Mengapa Kita Tidak Bisa Merdeka di Tanah Kita Sendiri?…

IMG_0243
Menapak dalam kegelapan siang Palangkaraya, Kalimantan

 

Ayah…
Mengapa dunia ini gelap
Padahal ini kan siang hari?
Aku ingin bermain bersama teman-teman
Aku ingin bisa bermain bola
Bermain layang-layang
Berlari-lari bebas ke sana ke mari
Tapi sekarang, rasanya aku hanya bisa berjalan
Dengan tertatih-tatih
Saat melewati jembatan kayu itu
Aku takut jatuh, Ayah…

Ibu…
Mengapa dadaku sesak?
Susah sekali aku untuk bernafas
Lihat itu…
Mengapa banyak asap di sekelilingku?
Aaah… Mereka…
Mereka membakar hutan kita yang hijau itu, Bu !
Mengapa mereka membakar hutan kita, Bu?…
Apakah harus dengan cara membakar?
Bukankah mereka adalah orang-orang pintar
Berilmu?…
Tapi di mana ilmu mereka, Bu?…

Sekarang tak nampak lagi pemandangan indah yang biasa aku lihat
Semuanya jadi samar, berkabut, dan gelap
Mataku juga perih…
Pedih…

Di mana aku bisa menghirup udara bersih, Bu?…
Aku perlu oksigen, Buu…

Aku berada di mana ini, Yah?
Aku berada di mana ini, Bu?
Di negara tercinta ku kah?…
Atau di negara yang dholim?..
Yang haus akan kekuasaaan
Yang haus dengan kekayaan
Bukankah negeri kita sudah kaya?…
Bukankah kita tinggal mengolahnya dengan baik dan benar?

Lalu, mengapa harus ada penderitaan?
Penderitaan yang dibuat oleh tangan-tangan manusia
Yang kini bergelar “munafik”
Seperti yang pernah aku dengar dari ustadz Arif di surau
Karena mereka sudah berbuat kerusakan di muka bumi
Tapi mereka membantah dan berdalih
Bahwa ini demi kebaikan
Kebaikan yang mana?…
Kebaikan seperti apa?…
Dan untuk siapa?…

Membuat cukong-cukong itu semakin jumawa?
Membuat yang kaya semakin kaya?
Atau menjual harga diri bangsa ini ke mereka?
Dengan memberi banyak tumbal?
Seperti diri kami ini yang masih kecil?..
Seperti bayi-bayi yang sekarang sekarat
Lalu terkapar tak bernyawa itu?…

Ayah…
Ibu…
Aku lapar…
Aaah.. ternyata keadaan kalian pun sama denganku
Kalian bahkan tak mampu bekerja
Di samping usia kalian yang juga semakin senja
Asap-asap itu mengepung kami
Membelenggu dan memenjarakan kami
Penyakit merajalela akibat paparan asap ini
Air, makanan, udara, semua terkena dampaknya
Kulitku juga sudah mulai gatal-gatal

Kemana para penguasa negeri ini?!
Tak takutkah mereka saat di pengadilan Allah nanti?…
Saat dimintai pertanggungjawaban atas negeri yang mereka pimpin
Atas wilayah yang mereka sakiti
Mengapa kita tidak bisa merdeka di tanah kita sendiri,
Yah… Bu ???…

Aku cinta negeri ku, Bu..
Bukankah itu sebagian dari iman?
Apakah mereka juga cinta negeri kita ini, Bu?
Tapi, mengapa mereka gadaikan iman mereka?
Demi keserakahan
Demi pundi-pundi

Oh, apakah nanti kami juga bisa menjadi kaya seperti mereka, Yah?..
Bisa punya rumah mewah
Makanan yang banyak
Taman tempat kami bermain
Pekerjaan mapan buat ayah dan ibu
Tapi aku sangsi, Yah..
Karena memberi udara yang gratis saja,
mereka tak mampu
Apalagi dengan memberi tabung-tabung oksigen untuk kami

A y a h…
I b u…
Mataku mulai berkunang-kunang
Pengelihatanku kabur…
Nafasku…
Nafas..kuu…
Se..sak…
Se…saaaaaaak….
Aaaaakkhhhh…..

***

Jeddah, 26 Oktober 2015