Romantisme Mertua dan Menantu

Umi…
Begitulah aku memanggilmu
Ibu dari lelaki pendamping hidupku
Aku memang tak mengenal dirimu
Sampai suatu saat, mimpi itu hadir dalam lelapku
Di atas selembar sajadah hajat dan istikharahku
Seorang ibu yang memanggil-manggil namaku
Dan memintaku menemani anakmu

Aneh, namun itulah faktanya
Sampai tiba masanya seorang lelaki datang meminang diriku
Bersama seorang perempuan yang belum pernah aku kenal sebelumnya
Namun ia telah hadir dalam mimpiku
Takjub bercampur haru
Inikah jawabmu, Tuhan?…

Umiku seorang perias,
Dihiasnya aku bagaikan ratu
Laksana boneka cantik yang menghiasi pelaminan
Saat aku disandingkan dengan putranya
Begitu, kata para tamu

Umiku seorang yang taat,
Diajaknya aku tuk selalu shalat
Tak jarang aku diminta menjadi imamnya
Mengingatkan kebiasaanku saat-saat ibadah sunnah
Tepat pada waktunya

Umiku seorang sosialita,
Melakukan banyak hal demi kemaslahatan umat
Sering merogoh uang dari koceknya sendiri
Demi untuk menyantuni anak yatim, orang jompo, dan para pengemis

Umiku seorang aktivis,
Menjadi penggiat ibu-ibu rumah tangga agar produktif
Tak jarang aku diajak serta
Mendengar ide-ide brilliant dari lisannya

Umiku seorang traveller
Diajaknya aku bersilaturrahim ke keluarga, kerabat,
Bahkan orang yang tidak aku kenal,
Sekedar untuk memberi makan nenek tua yang hidup sebatangkara

Sempat pula diajaknya aku menjelajah kota antar pulau
Menikmati waktu berdua saja dengannya
Naik kapal laut, berdua kita mabuk
Cari resto unik
Sampai hunting aksesoris cantik

Umiku seorang dokter dan perawat,
Merawatku di kala aku sakit
Memelukku di kala aku terbaring lemah
Mendampingiku hingga aku kembali pulih

Umiku seorang penyanyi,
Aku sering berduet dengannya di sebuah dapur rekaman
Dengan para buah serta sayur-sayuran sebagai audiensnya
Ada cobek dan panci-panci yang menjadi musik pengiringnya
Mencoba meramu resep dan menu baru yang menggugah selera
Yah..
Itulah dapur rekaman kita
Rekaman kejadian yang melekat erat dalam ingatan

Umi adalah ibu mertuaku,
Ia adalah ibu keduaku
Sempat dianggap kakak beradik saat berjalan bersisian dengan ibuku

Umiku menderita gagal ginjal,
Namun ia tak pernah mengeluh
Tetap tersenyum kepada siapapun
Tetap bersedekah kepada mereka yang miskin papa
Bahkan para pembersih di rumah sakit itu

Umiku adalah perempuan sederhana,
Yang memiliki hati seluas samudra
Ia telah lama pergi untuk memenuhi panggilan Tuhannya
Yang selalu memenuhi ruang bathinnya
Yang selalu ditemuinya di kala malam gulita
Di kala semuanya tengah bermimpi tentang cinta

Aku rindu engkau, Mi…
Rindu kenangan-kenangan indah di antara kita
Maafkan khilaf dan salahku
Telah mengurangi waktu kebersamaanmu dengan anakmu
Telah menyita perhatiannya kepadamu
Telah mengisi hari-harinya tanpa keberadaanmu

Terimakasih karena telah kau izinkan aku mendampinginya
Terimakasih karena telah kau berikan sebuah ruang di hatinya untukku
Terimakasih karena kau telah hadir menjadi bagian dalam hidupku
Terimakasih karena kau telah menorehkan kisah manis diantara kita
Kisah romantisme antara mertua dengan menantu

Semoga aku bisa mengikuti jejakmu
Semoga amal kebaikanmu menjadi pemberat amal timbanganmu
Dan semoga aku bisa berkumpul kembali denganmu
Di Surga-Nya kelak,
Aamiin… aamiin ya rabbal ‘aalamiin…

***
Jeddah, 3 November 2016