Dosa yang Menyerpih

Desau angin menyapa rimbun dedaunan
Seiring desah nafas menahan isak,
Tepekur dalam keheningan malam…
Di balik doa-doa yang terus merajuk
Di dalam dosa-dosa yang kian menyerpih

Surga-Mu menghias imaji sebagai final ladang amal
Namun neraka-Mu mengaduk-aduk segala khilaf
Hingga kuterjerembab dalam kubangan antara Surga dan Neraka

Manakah jalan yang akan kutempuh?
Ke arah manakah tujuan itu?

Jika hanya pahala yang kucari,
berjuta kebaikan tinggal kukejar,
maka surga-Mu kan kuperoleh

Jika dosa yang kukehendaki, tinggal kuikuti langkah syetan,
karena akses ke arahnya begitu mudah dan cepat,
maka neraka-Mu kan membukakan pintunya

Namun apakah aku pantas dan layak memasuki surga-Mu itu
Karena amal kebaikan ini tak lebih banyak dari butiran dosa
yang melebur dalam tawa,
dalam canda,
dalam kata,
dan juga dalam imanku…
Meski hanya sepercik
Meski hanya senoktah
yang hanya ditutupi selaput kabut tipis bernama kemunafikan

Neraka-Mu seakan mengintaiku tiada henti,
Mengajak untuk mencicipi kilauan apinya…
Menggoda lewat alam bawah sadar hingga mencapai derajat kesadaranku
Padahal aku begitu takut akan murka-Mu

Mampukah aku menepis semua itu
Meletakkannya pada strata di bawah pencapaian utamaku?
Di bawah nikmatku,
Di bawah syukurku,
Di bawah penghambaanku,
Di bawah pengharapan akan Ridho-Mu

Akankah Kau tunjukkan ayat-ayat itu padaku,
bahwa aku telah semakin dekat dengan-Mu
Menikmati indahnya bersama wujud-Mu
Yaaa…
Aku akan setia menunggunya
dengan madah dalam untaian tasbihku

Dan aku…
Aku akan terus merajuk pada-Mu…
Memanggil-Mu di setiap wiridku
Di balik dosa-dosaku yang kian hari
terasa kian menyerpih di sana sini…

***
Kota Ummu Hawa,
23 September 2010