawat Saudi Airlines, warga negara Arab Saudi maupun WNI mukimin mulai gelisah, hari semakin siang, mulai lapar dan haus menanti status penerbangan yang tidak jelas. Petugas yang memberikan informasi juga sudah kewalahan menghadapi mereka. Suara para penumpang pesawat mulai keras bahkan menjurus teriak karena galau. Sampai banser dan keamanan bandara berjaga jaga. Khawatir terjadi hal hal yang tidak diinginkan.

Ketidakjelasan keberangkatan

Sekitar jam 2 siang , Duta Besar Saudi Arabia Esham Thaifi datang ke bandara dan memberikan sambutan untuk menenangkan para penumpang. Bisa dimaklumi, kami semua sudah keluar dari hotel, sudah mau pulang ke Jeddah, tiket sudah di tangan dan tidak ada pemberitahuan sebelumnya kalau hari itu tanggal 15 Maret pesawat sudah tidak bisa lepas landas lagi.

Bagi warna negara Arab Saudi dan keluarganya akan ditempatkan di hotel untuk waktu yang tidak tentu (sampai lockdown dibuka). Sedangkan bagi WNI mukimin dipersilahkan kembali ke rumah masing-masing, mènunggu pemberitahuan selanjutnya.

Siang itu, suatu pemandangan yang luar biasa, sekitar lebih 500 warga negara Saudi Arabia dan keluarga nya berdiri menanti bus yang akan membawa kami ke hotel. Hotel mana, kami pun tidak tahu.

Hari yang melelahkan

15 Maret 2020 jam 3 siang, beberapa bus beriringan membawa kami menuju hotel di kawasan Pantai Indah Kapuk, sebuah hotel berbintang 5, Swissotel Pantai Indah Kapuk Avenue Jakarta. Sebagian bus-bus lainnya menuju ke Hotel Mercure di kawasan yang sama, terhubung dengan mall yang sama.

Ketika kami memasuki hotel, kami harus diperiksa suhu tubuh dulu. Kebayang kan antrean 250 orang untuk masuk satu pintu. Udara panas, lapar dan haus, lelah sejak pagi sampai jam 3 sore di bandara, tidak semua kebagian duduk di kursi, kebanyakan mereka berdiri atau duduk di lantai bandara.

Setelah masuk hotel kami dikumpulkan di lantai 7 untuk pendataan melalui pengumpulan passport. Untuk keluarga didahulukan pendataannya untuk mendapatkan kunci kamar. Anak sulung kami tidak dapat tempat di bus yang sama dengan kami, dia harus menunggu bus berikutnya. Setelah kami memberitahu di hotel mana kami berada, dia mengambil inisiatif mengendarai taxi ke hotel, karena lama menunggu bus dari bandara. Alhamdulillah kamar kami dan anak kami bersebelahan di satu lantai, dan makan malam akan disediakan dari jam 6 sampai jam 9 malam.

Karantina pertama

Sebenarnya ini bukan karantina, tepatnya penampungan sementara sampai Lockdown di Saudi dibuka kembali. Alhamdulillah, kedutaan besar Arab Saudi menempatkan kami disini, untuk menjadi karantina mandiri agar kami tidak terkena virus corona yang sedang pandemi ini. Tempat ini menjadi rumah kami sementara di Jakarta.

Swissotel Jakarta PIK Avenue, sebuah hotel bintang 5 yang baru 2 tahun berdiri. Hotel ini tidak jauh dari Bandara Internasional Soekarno Hatta dan memiliki akses langsung ke PIK Avenue Mall.

Tak pernah membayangkan akan berada disini, yang merupakan karantina mandiri, tanpa tahu sampai kapan. Alhamdulillah ala kulli haal, Qadarullah maa syaa fa’al.

Masya Allah Tabarakallah, Alhamdulillah, sangat bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada pemerintahan Saudi Arabia atas pelayanan kepada warga negara dan keluarganya. Duta Besar Saudi Arabia yang ramah dan mengayomi warganya selalu datang untuk mengunjungi kami dan memberikan wejangan singkat.

Menikmati hari-hari di hotel bukan karena liburan tentu saja berbeda rasanya. Untuk menjaga kesehatan diri dan lingkungan, kami memilih untuk tetap tinggal di hotel. Seperti halnya anjuran pemerintah untuk di rumah saja.

Seminggu pertama kami masih bisa ke mall yang menempel di hotel. Karena selain di kamar, yang dapat kami kunjungi adalah ruang makan (saat waktunya makan) dan lobby untuk sekedar duduk-duduk, menemui keluarga yang berkunjung, memperbaharui kunci kamar yang tiap 3 hari harus diperpanjang (karena tidak tahu sampai kapan bandara di Saudi Arabia dibuka), juga ke fitness center dan kolam renang.

Di Minggu ke dua berada di karantina mewah ini, akses ke mall, fitness center, kolam renang ditutup. Berarti kami hanya bisa berada di dalam kamar, ruang makan dan lobby. Tapi ada juga yang bandel, keluar hotel entah pergi kemana, efek suka berdiri di jendela jadi tahu siapa yang suka keluar masuk.. hehehe. Yang pada akhirnya pihak hotel menempatkan mobil polisi , agar tidak ada lagi di antara kami yang bisa keluar masuk hotel sesuka hati.

Jendela menjadi tempat favoritku, karena menjadi penghubung dengan dunia luar. Dari jendela tepat di depan hotel terbentang area luas dengan kompleks bangunan besar dari Yayasan Budha Tsu Tji, perumahan penduduk, jalan raya dengan pepohonan hijau, serta kendaraan lalu lalang.

Mengeluh? Bosen? … kan gak bisa kemana- mana, seperti terkungkung di satu kamar. Mau nengok anak-anak di Tokyo tidak jadi, mau pulang ke Jeddah pun tidak bisa, bercengkrama dengan saudara dan teman pun dibatasi.

Ooo .. Sama sekali tidak! , kenapa harus mengeluh? Kenapa harus bosan. Malah bersyukur. Alhamdulillah, betapa sayangnya Allah pada kami. Dengan kondisi seperti ini, lebih bisa merenung, tafakkur, banyak waktu untuk melantunkan ayat-ayat cintaNYA , berdoa karena doa senjata orang-orang mukmin. Memperbanyak istighfar dan banyak hal bisa dilakukan dalam saat social distancing dan self quarantine,
dan masih ada jendela besar yang menghubungi ku dengan dunia luar, tidak cuma liat tembok saja.

Karena kami menyadari dengan di rumah saja (di hotel saja) merupakan salah satu ikhtiar untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 dan peduli pada diri, keluarga juga komunitas dimana kita berada.

Cemas, khawatir, takut ? Sebagai manusia biasa, perasaan itu pasti ada. Apalagi bagi seorang ibu, dimana anak-anaknya jauh dimata. Ya Allah lindungilah anak-anakku, lindungilah kami. Engkau sebaik-baik pelindung.

Alhamdulillah, setiap pagi, sore bahkan siang dan malam jendela adalah tempat favoritku. Memandang dari balik jendela, apakah hari ini hujan, berkabut, cerah, panas… tetap bersyukur. Berterimakasih betapa Allah Subhanahu waTa’ala yang telah memberikan kesempatan menghirup udara setiap hari, dapat menikmati indahnya pagi.

Asbahna wa asbah kullu lillah, Alhamdulillah.

Pagi yang indah adalah saat kita masih mampu untuk bersyukur dalam kondisi apapun. Dan efek dari rasa syukur, kita akan merasa bahagia sepanjang hari, karena memahami bahwa semua peristiwa dan kejadian Allah yang mengaturnya. Mulailah selalu hari-hari kita dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah.

Ingat selalu firman Allah:

فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
.
“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19).

Nikmat mana lagi yang kau dustakan?..
Kamar selalu rapi dan bersih, makanan sehat selalu tersedia 3x sehari, pakaian bersih siap pakai .
Tanpa harus capai mengerjakan semua itu.

Cek temperatur tubuh di setiap sudut, saat di luar kamar, maupun masuk ruang makan. Bisa video call dengan anak-anak yang terpisah negara, dua anak di negara sakura, satu di Jeddah dan kami bertiga disini, family bonding. Jarak tidak membuat hati kami terpisah.

Mereka pun hanya dirumah saja, sama hal nya dengan kami. Saling mendoakan dan berharap wabah cepat berlalu dan dapat menyambut Ramadhan bersama dengan sehat, nyaman, aman dan bebas wabah.

Walau tidak keluar hotel, cukup terhibur dengan masih bisa bertemu dengan penumpang pesawat yang sama-sama berada di hotel ini, pada saat makan bersama di ruang makan, bertemu dengan staf dan pegawai hotel yang ramah, cekatan dan baik hati.

Masya Allah Tabarakallah, berbagai menu makanan, minuman, buah buahan, berbagai kue-kue dan lainnya terserah, tinggal milih mau makan apa. Nikmat Rabb mana yang kau dustakan.

Walau disini merupakan karantina terindah, termewah, terenak. Tapi tidak dapat dipungkiri selalu ada perasaan ingin segera bisa kembali ke rumah dan berdoa agar pandemic covid 19 ini berakhir.

Kepulangan ke Arab Saudi (Riyadh)

Alhamdulillah, berita kepulangan ke Arab Saudi pun akhirnya datang juga setelah sebulan berada di Jakarta.

Sehari sebelum kepulangan, dilakukan rapid test Covid19. Pengambilan setetes darah berjalan lancar dengan social dan physical distancing, antre dengan teratur. Dan hasilnya, bila tidak ada pemberitahuan via sms, berarti sehat. Bagus juga seperti itu, jadi kalau ada yang terkena virus, tidak membuat panik yang lainnya.

Malam itu 9 April 2020, beberapa bus telah berjejer siap mengantar kami semua ke bandara Soekarno Hatta. Suara gegap gempita, diselingi takbir dan tahmid, menunjukkan rasa syukur bahkan ada yang menyanyi sebagai tanda bahagia, mewarnai malam itu. Ya Allah, Alhamdulillah kami akan pulang.

Penumpang pesawat tanggal 15 Maret 2020 adalah rombongan pertama yang akan kembali ke Arab Saudi dan akan mendarat di Riyadh, ibu kota Arab Saudi..
Kenapa tidak ke Jeddah, kan tiket kami ke Jeddah?  Hal ini adalah kebijakan pemerintah, bahwa pesawat pertama harus mendarat di ibu kota di Riyadh.

Malam itu bandara Soekarno Hatta, sepi sunyi, hanya rombongan kami yang duduk menanti di ruang tunggu. Rencana berangkat jam 1 dini hari , tapi karena satu lain hal akhirnya jam 4 dini hari pesawat baru berangkat menuju Riyadh.

Bismillah tawakkaltu alaAllah.

Riyadh 10 April 2020

Alhamdulillah, pukul 10 pagi pesawat mendarat di King Khalid International Airport.
Melalui belalai yang menghubungkan pesawat dan koridor menuju imigrasi, penumpang antre dengan tertib sesuai peraturan physical distancing. Biasanya orang Arab maunya menang sendiri, mau duluan turun, tapi kali ini pada nurut. Subhanallah, Allah melembutkan hati mereka melalui wabah corona ini.

Di pintu masuk ke dalam bandara sudah disiapkan masker, sarung tangan, hand sanitizer oleh petugas. Banyak sekali petugas berada di sana. Seakan kami adalah tamu terhormat, Masya Allah. Luar biasa memang penyambutan bagi para warga negaranya. Salut untuk Pemerintah Arab Saudi. Petugas dan staff yang ramah dan ringan tangan membantu. Setelah mengisi form kesehatan, dari negara mana kami datang, kami semua antre dengan tertib menuju imigrasi.

Masya Allah di imigrasi dan di luar bandara sudah berkumpul fotografer dan wartawan dari pihak kerajaan, media sosial, koran dan lainnya bertebaran di tiap sudut bandara untuk mengabadikan berita. Karena hari ini pertama kali bandara dibuka setelah lockdown. Ada beberapa penumpang yang diwawancara sejenak sebelum keluar pintu bandara.

Di luar bandara sudah berjejer bus warna kuning yang akan membawa kami ke karantina . Kursi dalam bus hanya diisi satu orang tiap kursinya, physical distancing ditetapkan . Dapat dikira kira kan, berapa bus untuk membawa 250 orang? Perhatian yang luar biasa agar rakyatnya terlindung dari pandemi corona virus ini.

Karantina ke dua (kamar Isolasi)

Karantina kali ini, sebenar-benarnya karantina. Kami hanya berada di dalam kamar hotel , dan tidak boleh keluar kamar. Di tiap lantai dijaga tentara.

3 hari berada di hotel Marriot , sore hari datang pemberitahuan pindah hotel, setelah maghrib harus siap berada di dalam bus dan berangkat menuju Centro Hotel. Subhanallah, selalu pemberitahuan datangnya mendadak. Seperti waktu di Jakarta, pemberitahuan sore, setelah isya harus sudah di bus menuju bandara.

Alhamdulillah selama ini koper selalu siap, jadi walau pemberitahuan mendadak, cepat selesai sebelum waktu yang ditentukan. Pemberitahuan yang selalu dadakan, membuat ku teringat bahwa kematianpun datangnya tanpa direncanakan, jadi kita harus selalu siap, layaknya koper yang selalu siap diangkat. Subhanallah.

Jam 11 malam tanggal 14 April kami resmi pindah ke Centro Hotel di daerah Olaya Riyadh. Alhamdulillah di tengah kota dengan pemandangan gedung-gedung tinggi bahkan tampak dari jendela kamar, Kingdom Tower Riyadh, tidak seperti di Marriot yang pemandangannya padang pasir, hehehe.

Masya Allah Tabarakallah makanan diantar sampai depan pintu, bila ingin ganti seprei diberikan depan pintu, silahkan ganti sendiri, kalau ada baju kotor letakan di luar pintu dengan kantong plastik khusus, besoknya diantar sudah tercuci, bila ingin kamar mandi bersih tinggal telpon resepsionis minta diantarkan alat alat pembersih, dan silakan bersihkan kamar mandi sendiri. Intinya tidak bersentuhan dengan orang di luar kamar. Benar-benar kamar isolasi.

Setiap 3 hari sekali datang petugas kesehatan untuk cek suhu tubuh dan menanyakan apakah ada keluhan kesehatan.

Setelah 4 hari di isolasi di kamar hotel ini, diadakan test swab. Aah hidung dicolok , sampai kluar air mata, pengen bersin. Selama di Centro 2 kali diambil swab test dengan jarak seminggu.

Ramadhan 1441 H ( 24 April 2020)

Seperti biasanya karantina hanya 14 hari, kami berharap awal Ramadhan sudah berada di Jeddah.
Tapi ternyata, bandara di Jeddah masih tutup.

Hari-hari seperti biasa dinikmati dengan rasa syukur. Alhamdulillah, Allah masih memberikan kenikmatan untuk menikmati berpuasa bulan Ramadhan di Riyadh. Iftar dan sahur selalu diantar, kami hanya menerima makanan dan menyantapnya. Nikmat mana lagi yang kita dustakan? Alhamdulillah.

Hanya 4 ketukan pintu tiap hari, saat sahur, saat iftar, saat cek suhu tubuh (3 hari sekali) dan saat laundry (bila ada laundry), kami membuka pintu kamar.

Puji syukur hanya kepada Allah Subhanahu waTa’ala, saya dan suami mendapat satu kamar, karena kami sama sama sehat Alhamdulillah. Bagi yang tidak berpasangan menempati kamar sendiri-sendiri. Anakku terpisah lantai, jadi kalau mau mengobrol melalui video call. Selama di isolasi, tak pernah ketemu fisik.

Kamar berukuran 3×7 menjadi rumah sementara. Alhamdulillah, sangat bersyukur karena Allah melimpahkan nikmat sehat, tetap bahagia, bisa lebih fokus dalam beribadah, lebih banyak bisa tadabbur Al Qur’an, bisa dengar ceramah via zoom, bisa bikin grup khataman Al Qur’an dan banyak lagi mutiara hikmah yang didapatkan. Covid- 19 memberikan banyak hikmah dalam kehidupan kita.

Just stay safe, stay at room, stay healthy, self quarantine, agar tetap sehat.
Keep praying, tetaplah berdoa, memohon ampunanNya, memohon agar wabah ini cepat hilang, memohon agar yang sakit cepat sembuh, mengetuk pintu langit disetiap sujud malam, mendekatkan diri padaNya dan tetap bahagia, karena dapat meningkatkan imunitas tubuh.

Setelah 18 hari berada di kamar isolasi, berita dan pemberitahuan untuk ke Jeddah pun tiba. Seperti biasa sore hari ditelpon, untuk siap ke bandara, bus sudah mènunggu di depan hotel.
Gerak cepat dilakukan, Alhamdulillah karena terbiasa jadi tak panik, hanya membereskan barang-barang yang masih di luar koper, ganti baju, pakai masker dan turun ke lobby. Lapor petugas, check list nama yang ada sebagai penumpang pesawat malam itu.

Ternyata, pemberitahuan mendadak membuat yang tidak siap jadi lama dalam beberes, sebagian sudah di bus menunggu, sampai akhirnya isya baru berangkat ke bandara.

Tiba di bandara, keadaan sepi, check in pun berjalan tertib. Kami sholat maghrib dan isya di bandara King Khalid international.

Di bandara menuju Jeddah

Jam 10 malam panggilan boarding, tapi ternyata tidak langsung take off, karena masih menunggu penumpang lain yang dikarantina di hotel lain. Dua jam di dalam pesawat, sampai akhirnya penumpang lainnya datang dan Alhamdulillah take off.

Jam 2 dini hari pesawat mendarat di Jeddah. Alhamdulillah ‘ala salamah.
Kebahagiaan tersendiri ketika turun tangga pesawat, ya Allah perjalanan dan penantian panjang berakhir sudah. Terimakasih ya Allah. Terimakasih Pemerintah Arab Saudi yang sudah mengurus kami selama di karantina dan mengatur perjalanan pulang kami.

Covid-19, menyadarkan kita semua pada keabsolutan kekuasaan Allah Subhanahu waTa’ala. Semua makhluk berada dalam genggaman-Nya dan takdir-Nya. Tidak ada satu pun makhluk/manusia yang bisa melawan takdir dan ketentuan Nya.

Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

“Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui .”
(QS. Al-An’am [6]: 17-18).

Sungguh setiap kejadian yang kita jalani dan saksikan adalah pendidikan dari Allah dan tanda sayangNYA, agar kita mengenalNya dengan lebih baik. Mengenal Allah Yang Maha Baik, Allah Yang Maha Kuasa, Allah Yang Maha Penyayang, Allah Yang Maha Penolong.

Demikianlah cara Allah memberikan kesempatan untuk kita untuk menikmati banyak hal yang selama ini mungkin kurang ternikmati. Di antaranya waktu luang bersama keluarga, untuk belajar, untuk lebih mentaddaburi Al Qur’an, untuk lebih dekat dunganNYA, untuk menolong sesama, berempati, lebih banyak bersyukur, dan banyak hikmah lainnya yang dapat kita ambil pelajarannya.

I am home now. Alhamdulillah , berada di rumah adalah kebahagiaan dan kenyamanan tersendiri. Rumah bukan lah hanya susunan batu yang menjadi indah dengan dekorasi dan perabotannya, tapi tempat dimana kita menemukan kehangatan dan kasih sayang, kebersamaan anggota keluarga yang terbalut dalam cinta.

… because a home isn’t just a place to live. Home is something that can give you warmness and happiness” said anonymous.

Alhamdulillah, Ya Allah.
Home sweet home
🌙#Day6Ramadhan1441H
.

رَبِّ أَنْزِلْنِى مُنْزَلاً مُبَارَكاً وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِيْنَ
.

“Rabbi Anzilni Munzalan Mubarokan, Wa Anta Khoirul Munzilin

“Ya Rabbi,tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik baik yang memberi tempat”

(~QS Al Mu’minun : 29)

Semoga pandemi corona ini cepat berakhir, kita semua tetap sehat dalam menunaikan puasa Ramadhan dan dapat beribadah dengan maksimal di bulan Suci ini.

Allahumma ashrif ‘anna waba’ bi luthfika, Innaka ‘ala kulli syai’in qadiir.

Ya Allah jauhkanlah kami dari wabah ini dengan kelembutanMU, sesungguhnya segala sesuatu mudah bagiMU.

Aamiin Yaa Rabbal’alamiin

4 komentar untuk “Kisah Mukimin Saudi Saat Jalani Karantina”

  1. Kusumaningsih

    Alhamdulillah yaa Allah.. ta terasa membacany airmata berderai..wlw bgtu indah n nikmat yg Allah berikan .. tetap terasa indah ny kebersamaan jika kita bisa bercengkrama dg dunia luar.. namun tetap bersyukur .. nikmat mn lg yg kau dustakan… smg sehat sll yaa shobat…

  2. Erwati W. Kusumastuti

    Tulisan yang bagus yang dapat mengajar kita untuk selalu bersyukur karena dapat merasakan selalu ada kebaikan tuhan dalam setiap langkah kehidupan kita.

Komentar ditutup.