Catatan Perjalanan di Madinah (4): Perang Uhud

Kemenangan kaum muslimin di Perang Badr tahun ke-2H membuat kaum musyrikin, Yahudi dan munafik Madinah merasa malu. Mereka membuat aliansi dengan Abdullah bin Ubai (pimpinan/raja Madinah, kaum munafikun) dan pengikutnya beserta kaum Quraish Mekah untuk balas dendam. Selain itu Hindah, istri dari Abu Sufyan, yang ayah dan saudara laki-lakinya terbunuh di Perang Badr, merasa kehilangan harga dirinya.

Akhirnya, pasukan bersenjata sebanyak 3000 orang berangkat menuju Madinah di awal Bulan Syawal 3H. Istri-istri dan anak-anak perempuan ikut dalam pasukan tersebut karena ingin melihat sendiri para pembunuh di Perang Badr itu terbunuh. Hindah, putri dari Utbah menjadi pimpinan kelompok pasukan wanita, sementara suaminya Abu Sufyan memimpin pasukan Mekah.

Jubair bin Mut’im, dari pihak musuh, memiliki budak warga Abysinia bernama Washi yang punya keahlian melempar tombak dan selalu tepat sasaran. Jubair bin Mut’im menjanjikannya bebas jika dia berhasil membunuh Hamzah RA, sementara Hindah menjanjikan Washi jika dia berhasil membunuh Hamzah RA, dia akan memberikan seluruh perhiasannya untuk Washi.

Pasukan politeis sudah mendekati Madinah. Setelah berdiskusi bersama dan menyusun strategi, Rasulullah SAW beserta pasukan muslimin menghadapi musuh Allah tersebut dari luar Madinah. Semula kaum muslimin berjumlah 1000 orang. Tetapi pengikut Abdullah bin Ubai, pemimpin kaum munafik Madinah, tidak menyetujui strategi menghadapi musuh dari luar Madinah. Mereka ingin memerangi musuh di dalam Kota Madinah. Akhirnya sebanyak 300 orang mundur dan tidak jadi bergabung dalam peperangan. Otomatis jumlah kaum muslimin tinggal 700 orang. Nabi Muhammad SAW juga memulangkan anak-anak laki-laki di bawah umur yang tadinya ingin ikut berperang. Begitu kaum muslimin tiba di Gunung Uhud, pasukan Mekah sudah mendirikan tenda di sana.

Kami berada di atas Bukit/Gunung Rummat. Kini gunung ini tidak setinggi di jaman Rasulullah SAW.

Pada Bulan Sha’ban 15, 3H perang pun pecah. Sebelum perang dimulai, Nabi Muhammad SAW memerintahkan 50 pemanah di bawah pimpinan Abdullah bin Zubair RA di gunung (yang kini disebut Gunung Rummat atau gunung para pemanah) dan memerintahkan mereka untuk tetap tinggal hingga perintah selanjutnya, apapun kondisinya. Kaum pemanah ini bertugas menahan kaum musuh yang menyerang kaum muslimin dari belakang.

Area antara Gunung Rummat dan Pegunungan Uhud, tempat Rasulullah SAW menghadapi musuh.

Rasulullah SAW sendiri membawa pasukannya untuk berperang di antara Bukit Rummat dan pegunungan Uhud. Beliau menunjuk Zubair bin Al-Awwam RA sebagai pemimpin sayap kanan dan Mundhir bin Amr RA sebagai pemimpin sayap kiri. Hamzah RA ditempatkan di baris depan, Musab bin Umair RA di baris belakang, dan Abu Dujanah RA ditugaskan membawa pedang Rasulullah SAW.

Di sisi musuh, kaum Quraish menempatkan Khalid bin Walid (saat itu masih kafir) sebagai pemimpin pasukan sayap kanan, Ikrimah bin Abu Jahl (masih nonmuslim) sebagai pemimpin sayap kiri, Banu Abdud-Dar berada di sisi belakang. Pemimpin pasukan pemanah kaum Quraish adalah Abdullah bin Rabi’ah. Pasukan musuh berjumlah 3000 orang, sementara pasukan muslimin hanya berjumlah 700 orang.

Washi, budak Abysinia yang ditugaskan untuk membunuh Hamzah RA, hanya melihat gerakan Hamzah RA dari kejauhan dan bersembunyi di balik batu-batuan. Ketika Hamzah RA bergerak maju, Washi melepaskan tombaknya dari beberapa sisi. Hamzah RA pun syahid dalam peperangan Uhud. Sebanyak 12 pasukan Quraish mati di tangan kaum muslimin.

Kekalahan kaum politeis, dan kemenangan kaum muslimin menyebabkan kaum politeis mulai meninggalkan Uhud. Para pemanah muslimin melihat situasi ini dan mereka menganggap situasi sudah aman kemudian turun dari Gunung Rummat tanpa menghiraukan seruan Abdullah bin Jubair RA yang mengingatkan mereka akan pesan Rasulullah SAW yang mengharuskan mereka tetap tinggal hingga instruksi dari Rasulullah SAW untuk bergerak turun. Namun mereka tetap turun dan ingin segera mengambil harta rampasan perang. Khalid bin Walid dari pihak musuh mengetahui hal ini, Khalid pun memerintahkan pasukannya untuk berbalik dan kembali berperang untuk ke dua kalinya. Karena pasukan pemanah muslimin tidak ada lagi yang berjaga-jaga, kaum musuh pun bebas maju.

Kaum muslimin dikepung oleh para penyerang politeis yang jumlahnya 4 kali lipat pasukan muslimin. Musab bin Umair RA berdiri di sisi Rasulullah SAW. Ibn Qaiah Laithi, penyerang dari kaum musuh berhasil membunuh Musab bin Umair RA. Karena Musab mirip dengan Rasulullah SAW, dia mengira Muhammad SAW sudah meninggal. Ibn Qamiah pun mengumumkan bahwa dia telah membunuh Muhammad SAW. Berita ini membuat kaum kafir bergembira ria, sementara kaum muslimin sangat terkejut dan patah semangat. Sementara itu Kab bin Malik RA, melihat bahwa Rasulullah SAW masih hidup. Dia pun mengumumkan berita gembira ini kepada kaum muslimin bahwa Rasulullah SAW masih hidup dan selamat.

Dengan suara lantang, Rasulullah SAW memanggil kaum muslimin untuk mendekat dan memastikan bahwa beliau masih hidup. Kaum musyrikin pun ikut mendekat. Rasulullah SAW kini menjadi target utama untuk dibunuh. Abdullah bin Shihab Zuhri menyerang Rasulullah SAW dan melukai wajah beliau, sementara Ibn Qamiah memukul kepala beliau SAW demikian kerasnya hingga 2 cincin bagian rantai helm besinya menyangkut gigi beliau. Abu Ubaidah bin Al Jarrah RA membantu melepaskan cincin-cincin besi dari giginya, hingga menyebabkan dua gigi Rasulullah SAW tercabut.

Sebanyak 65 kaum Anshar, dan 4 kaum Muhajirin syahid dalam Perang Uhud. Hindah bint Ubah, istri Abu Sufyan memutilasi badan Hamzah RA. Karena kebenciannya kepada Hamzah RA begitu besar, dia memotong hidung dan telinganya, membelah dada Hamzah RA, mengambil hatinya dan mengunyah-ngunyah tapi tidak sanggup menelannya. Rasulullah SAW kehilangan pejuang-pejuang hebat kaum muslimin yaitu Hamzah RA dan Musab bin Umair RA dalam Perang Uhud. Namun banyak pula para pemimpin Quraish yang terbunuh seperti Walid bin Asi, Abu Umayyah bin Hudhaifah, Hisham bin Abu Hudhaifah, Ubai bin Khalaf, Abdullah bin Humaid Asadi, Talhah bin Abu Talhah, Abu Saeed bin Abu Talhah. Hal ini menyebabkan Abu Sufyan ingin menyerang Madinah sekali lagi.

Makam syuhada Uhud, mereka dikuburkan di tempat mereka terbunuh.

Perang Uhud tidak dimenangkan oleh kaum kafir karena banyak dari pihak musuh yang mati di Perang Uhud, mereka tidak membawa tawanan muslim, tidak juga harta rampasan. Pada perang fase pertama kaum musuh meninggalkan kaum muslimin, tetapi karena kekhilafan para pemanah kaum muslimin, membuat kaum musuh kembali berperang. Namun setelah beberapa orang terluka, pasukan muslimin dapat menguasai kembali keadaan hingga kaum politeis pun berhasil diusir mundur dari peperangan.

 

Sumber:
The History of Islam vol. one oleh Akbar Shah Najeebabadi