Menyusuri Lorong Sejarah di Museum Al Tayebat Jeddah

Bulan Januari, udara di Jeddah sangat nyaman, sejuk, langit biru cerah. Diantara kegiatan lainnya, jalan bareng sahabat-sahabat  sholehah mengunjungi museum adalah pilihan yang menarik. Ada beberapa  museum di Jeddah, antara lain Al Tayebat Museum.

Untukku museum Al Tayebat merupakan kunjungan ke dua setelah 6 tahun, tapi tetap membuatku kagum terpesona dan ingin mengunjungi lagi. Masya Allah. Kemegahan bangunan, keindahan arsitekturnya  dan banyaknya koleksi berbagai peninggalan sejarah sungguh memesona siapapun yang mengunjunginya dan dapat memetik pelajaran darinya.

Museum ini dulunya adalah rumah Syekh Abdul Raouf Khalil, seorang pedagang Arab Saudi  yang mendedikasikan hidupnya untuk negaranya. Museum, yang menyajikan warisan / peninggalan sejarah Hijazi (Arab Saudi) di tahun-tahun yang berbeda dari masa ke masa, juga menampilkan berbagai peninggalan peradaban Islam dari berbagai kurun waktu dari negara- negara Islam yang berbeda.

Arab Saudi adalah tempat tinggal bagi sejumlah kelompok-kelompok Arab yang berbeda atau dengan nama lain Qabail.  Arab Hijazi (lebih dikenal sebagai Arab Saudi) membentuk mayoritas populasi Arab Saudi.  Mereka berbicara bahasa yang disebut Arabiya atau  Arab Hijazi.

Negara ini menjadi destinasi perjalanan umat Muslim di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia, untuk menunaikan ibadah penyempurna rukun Islam, haji, di Tanah Suci, Mekkah.

Arab Saudi sejatinya bukan hanya Mekkah dan Madinah. Di jazirah yang luas membentang ini terdapat banyak daerah yang menyimpan potensi wisata tersembunyi. Tentu saja membutuhkan banyak waktu, tenaga,  dana untuk menjelajahi setiap sudut kota dari negara ini.

Untuk mendapatkan wisata ini, museum adalah satu satu tempat wisata yang dapat dikunjungi untuk melihat warisan peradaban masa lalu.

Jamaah haji atau umrah setelah beribadah biasanya akan mengunjungi kota tua Jeddah.
Saat melewati gerbang Kota Tua Jeddah yang terbuat dari batu karang kokoh, kita serasa memasuki lorong waktu.  Seakan terbawa kembali ke masa silam. Demikian juga ketika kita memasuki gerbang Museum Al Tayebat.

Pintu gerbang museum

Sebelum memasuki museum, kita sudah terkesan dengan keindahan arsitektur bangunan ala Hijazi dari area halaman luarnya. Pintu-pintu kayu tebal berukir indah, jendela bangunan yang juga terbuat  dari gaya khas Hijazi  masa lalu dari ukiran kayu berkisi yang dinamakan Roshan sehingga angin  dan cahaya matahari dapat masuk ruangan melalui celah-celah tersebut sehingga sirkulasi udara menjadi baik.  Dari jendela balkon (rawashin) yang didesain khusus sebagai perluasan ruangan dalam bangunan gedung, penghuni dapat melihat pemandangan di luar, tetapi orang-orang di luar tidak bisa melihat ke dalam rumah.

Bangunan dengan arsitektur yang unik

Roshan atau Rawashin  ( jendela kayu berukir)

Sejak pertama datang ke Jeddah, saya terpesona dengan desain jendela rumah-rumah tua yang ada di Balad Jeddah. Pemandangan ini mengajak kita kembali ke masa lalu, bagaimana peradaban Arab dan sejarahnya. Alhamdulillah bangunan tua dengan jendela-jendela kayu yang indah masih dilestarikan.

Bangunan-bangunan tersebut adalah rumah-rumah penduduk Hijazi pada awal abad ke-14 yang dibangun dengan batu-batu yang dibawa dari bagian dekat kota, terutama dari daerah Shimeisi, yang berwarna merah, dicampur dengan lumpur yang lunak dan ada juga bebatuan yang diekstraksi dari pegunungan dan memiliki bentuk yang indah. Desainnya memiliki ciri khas tersendiri, perpaduan antara desain tradisional dengan karakteristik arsitektur Arab yang merupakan warisan Hijazi (wilayah Hijazi Arab Saudi) dan arsitektur Islam yang menjadikan sebuah karya arsitektur yang indah.

Yang paling khas dari rumah Hijazi adalah jendela kayunya yang disebut “Al-Roshan”, yang dibuat dari kayu yang agak menonjol keluar dari jendela dan celah-celah eksternal yang terbuat dari kayu halus. Bangunan dengan jendela Roshan dapat dijumpai selain Jeddah, Mekkah, Madinah bahkan di Riyadh.

Kata “Roshan” adalah asal Persia dari “Rozen”, yang berarti ceruk, jendela, atau balkon. Roshan muncul di era Abbasiyah dan di era Ottoman. Semakin banyak rumah-rumah yang berjendela Roshan dalam berbagai bentuk dan nama di negara-negara yang berada di bawah negara Ottoman.

Jendela kayu yang berukir indah itu dibuat sedemikian rupa agar memudahkan distribusi sinar matahari dan masuknya cahaya ke dalam ruangan. Ventilasi dan kelembaban dapat menjaga rumah tetap hangat di musim dingin dan mengurangi panasnya udara di musim panas. Disamping itu bentuk unik jendela dapat melindungi rumah dari tampias atau masuknya air hujan, angin yang berlebihan, serangga, dan debu.
Secara sosial, roshan adalah ukuran seberapa kaya penghuni rumah itu dilihat dari estetika, bentuk ukiran dan jenis kayunya.

Kalau kita lihat di ruangan museum At Tayebat ini, dimulai dari pintu masuk ruang depan, yang merupakan ruang tamu, terdapat kursi duduk di bawah ataupun kursi yang terbuat dari kayu. Kemudian terdapat lorong-lorong menuju kamar tidur, ruang keluarga,  dapur, kamar mandi dengan sumur didalamnya dan ruangan lainnya. Interior menuju  tiap kamar atau ruangan dihiasi dengan lengkungan, mosaik, hiasan karpet di dinding, dinding yang digambar dengan cat berwarna warni dan relief yang menjadikan karya yang indah sebuah rumah.

Luas area museum Tayebat ini lebih dari 10.000 m2. Bangunan museum  ini  memiliki 300 ruang dengan empat lantai berisi lebih dari 60.000 benda/ barang bersejarah dari berbagai negara  disamping Arab Saudi, yaitu dari Persia, Suriah, Maroko, Turki, Cina, juga terdapat masjid Abdul Raouf Khalil dengan kubah berwarna hijau.

Museum ini menyimpan banyak koleksi benda masa lalu dan sekarang.  Artefak dari almarhum Syekh Khalil seperti dokumen kuno tentang sejarah Islam, koin kuno dari zaman Nabi Muhammad (SAW), pedang, peralatan medis, lukisan, karpet, perhiasan, ornamen dari Iran, hiasan dinding dari Suriah, artefak Mesir,  furnitur dari Maroko, ruang bernuansa Cina, rumah ala Jizan (sudut barat daya Arab Saudi), dan sebagainya.  Ada juga ornamen kayu, besi, arsitektur batu kuno, dan tata ruang yang mencerminkan peradaban Jeddah masa lalu dengan segala aktifitasnya, seperti suasana pasar, alat-alat memasak jaman dulu, alat menjahit, pakaian sehari-hari maupun pakaian pernikahan dari masa ke masa dan banyak lagi.

Peralatan memasak

Saya sangat terkesan dengan ruangan-ruangan yang menampilkan keadaan rumah masa lalu, yaitu kamar tidur, dapur, ruang keluarga, barang-barang atau peralatan yang dipakai sehari- hari, serta lentera untuk penerangan gelapnya malam. Terbayang kehidupan masa lalu memasak dengan kayu. Bagaimana suasana pasar dan apa saja yang dijual. Tidak ada mall seperti sekarang, semua serba sederhana. Subhanallah.

Dekorasi kamar

Setiap benda, barang dan karya menyampaikan pesan tersendiri. Lukisan-lukisan, puisi- puisi yang ditulis dengan huruf kaligrafi tentang semangat juang, semangat dakwah Islam, dan lainnya.

Lukisan sepanjang dinding lorong

Begitu banyak peninggalan sejarah dan barang-barang antik yang  terdapat disini sehingga 2 jam pun rasanya kurang saat menjelajahi setiap ruangan, belum lagi foto-foto di setiap sudut. Masya Allah,  sejarah Jeddah   dapat ditelusuri kembali lebih dari 2000 tahun yang lalu dengan mengunjungi museum ini.

Wisata yang menyenangkan, bermanfaat dan berkesan. Alhamdulillah.

Oya, kalau tertarik berkunjung ke  museum   Abdul Raouf Khalil ( Al Tayebat Museum for international Civilization) Jeddah, lokasinya di Al-Faysaliah 2, Jalan Rehana Al-Jadeerah, Jeddah, Arab Saudi.  Buka setiap hari  jam 8 pagi -12 siang , dan  jam 5 sore – 8 malam. Tiket dapat dibeli di dalam museum ,  harga tiket 80 SR/orang, dan 60 SR/orang bila lebih dari  5 orang.
Telpon: 0503601376.

Semoga bermanfaat bagi pembaca. Barakallah fii kum.