Kurban Anak-Anakku

Tersebut dalam Surat Al Hajj : 34 – 37

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ ۗ فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

34. Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

***

Ibrahim memejamkan mata. Ayah mana yang akan tega melihat anaknya menggelepar meregang nyawa. Namun perintah ini bukanlah bisikan nafsu. Ini adalah perintah Sang Penguasa Alam Semesta, Sang Penggenggam Hidup. Tidak ada keraguan di hatinya.

Dengan menyebutkan asma Allah Azza wa Jalla, tangannya kokoh menghunus pedang. Pedang tajam dari logam pilihan berkilau membiaskan sinar mentari pagi, siap menghabisi nyawa putra kesayangannya. Putra pilihan yang dinanti ratusan tahun. Sekarang terbaring pasrah menanti takdir kematian.

Pedang terayun dengan cepat. Diiringi gema takbir yang memenuhi seluruh lembah, Ibrahim memejamkan mata rapat-rapat.

Boleh jadi Ibrahim menyesal. Karena dia tidak menyaksikan momen maha dahsyat yang terjadi di depannya. Dalam tempo sepersekian detik, sebelum mata pedang menyentuh permukaan kulit di leher sang putra, mukzizat besar terjadi.

Dan ketika Ibrahim membuka matanya, seekor domba menggelepar meregang ajal dengan sayatan di lehernya, menggantikan posisi Ismail putra sang Nabi berjiwa besar.

Peristiwa ini juga diceritakan diantaranya dalam Surat Ash Shoffat 37 : 102,

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Sebuah momen sejarah kemanusiaan terbesar telah terjadi. Aktor utamanya adalah Nabi Ibrahim (AS) yang rela menyembelih segala ego dunia demi keridhoan Allah (SWT). Bahkan mengorbankan anak semata wayangnya, yang kehadirannya ditunggu ratusan tahun, yang sanggup bertahan hidup setelah ditinggal di padang pasir tandus. Semua kelebihan Ismail tidak boleh menyilaukan mata Ibrahim dari kewajiban mencari ridho Allah. Semua itu harus dikurbankan karena tidak ada yang lebih berharga selain ridho Allah (SWT).

Peristiwa itulah yang dijadikan awal mula Idul Adha. Allah (SWT) memerintahkan umat Islam yang mampu untuk membersihkan jiwa dan hartanya dalam simbol pengorbanan seekor hewan kurban.

Naaahhhh…seperti itulah pengorbanan seorang ayah kepada putranya ketika Allah memerintahkan untuk menyembelih anak semata wayangnya. Disitulah awal mula Ied Adha,dengan  kejadian pengorbanan nabi Ibrahim juga nabi Ismail, Allah memerintahkan umat Islam bagi yang mampu untuk membersihkan jiwa dan hartanya dengan pengorbanan dalam bentuk seekor hewan kurban, kiasan dari kepedulian pada sesama, menumbuhkan empati dan membersihkan hati dari keserakahan dan ketamakan dalam pengorbanan seekor hewan kurban.
====

“Bunda, aku kan punya tabungan, aku mau berkurban yaa..“, demikian rengekan anak-anakku. Entah siapa yang mempunyai ide terlebih dahulu, tetapi ketiga anakku tiba-tiba mengajukan permohonan mengorek tabungannya. Biasanya kami hanya meminta mereka untuk menyisihkan uang jajannya. Biasanya kami hanya memotivasi mereka agar mereka bisa mempunyai uang untuk jalan-jalan, atau untuk membeli mainan kegemaran mereka. Praktis hanya motivasi duniawi yang kami tanamkan kepada mereka agar mereka bersemangat menabung.

Namun kini tiba-tiba mereka meminta tabungannya untuk dibelikan hewan qurban. Mereka memilih untuk menyembelih ego duniawi dan menyalurkannya ke orang lain yang berhak menerima.
“Ok, nanti kita cari sama sama yah hewan yang ingin kalian kurbankan.“ “Horeeeeee…“ anak-anakku gembira sekali ketika ayah bunda nya mengijinkan tabungan mereka digunakan untuk berkurban.

Allah…jadikan anak-anakku istiqomah dalam bimbinganMU!

===

Siang itu kami menuju sebuah lapangan luas. Sebidang tanah kosong terhampar di antara rumah dan sekolah anak. Mereka telah sepakat, hewan kurban akan diserahkan kepada pihak sekolah.

Bau yang menyengat serta kotoran yang berserakan tidak melunturkan semangat anakku untuk memilih hewan qurban. Ini akan menjadi qurban pertama mereka. Mereka belum pernah memilih hewan secara langsung seperti sekarang. Anak anak senang ketika melihat barisan binatang hewan qurban. “Yang itu aja bunda…, yang ini aja… Jangan yang itu, yang ini aja…” Masing-masing berusaha memilih sesuai kata hatinya. “Kalau yang itu kan mahal , kita cari yang murah saja.” “Kenapa cari yang murah? Malu loh sama Allah kalau hitung hitungan , Allah aja ngga hitung hitungan sama kita.”

Hihihhih seru liat anak anak diskusi memilih hewan qurban.

Akhirnya hewan qurban kami dapatkan, bahagia, karena anak-anak mempunyai emphati untuk berbagi kepada sesama dan tidak berhitung dengan tabungan yang mereka miliki.

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

 

Tibalah saat yang dinantikan anak anak, pemotongan hewan qurban. Setelah mereka mengikuti sholat Ied Adha dan mendengarkan khutbah serta penjelasan makna berkurban, anak-anakku siap menyembelih hewan qurban mereka.

Kakaknya dengan sigap menggiring hewan kurban ke tempat pemotongan hewan. Diletakkan leher kambing oleh sang ayah di batu pemotongan kemudian anak tertuaku memegang kaki hewan qurban.

Bismillah dengan menyebut AsmaMU meniatkan korban anak-anakku membersihkan jiwa-jiwa mereka dari segala ketamakan dan berbagai macam sifat buruk di dunia.

Mmmooowwwwww, embeeekkkk……. termangu anak terkecilku menatap hewan qurbannya. Dengan sangat antusias dia mengikuti ritual pemotongan hewan qurban. Tanpa sedikitpun rasa jijik dan takut berlanjut dengan pemotongan dan pengulitan hewan qurban.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ akhirnya semua ritual berkurban selesai dilakukan oleh anak-anakku.

ا للهم جعل اولا دنا كلهم صالحا و طاعة