Laksana Bidadari

Seulas wajah menjelma dari balik kain selubung kepala
Sehelai gaun panjang melingkar
Menutup tubuh pengundang syahwat
Laksana bidadari turun dari syurga
Bak mutiara yang menyembul dari dasar laut
Senantiasa lekat dalam inayah pencipta-Nya

Dulu, ia hanya wanita biasa
Bahkan sangat biasa
Imannya tipis, setipis kulit bawang
Bajunya juga tipis, setipis kain selambu
Selalu menampakkan lenggoknya yang elok
Dengan jalan hidup yang berkelok-kelok

Topeng kehidupan terpaksa ia gunakan
Sekalipun hatinya terus menjerit
Menentang sandiwara yang dilakoninya
Walau hidup penuh liku dan aral melintang
Tapi ia punya tekad
Untuk kembali kepada fitrah
Sebagai manusia yang suci lahir batinnya
Yang mengharapkan Cinta Tuhannya,
Agar senantiasa teranugerahkan kepadanya

Kini seorang hamba tengah berjalan mencari sebuah perlindungan
Mencari ketenangan yang dapat mengangkat
harkat dan martabatnya di sisi Allah
Mencari Jati diri yang dulu pernah ia gadaikan
Demi materi dan ke-jahiliyahan-nya

Penutup kepalanya yang dulu hanyalah sebuah kedok
Yang ia pakai demi pergaulan
Yang ia pakai demi penampilan
Yang ia pakai demi keindahan
Yang ia pakai demi ini dan itu

Namun kini, ia tak lagi seperti itu
Ia telah memberikan arti bagi jilbab syar’i-nya
Yang menutupi seluruh raga dan jiwanya
Dan menghiasinya dengan keteguhan iman
Semata-mata karena mencari Ridho Allah

Karena ia ingin menjaga amanat indah
yang Allah titipkan padanya
Dan karena ia pun tahu bahwa penutup auratnya
Bisa menjadi penyelamat dirinya
Di dunia dan di akhirat kelak..

Aamiin..

***
Laut merah, 13 Oktober 2010