Catatan Perjalanan di Madinah (3): Masjid Jumat dan Nabawi

Setelah meninggalkan penduduk di Quba dan Banu Amr bin Auf di Hari Jumat 12 Rabiul Awal, Rasulullah SAW menuju Madinah dan tinggal di Kota Madinah. Penduduk Madinah berebut ingin agar Rasulullah SAW tinggal di rumah mereka.

Beliau berada di sekitar tempat Banu Salim bin Auf ketika tiba waktu salat Jumat. Nabi Muhammad SAW memimpin salat Jumat di tempat itu dengan jamaah sekitar 100 orang. Ini merupakan salat Jumat Rasulullah SAW yang pertama di Madinah dan merupakan khotbah yang pertama disampaikan. Oleh karena itu di tempat itu dibangunlah masjid yang kini diberi nama Masjid Jumat atau Masjid Bani Salim, Masjid Al-Wadi, Masjid Al-Ghubaib, atau disebut Masjid ‘Atikah.

Setelah melaksanakan salat Jumat berjamaah, Banu Salim bin Auf menawari Rasulullah SAW menginap di rumahnya. Orang-orang dari kelompok lain pun menawarkan hal yang sama kepada Rasulullah SAW. Untuk menghindari perselisihan antar kaumnya, Rasulullah SAW akhirnya berkata kepada semua, “Biarkan dia (unta yang dikendarainya) berjalan. Dia sudah dipandu oleh Allah SWT. Aku akan berhenti di mana unta ini duduk.” Dan di situlah Rasulullah SAW akan tinggal.

Kaum Anshar dan Muhajirin mengikuti ke mana unta itu pergi. Akhirnya unta yang dikendarai Rasulullah SAW berhenti di tempat yang jarang penduduknya. Dekat dengan tanah kosong ini tinggal Abu Ayub Khalid bin Zaid Ansari RA. Betapa bahagianya Abu Ayub mendapat kehormatan ini. Dia membantu mengambil seluruh barang yang dibawa Rasulullah SAW ke rumahnya.

Masjid Nabawi

Tanah kosong itu ternyata miliki 2 anak yatim yaitu Sahl dan Suhail. Tanah itu ditumbuhi beberapa pohon kurma, kuburan orang politeis, dan area untuk menggembala ternak. Rasulullah SAW kemudian membeli tanah milik anak yatim tersebut melalui walinya Mu’adh bin Afra.

Dengan perintah Rasulullah SAW, pohon kurma ditebang, kuburan dipindahkan, masjid pun dibangun. Nabi SAW sendiri yang ikut membangun masjidnya. Dindingnya dibangun dengan batu dan tanah liat, atapnya dari kayu dan daun pohon kurma.

Selama masjid dan rumah beliau dibangun, Rasulullah SAW tinggal bersama Abu Ayub Ansari RA sebagai tamu. Rasulullah SAW tinggal di rumah Abu Ayub Ansari RA selama 6 bulan beberapa hari. Rasulullah SAW masih tinggal di rumah tersebut ketika beliau mengirim Zaid bin Harithah dan Abu Rafi RA untuk menjemput Fatimah, Umm Kulthum, Saudah bint Zam’ah, Usamah bin Zaid dan ibunya Umm Aiman RA. Abdullah bin Abu Bakar RA bersama dengan saudara-saudaranya pun menemani mereka. Setelah semua berkumpul, Rasulullah SAW lalu pindah ke rumah yang baru dibangunnya.

Abu Ayub Ansari RA meninggal syahid dalam penaklukan Constantinopel di zaman khalifah Mu’awiyah 48H. Kemudian Abu Ayub dimakamkan di Istanbul, Turki.

Masjid yang kini disebut Masjid Nabawi ini tidak ada perubahan hingga khalifah Umar RA. Semasa Umar RA, Masjid Nabawi diperluas untuk kali pertama. Khalifah Usman bin Affan RA memperkuatnya. Dan pada masa Walid bin Abdul Malik, masjid diperluas hingga rumah istri-istri Nabi SAW. Mamun Rashid Abbasi kemudian memperindah Masjid Nabawi.

Ibn Umar RA berkata, dari Rasulullah SAW: ‘Salat di masjidku ini lebih baik sebanyak seribu sholat dibanding di masjid lain kecuali Tempat Suci (Mekah).” (Hadits Bukhari 1190 dan Muslim 1394).

Al-Bazzar dan At Tabarani menyebutkan hadis Abud-Darda, “Salat di Masjid Suci (Mekah) sama dengan seratus ribu salat, dan salat di masjidku sama dengan seribu salat dan salat di Baitul Maqdis sama dengan lima ratus salat.” (Majma’uz Zawa’id 4/7).

 

 

Sumber:
The History of Islam vol. one oleh Akbar Shah Najeebabadi
History of Madinah Munawwarah oleh Shaikh Safiur Rahman Mubarakpuri