Catatan Perjalanan di Madinah (6): Tempat Bersejarah Lain

Masjid Al Ijabah

Masjid Al Ijabah terkenal juga dengan sebutan Masjid Banu Mu’awiyah karena lokasinya di distrik Banu Mu’awiyah dari kaum Anshar. Pemiliknya adalah Banu Mu’awiyah bin Malik bin Awf. Disebut dengan Masjid Al Ijabah karena Rasulullah SAW pernah berdoa 3 hal tetapi Allah SWT mengabulkan 2 doa beliau SAW, tetapi tidak mengabulkan doa yang ke-3.

Kami di depan masjid Al Ijabah

Disebutkan dari hadis riwayat Muslim bahwa Amir bin Sa’d menceritakan dari ayahnya: suatu hari Rasulullah SAW datang dari Al ‘Aliyah. Beliau melewati Masjid Banu Mu’awiyah, kemudian beliau masuk ke dalam masjid dan sholat 2 rakaat di sana. Kami pun sholat bersama beliau dan beliau berdoa lama memohon kepada Allah SWT. Beliau kemudian datang kepada kami dan berkata:

Saya meminta kepada Allah tiga hal dan Allah mengabulkan dua doaku tetapi satu doaku tidak dikabulkan. Aku memohon agar umatku tidak hancur karena kelaparan, Allah kabulkan. Aku meminta agar umatku tidak hancur karena mati tenggelam, dan Allah kabulkan. Dan aku memohon agar tidak ada pertumpahan darah di antara umatku, tetapi Allah tidak mengabulkannya.

Oleh karena itu peperangan dan perselisihan antara umat Muhammad SAW masih akan terjadi hingga hari kiamat nanti.

Masjid ini terletak di sisi timur Jalan King Faisal dan 580 meter dari perluasan ke-2 Masjid Nabawi. Pembangunan dan perluasannya dilakukan pada masa Raja Fahd bin Abdul Aziz pada tahun 1418H (1997). Luas area masjid 1000 m2, pada sisi depan terdapat kubah setinggi 13,7 meter dan menara setinggi 33,75 meter.

Masjid Al Ijabah

Jabir bin Abdullah RA

Di jaman Perang Khondaq, para sahabat bergotong royong menggali parit dengan tangan dan peralatan seadanya. Parit dengan kedalaman 5 meter, lebar sekitar 5 sampai 6 meter sepanjang lebih dari 5 kilometer ini harus dikerjakan dalam waktu beberapa hari saja karena musuh kaum kafir Quraish dan Yahudi sudah semakin dekat menuju Madinah. Udara yang dingin dan peralatan seadanya, membuat mereka harus menahan lapar. Apalagi persediaan makanan mereka tidak banyak. Seorang sahabat bernama Jabir bin Abdullah RA tidak tega melihat Rasulullah SAW yang perutnya diganjal dengan batu untuk menahan rasa lapar karena tidak makan. Akhirnya Jabir RA minta ijin kepada Rasulullah SAW untuk pulang ke rumah sejenak dan Rasulullah SAW pun mengijinkan ia pulang.

Sampai di rumah, Jabir RA bertanya kepada istrinya adakah sesuatu yang bisa dimakan di rumah, karena dia tidak tega melihat Rasulullah SAW lapar. Istrinya berkata bahwa persediaan makanan mereka tinggal 2,5 kg gandum dan 1 ekor anak kambing untuk makanan mereka beberapa hari ke depan. Jabir RA pun meminta istrinya untuk membuat roti dan ia menyembelih kambing satu-satunya itu untuk dimasak. Jabir RA ingin mengundang Rasulullah SAW makan di rumahnya. Istrinya pun setuju, dan mengatakan bisa mengundang teman dekat Rasulullah SAW 2, 3, atau 4 orang.

Jabir bin Abdullah RA kembali ke Khondaq dan mendekati Rasulullah SAW bermaksud untuk mengundang beliau bersama 2 atau 4 orang lain untuk makan di rumahnya. Rasulullah SAW menanyakan kepada Jabir RA apa yang istrinya siapkan. Jabir RA menyebutkan 1 ekor anak kambing dan sedikit roti yang cukup untuk Rasulullah SAW makan dan sahabat lain 2 sampai 4 orang saja. Rasulullah SAW tanpa diduga, mengundang semua sahabat yang kelaparan berjumlah 1000 orang untuk datang ke rumah Jabir RA untuk makan. Jabir RA pun terkejut. Bagaimana mungkin masakan istrinya dapat mencukupi isi perut 1000 orang yang sudah beberapa hari belum makan? Rasulullah SAW berkata kepada Jabir RA untuk menyampaikan pesan kepada istrinya, agar tidak menyentuh masakannya hingga Rasulullah SAW datang ke rumah mereka. Beliau juga berpesan untuk memanggil beberapa orang wanita yang biasa membuat roti untuk datang membantu istri Jabir RA di rumah. Jabir RA dan istrinya pun patuh kepada apa yang sudah dipesankan Rasulullah SAW kepada mereka.

Setelah sampai di rumah Jabir RA, Rasulullah SAW masuk ke rumahnya dan beliau sendiri yang membagi roti dan semangkuk kambing yang sudah dimasak, kepada 1000 orang para sahabat hingga semua kebagian dan merasa kenyang. Bahkan makanan yang ada masih sisa banyak. Tidak hanya cukup untuk keluarganya, beliau menyuruh Jabir RA dan istrinya untuk membagi-bagikan makanan tersebut ke tetangga-tetangga yang kelaparan.

Rumah Jabir bin Abdullah RA kini sudah menjadi masjid.

Kini rumah sahabat Jabir bin Abdullah RA sudah dijadikan masjid di Madinah. Keberkahan makanan yang disediakan oleh sang istri dengan ikhlas dan doa Rasulullah SAW kepada Allah SWT yang telah menurunkan mukjizat untuk memperbanyak makanan di saat Perang Khondaq dapat menjadi pelajaran buat kita semua. Kepatuhan Jabir RA dan istri kepada rasulnya, ketidakkhawatiran mereka kekurangan persediaan makanan bagi keluarganya di hari-hari ke depan tentulah karena keyakinan kuat bahwa Allah SWT akan mencukupkan rezeki dan tidak akan menyengsarakan hambaNya.

Zubair bin Awwam RA

Zubair bin Awwam RA adalah keponakan dari Khadijah RA istri Rasulullah SAW, dan anak dari bibi Rasulullah SAW Shafiyyah bint Abdul Muthalib. Nama lengkapnya adalah Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab al-Qurasyi al-Asadi. Ia merupakan sahabat Rasulullah SAW dan termasuk 10 orang yang dijamin masuk surga. Zubair masuk Islam ketika usianya masih 15 tahun. Ia dididik oleh ibunya menjadi seorang laki-laki tangguh, karena ayahnya meninggal saat dia masih kecil. Zubair bin Awwam RA termasuk orang pertama yang menghunuskan pedangnya di jalan Allah.

Abu Bakar Siddiq RA kagum dengan keteguhan Zubair bin Awwam akan iman Islamnya. Abu Bakar RA kemudian menawarkan putrinya Asma RA kepada Zubair RA. Zubair bin Awwam RA pernah hijrah ke Abysinia sebelum hijrah ke Madinah. Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Asma bint Abu Bakar RA sedang hamil 9 bulan. Asma RA pun melahirkan putra pertamanya di Quba, dan diberi nama Abdullah bin Zubair RA, yang kelak berjuang bersama Rasulullah SAW dalam perang Uhud, sebagai pemimpin kaum pemanah.

Zubair bin Awwam RA dikenal dengan sebutan hawari (sahabat setia) Rasulullah SAW. Zubair RA selalu ikut berjuang bersama Rasulullah SAW dalam membela Islam. Zubair pun tidak hanya menyedekahkan nyawanya demi perjuangan Islam tetapi juga seluruh hartanya. Urwah bin Zubair RA adalah salah satu putra dari Zubair RA yang meneruskan kedermawanan ayahnya dengan selalu membagi-bagikan kurma dari kebun kurmanya. Zubair bin Awwam RA terbunuh akibat perang fitnah yang memecah belah kaum Muslimin dan wafat di usia 66 atau 67 tahun.

Rumah dan kebun kurma Zubair bin Awwam

 

Tanah bekas kebun kurma Zubair bin Awwam RA

 

Wallahu A’lam

Sumber:

History of Madinah Munawwarah oleh Shaikh Safiur Rahman Mubarakpuri