CAHAYA SURGA


Halimun membalut pekatnya malam

Mendendangkan nestapa yang menjerit luka
Terasa panjang perjalanan penuh liku yang harus aku lalui
Ingin rasanya aku menumpahkan seluruh hasratku
Dan merebahkan kepalaku dipangkuanmu

Jika kelak bulan bersanding di pelaminan
Masihkah kurasakan hangatnya mentari esok
menembus lubang pori-poriku?
Karena waktu yang terus berlalu, membawa pada pergantian masa
Sedangkan ia semakin senja…
Sedangkan ia semakin renta…

Ia yang begitu bersahaja menelusuri koridor kalbuku
dengan kasihnya,
Ia yang selalu melindungiku kala badai menerpa
dengan cintanya,
Ia yang selalu aku buat menangis
karena keterpurukanku,
Namun ia tetap mendekapku dengan doa tulusnya

Aku tak akan mampu membalasnya
Aku tak akan sanggup membayarnya
Semua jasa besarmu
Ibu…..

Demi cintaku yang tak pernah padam
Demi rinduku yang tak pernah pupus
Belai ia ya Allah…..
Hibur ia…..
Limpahkanlah sejuta kebahagiaan untuknya…..

Jadikanlah air matanya…
adalah sungai mengalir yang menghiasi surga-Mu
Dan zikirnya…
adalah bunga-bunga di taman surga-Mu
yang senantiasa menebarkan aroma semerbak
Dan hatinya…
adalah cahaya penerangnya

Karena ia adalah…
hamba terkasih yang amat sangat layak
berada dalam curahan Mahabbah-Mu

***
Cirebon, 11 Maret 2006