Munajatku

Denting malam menggugahku
Menyapa lelapku, dan menghalau heningnya
“Tak inginkah kau bercinta dengan-Nya?”
Ia rindu kau datangi
Ia rindu permohonanmu
Yang terlahir dari beningnya hatimu

Tak perlu kau ragu jika seolah Ia tak peduli
Tak perlu takut jika seakan Ia tak mendengar,
Doa-doa yang kerap engkau panjatkan
Karena Ia lebih tahu apa yang terbaik buatmu

Ia selalu mendekapmu bahkan di saat engkau lengah
Ia selalu menemanimu bahkan di saat engkau menjauh
Ia kerap mengajakmu berbicara bahkan di saat kau terlena dengan duniamu
Ia tak pernah jauh darimu, sungguh!
Bahkan begitu dekat…
Dekat…
Dan teramat dekat
Menggenggam hatimu,
Memeluk dirimu…
Dan mencium lembut ketulusanmu

Tidakkah kau rasakan itu?…
Desir-desir halus yang menyentuh kalbumu
Membelainya , menentramkan, dan lalu menenangkan jiwamu
Dengan Cinta-Nya
Dengan Lathiif-Nya

Bukan…
Bukan Ia tak ingin mewujudkan mimpimu
Bukan Ia tak sanggup mengabulkan semua keinginanmu
Karena itu semua teramat mudah bagi-Nya

Namun jauh di balik itu…
Karena Ia begitu menikmati munajat-munajatmu
Hingga Ia berkata kepada para malaikat yang mengelilingi dirimu :
“Biarkan… Karena Aku menyukai doa-doanya yang dipanjatkannya untuk-Ku…”*

Allaahu Akbaar…
Allaahu Akbaar…
Allaahu Akbaar…

Masih sanggupkah aku berpaling dari-Mu?…
Masih layakkah aku mendapatkan nikmat anugerah-Mu?…
Jika doa-doa sederhanaku ini bisa membuat-Mu menahan
Semua egoku
Semua nafsu duniawiku
Yang teramat mendikte-Mu

Oooh…
Begitu culasnya aku…
Begitu naifnya aku…
Bukankah cukup Engkau saja bagiku?…
Bukankah hidup dan matiku hanya untuk Engkau semata?…
Itu janjiku pada-Mu yang kerap aku ucapkan

Lantas mengapa aku hinakan diriku sendiri
Dengan seluruh angan-angan kosongku ini?…
Jika ternyata Ia masih mau mendengar
Kalimat-kalimat yang terbaik yang mungkin aku ucapkan
Jika Ia masih memilih pujian-pujian tulus
Yang aku hantarkan
Sebagai sebuah keindahan yang telah membuat-Nya terpana
Tanpa pernah aku insafi dalam syukurku

Rabbi…
Aku jatuh hati lagi pada-Mu
Untuk yang kesekian kalinya
Yang membuatku semakin malu…
Malu…
Dan malu pada-Mu…

***
Makkah, malam 10 akhir Ramadhan 1437 H

*Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa Allah bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, apakah hamba-Ku berdo’a kepada-Ku?” Jibril menjawab, “Ya”. Allah bertanya lagi, “Apakah ia mengiba kepada-Ku dalam meminta?” Jibril menjawab, “Ya”. Maka Allah berfirman, “Wahai Jibril, tangguhkanlah (pengabulan) permintaan hamba-Ku, sebab Aku suka mendengar suaranya”

2 komentar untuk “Munajatku”

Komentar ditutup.