Yang Mulia

Tuan paduka Yang Mulia
Bak seorang Raja kau dijunjung tinggi oleh Rakyat
Titahmu harus didengar
Titahmu harus dituruti
Tak ada kesalahan dalam keputusanmu
Yang ada adalah, kesalahpahaman rakyat dalam memahamimu
Begitu kan menurutmu?..

Paduka Yang Mulia,
Kami titipkan sebuah amanat besar
Amanat yang dulunya pernah Allah tawarkan pada langit,
Pada bumi, dan pada gunung-gunung
Tapi semua merasa enggan karena kuatir tidak akan dapat melaksanakan
Amanat yang berat itu
Tapi kalian dengan gagah menawarkan diri
Untuk mengemban amanat ini

Amanat yang kami titipkan melalui suara-suara kami
Agar kau berbicara atas nama kami
Agar kau lebih memikirkan kehidupan kami
Agar kau bisa memajukan bangsa ini
Sudah banyak rupiah-rupiah yang kami keluarkan
Untuk pajak, bbm, dan uang-uang pelicin segala urusan
Dari saku-saku kucel dan dompet-dompet yang setiap harinya kian menipis

Aiih… Kalau demikian,
Bukankah sebenarnya kalian itu adalah pelayan yang bekerja untuk kami?
Yang seharusnya bisa membuat hidup kami merasa aman, dan tentram
Karena kalian bisa duduk nyaman di atas sana
Sebab dipilih oleh kami,
Yang dulunya kalian beri kami, janji-janji manis
Sampai-sampai kembang gula pun kalah manis

Di lembagamu, saling tuding sesama teman, itu sudah biasa
Ribut-ribut soal anggaran, korupsi, itu lebih biasa
Merasa ganjil menerima tunjangan lebih, itu luar biasa
Merasa tak layak, merasa tak pantas
Karena kerja belum tuntas
Tapi semuanya sudah amblas

Kekayaan Negara dijual murah
Lowongan pekerjaan kian susah
Ekonomi kian lemah
Rakyat pun kian gundah

Kabut asap kian mencekik
Rakyat Papua terus menjerit
Freeport menjadi ladang duit
Untuk mereka yang berhati licik

Sementara masih banyak hidup rakyat yang tetap melarat
Nasib rakyat kian sekarat
Dengarlah suara kami, wahai wakil rakyat

Dulu, kau bilang akan berjuang untuk kami
Tapi sekarang kau berjuang untuk dirimu sendiri
Aku jadi bingung…

Dulu, kau bilang akan mementingkan nasib rakyat
Aku ingin mengadu
Tapi pintumu terkunci rapat-rapat
Aku jadi bingung…

Dulu, kau bilang akan mendengarkan suara kami,
Kami kritik,
Kau malah bilang kami picik!
Aku jadi bingung…

Dulu, kau bilang siap menerima masukan kami
Kami tegur,
Kau bilang, jangan usik!
Aku jadi bertambah bingung…

Ya sudahlah yang Mulia,
Mungkin aku memang tak mengerti dirimu
Yang aku yakin Allah tidak pernah tidur
Aku pun tahu niat awal kalian sungguh suci
Untuk menjadi pejuang sejati
Semoga tetap lurus sampai nanti
Sebagai catatan saat mati
Di pengadilan Sang Ilahi

Semoga Allah tetap menjaga niat baikmu
Semoga Allah tetap menjaga ketulusanmu
Semoga Allah tetap menjaga nafsumu
Dari kemunafikan
Dan keserakahan duniawi

***
Jeddah, @Lorong Hampa, 9 Desember 2015