Berburu Wisata di Wilayah Kansai, Jepang (1)

Setiap perjalanan wisata pasti memberikan nuansa yang berbeda. Memberikan momen-momen indah, berkesan, yang tak akan terlupakan. Begitu pula berburu wisata ke wilayah Kansai atau wilayah Kinki (wilayah Jepang di bagian barat Pulau Honshu) yang terdiri dari 7 prefektur: Mie, Shiga, Kyoto, Osaka, Hyogo, Nara, dan Wakayama.

Walaupun aku hanya bisa menyusuri Osaka, Kyoto dan Nara prefektur, namun perjalanan wisata kali ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Bener banget deh kalau jalan bareng teman-teman, suasananya berbeda dengan jalan bareng keluarga. Walaupun jalan bareng keluarga so pasti sangat menyenangkan, tapi pasti bedalah keseruannya, kehebohannya kalau jalan bareng ramai-ramai sama teman.

Bermula dari ajakan sahabatku yang menetap di Tokyo untuk bergabung dengan rombongan teman-teman ex- SMA-nya, yang akan berlibur ke Jepang. Penginapan di Osaka sudah diatur sejak mereka di Jakarta, aku tinggal ikut saweran hotel dan makannya. Mereka sampai Tokyo, saat aku dan keluarga sudah berada di Tokyo 10 hari sebelumnya, sesuai jadwal menengok dan menemani anak- anakku yang sedang menuntut ilmu di negara matahari terbit ini.

Sebelum berangkat dari Jeddah, izin bergabung dengan teman-teman sudah didapatkan dari suami, langkah selanjutnya adalah membeli JR Pass (Japan Rail Pass) ketika sampai Jakarta. Pesawat dari Jeddah akan transit di Jakarta sebelum melanjutkan ke Tokyo.

JR Pass adalah tiket khusus yang berlaku untuk pelancong dari luar negeri yang mengunjungi Jepang untuk wisata. JR Pass merupakan cara paling ekonomis untuk perjalanan mengelilingi Jepang dengan kereta cepat (shinkansen) maupun kereta JR biasa, yang dapat dipergunakan bolak balik kemanapun di beberapa kota di Jepang selama batas waktu tertentu. Jadi ada yang untuk 6 hari, 12 hari, 30 hari atau beberapa bulan pun ada, dan tentu saja harganya berbeda. Namun, ada beberapa batasannya juga, yaitu JR Pass baik Ordinary maupun Green tidak berlaku untuk kereta “Nozomi” dan “Mizuyo” yaitu jalur Tokaido, Sanyo, dan Kyushu.

Nah, agar bisa sama dengan teman-teman serombongan, saya pun mampir ke biro perjalanan yang menjual JR Pass di Jakarta, dan akan diaktifkan saat bergabung nanti ketika berangkat ke Osaka.

#Day One

Hari Sabtu adalah hari pertemuan dan perkenalan pertama kali dengan teman-teman rombongan dari Jakarta. Aku dan sahabatku, sudah siap dengan backpack dan koper kecil beroda yang mudah digeret/ ditarik kemana-mana ketika menjemput teman-teman di bandara Haneda Tokyo. Mereka pun sudah siap dengan kopernya masing-masing.

Masya Allah, teman-teman yang ramah , cantik dan humoris, jadi dari pertama bertemu sudah tidak canggung lagi untuk bergabung dalam rombongan yang berjumlah 10 orang termasuk aku. Dan yang lebih seru lagi, semuanya berasal dari Padang, jadi aku sendiri yang asal Aceh, masih sama-sama satu pulau lah.. kebayang kan serunya kalau pada ngobrol bahasa Padang.. hehehe.

Perjalanan ke Osaka, akan ditempuh via stasiun Tokyo. Sebelum menuju stasiun Tokyo, di bandara Haneda kamipun menukar lembaran JR Pass yang kami beli di biro perjalanan Jakarta dengan kartu JR Pass. Dan bagi yang belum punya kartu suica / pasmo dapat membeli di bandara atau stasiun kereta lainnya. Bagi yang sudah memiliki kartu JR Pass, kartu suica dipergunakan bila menggunakan transportasi kereta bawah tanah, karena JR Pass tidak berlaku untuk subway (kereta bawah tanah).

Perjalanan Tokyo – Osaka ditempuh kurang lebih 3 jam dengan kereta cepat Shinkansen. Kereta berangkat sekitar jam 1 siang. Begitu kereta bergerak, bekal dari Jakarta dan Tokyo pun dibuka. Terciumlah aroma restoran padang. Yummy…… bikin perut yang keroncongan tambah bernyanyi. Ternyata teman- teman ada yang membawa rendang, sambal goreng, dendeng balado, krupuk, dan lain sebagainya sebagai bekal perjalanan. Wadouuh enak banget deh pokoknya. Kalau nasi dan onigiri sudah dibawa dari Tokyo, nasi pun dapat dibeli di mini market 7 eleven yang ada di mana-mana.

Kereta cepat (Shinkansen)

Nikmatnya makan di kereta, sampai petugas lewat pun tidak digubris, toh petugas lewat cuma ngitung penumpang dengan alat hitungnya.. tik tik tik, tanpa menanyakan karcis mana, mana karcis..? Karena kartu pass/ karcis sudah diperiksa/ diperlihatkan di gerbang masuk. Setelah itu kartu pass / tiket-tiket lainnya harus tetap aman tersimpan.

Aroma gerbong kereta pun menjadi aroma restoran Padang. Untungnya di Jepang, masing-masing orang tidak usil dengan orang lain. Jadi penumpang lain cuma senyum saja melihat tingkah laku kita. Masing- masing penumpang membuka bekalnya, dan makan dengan tenang. Cuma kita saja yang di gerbong itu yang paling heboh. Hehehe.

Alhamdulillah perut kenyang, rasa lelah menghampiri karena teman-teman baru saja sampai di Tokyo pagi hari dan lanjut perjalanan ke Osaka, membuat teman-teman mengantuk.. sebagian tidur, sebagian lagi menikmati pemandangan sepanjang jalan dari jendela kereta.

Tiba di Osaka sudah sore, dengan modal Google map, mulailah kami keluar stasiun Osaka menuju tempat penginapan kami di daerah Namba. Untuk ke sana menggunakan kereta dalam kota sekitar 30 menit dari stasiun Shin Osaka. Mulailah olah raga geret/ tarik koper naik turun kereta, naik turun tangga, ke mana-mana digeret aja deh.

Dengan mengandalkan Google map, penginapan pun ditelusuri dimanakah gerangan berada. Sudah seperti anak- anak TK, berbaris dua dua di jalan menuju penginapan. Agar tidak mengganggu pejalan kaki lainnya. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Jadi kita pun mengikuti tata krama, tata cara di negara kita berada.

Tiba waktunya menuju kamar penginapan. Dalam khayalanku, kamar penginapan layaknya kamar di hotel lainnya, tidak ada gambaran sebelumnya bagaimana kamar penginapan di dalam  dormitory. Ketika melewati lorong menuju kamar, terdapat beberapa pintu bertuliskan shower ( kamar mandi), pintu bertuliskan toilet dan pintu-pintu dengan nomer kamar yang didisain untuk membukanya dengan tombol kode angka.

Taraaaa…. ketika membuka buka pintu kamar, ternyata dan ternyata, ini pintu pertama yang terdapat  dua wastafel dan setelahnya ada lagi pintu geser  (sliding door) yang merupakan pintu ke dua masuk ke dalam kamar. Sreeeeet…. terbukalah pintu berikutnya. Ahaiii, ada 3 tempat tidur kayu bertingkat yang menempel di tembok di sebelah kiri dan 3 di sebelah kanan. Jadi ada 6 tempat tidur di kanan dan 6 di kiri dengan masing-masing tempat tidur berukuran sepanjang badan orang dewasa dan dihiasi korden sebagai jendela/penutup. Untuk yang di tempat tidur atas ada tangga tegak lurus untuk naik. Antara kanan dan kiri hanya semeter jaraknya. Sesuatu banget bagi kita yang baru pertama menginap di penginapan jenis dormitory ini. Tapi disinilah serunya, disinilah kebersamaan terjalin, kebersamaan yang saling mendekatkan persahabatan.

Kamar di dormitory, abaikan koper yang berantakan karena baru sampai 🙂

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah istirahat sejenak, mandi dan sebagainya. Ramen adalah pilihan makan malam kami, udara dingin, memang enaknya makan yang berkuah dan panas dan yang pasti halal. Kembali Google map menuntun jalan menuju ke rumah makan ramen halal. Dan Masya Allah untuk makan di Honulu Ramen, harus antre karena tempatnya kecil, hanya beberapa kursi. Di pintu dan di dalam ruang makannya tertulis Muslim welcome. Jadi bagi muslim biar jauh dan harus antri ya tetap dicari makanan halal dan setia menunggu walau udara di luar cukup dingin.

Pengunjungnya ramai sekali, dari berbagai negara, jadi harus sabar menanti . Tapi gak rugi lah antre, karena yang ditunggu emang enak dan halal tentunya. Alhamdulillah..

Yang menyajikan ramen adalah 2 mahasiswi asal Bogor Indonesia tingkat akhir di Queens College Osaka, di saat libur mereka bekerja di Cafe Honulu, Namba, Osaka.. Ada beberapa macam sajian ramennya, pilihanku Spicy Ramen, rasanya enaaakk banget…

Rumah makan Ramen Honulu

 

 

spicy ramen

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalau suatu waktu ingin mampir ke Honulu, ini alamatnya, 2 Chome-5-27 Motomachi, Naniwa Ward, Osaka, Osaka Prefecture 556-0016. Hehehe, bukan promosi, tapi untuk memudahkan menikmati Ramen halal.

Dotonbori adalah kunjungan berikutnya. Hampir semua wisatawan yang ke Osaka pasti tidak melewatkan untuk menikmati suasana malam di Dotonbori. Dotonbori adalah salah satu tempat wisata di Osaka yang letaknya di sebelah pusat perbelanjaan Shin Saibashi. Dotonbori ini juga dikenal sebagai kawasan bersejarah karena sudah ada sejak tahun 1612. Dinamakan kawasan Dotonbori karena membentang sepanjang Kanal Dotonbori, dari Jembatan Dotonboribashi hingga ke Jembatan Nipponbashi di Distrik Namba, Osaka. Kanal Dotonbori memegang peranan penting bagi perdagangan di masa itu. Di sepanjang sungai/kanal juga terdapat banyak pusat perbelanjaan yang disebut Tombori River Walk yang merupakan tempat terkenal untuk kongkow, pusat perbelanjaan, gastronomi, dan fasilitas hiburan di mana terdapat berbagai macam rumah makan untuk wisata kuliner, makanya dikenal juga sebagai “Kuidaore” atau “Dapurnya Nasional”.

Dotonbori- Osaka
River Dotonbori

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dotonbori juga menjadi area ikonik yang tak pernah sepi pengunjung. Baik dari dalam maupun luar negeri. Dan dijadikan spot foto-foto dengan latar belakang papan-papan iklan dan lampu-lampu neon berukuran besar menghiasi gedung-gedung restoran.

Malam semakin larut, jam sudah menunjukkan pukul 10, waktunya kembali ke penginapan untuk istirahat paling tidak untuk lurusin punggung yang seharian dipakai duduk dan jalan..