Ayah

 

Semburat merah jingga mulai berpendar
Mendung menggelayut di pucuk awan
Bersama semilir angin yang hangat menyapa
Teringat aku akan masa kecilku
Tentang sebuah boneka panda pemberianmu
Sebagai teman tidurku
juga pelipur lara hatiku
Serta…
Kau ajarkan aku bagaimana mengenal Rabb-ku

Itulah kenangan indah dari berjuta kenangan indah
Yang kau hadiahkan untukku
Meski terkadang…
Tak pernah kau tunjukkan rasa kasihmu itu
Tapi aku dapat merasakan cinta yang begitu dalam
dari hatimu

Kaulah teladanku dalam mengabdi pada-Nya
Kaulah tempat aku bertanya tentang segala hal
Kaulah sosok yang amat sangat aku banggakan

Walau kini tanya itu tak pernah lagi terjawab
Dan senyummu pun tak pernah lagi tampak
Semua sirna seketika…
Ketika Allah lebih memilihmu untuk menikmati surga-Nya

Namun….
sebongkah rindu ini tetap untukmu
Sekalipun getir menemani butir sekemilau pualam
acapkali mengenang dirimu

Ayah!…
Tunggu aku!…
Nantikan aku!…
Kita akan berkumpul kembali di tempat yang lebih indah dari dunia ini
bersama bunda tercinta yang memiliki mutiara yang teramat mulia

Aku tahu kau mendengar doa-doaku
Aku pun tahu kau merasakan kehadiranku
Karena aku menemukan senyummu di hatiku,
lewat tahajjud-tahajjud malamku
dan lewat pusara…
yang selalu bicara padaku

***
Samarinda, 2006