Sholat Jum’at di Masjid Tokyo Çamii

Sebagai salah satu negara yang mayoritas penduduknya bukan Islam, Jepang cukup banyak memiliki masjid. Dari puluhan masjid itu, ada satu yang menjadi masjid terbesar bagi umat muslim Jepang, yakni Tokyo Çamii atau dikenal dengan masjid Turkey/ Masjid Tokyo, sebuah masjid dengan pusat kebudayaan Turki yang berada di Distrik Ōyama-chō di daerah Shibuya di Tokyo, Jepang. Çamii diambil dari Bahasa Arab Jami’ (berkumpul). Masjid ini menjadi penanda kedekatan hubungan Turki dan Jepang, sekaligus menjadi salah satu simbol eksistensi Islam di Jepang. Masya Allah.

Mesjid Çamii Tokyo

Sholat Jum’at yang dilaksanakan di masjid adalah idaman dan kewajiban bagi  muslim, khususnya laki-laki, di negara manapun dia berada.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allâh dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. [al-Jumu’ah/62:9].

Jum’at lalu, untuk kedua kalinya kamipun diberi kesempatan untuk sholat di sana. Perjalanan dari tempat tinggal kami di Mitaka menuju Yoyogi Uehara,  dimana mesjid Çamii berada,  ditempuh dalam waktu 45 menit dengan  berganti kereta  di Shinjuku. Mitaka –>Shinjuku –>Yoyogi Uehara. Dari stasiun Yoyogi Uehara ke masjid hanya menyusuri jalan menanjak sampai ujung jalan, kemudian belok ke kanan. Dari situ sudah bisa melihat kubah masjid dengan jelas. Kira-kira 10 menit berjalan kaki.

Masjid Tokyo Çamii merupakan sebuah bangunan menjulang tinggi dengan menara dan kubah yang mengesankan sehingga membuatnya sebagai karya arsitektur paling menonjol di sekitarnya. Masjid itu mampu menampung hingga 1.200 jama’ah.

Mesjid Çamii’ Tokyo dari sebrang jalan saat daun telah gugur

Dekorasi bagian dalam masjid begitu indah. Kubah yang dihiasi kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an juga dinding-dinding masjid bahkan lampu gantung pun bertuliskan kaligrafi ayat-ayat suci Al-Qur’an. Mimbarnya juga indah, tinggi bertangga sehingga kami dapat melihat khotibnya dari lantai atas. Di dalam masjid ini seakan berada di kurun waktu kerajaan Ottoman (Usmaniyah).  Serasa berada di Turki.

Masjid ini berada di lantai atas, dan untuk memasuki ruang masjid, kami harus melalui tangga yang berada di pinggir masjid, begitu juga untuk  tempat wudhunya. Pintu utama diberikan khusus untuk laki-laki, sedangkan pintu kecil dikhususkan untuk wanita. Melalui pintu itu, ada tangga memutar menuju ke mushola wanita. Memang tidak luas tapi cukup untuk 4 shaf.

Khutbah Jum’at di masjid Çamii menggunakan 3 bahasa. Pertama khutbah dengan Bahasa Jepang, khotibnya orang Jepang dan khutbahnya di depan jama’ah bukan di mimbar. Kemudian khutbah dengan Bahasa Turki dan terakhir khutbah dengan Bahasa Inggris. Masing- masing khutbah sekitar 10 sampai 15  menit.  Khotibnya adalah orang Turki dan berdiri di mimbar dengan menghadap ke jama’ah. Dan ditutup dengan doa dan shalawat dalam Bahasa Arab dengan mengangkat kedua tangan, berdoa dengan menghadap kiblat, atau membelakangi jama’ah saat berdoa. Nah ini sepertinya di negara lain, kalau berdoa tetap menghadap jama’ah ya.

Allahumma Shalli wa sallim ‘ala nabiyyina Muhammad wa ala aalihi wa ashabihi wa sallimi tasliman kathiiran.

Mimbar

Di lantai dasar, di sebelah tangga luar sebelum naik ke masjid, ada sebuah pintu untuk memasuki ruangan luas yang biasa dipakai untuk acara-acara lain seperti konferensi, pameran, penerimaan zakat/zakat fitrah pada akhir bulan puasa. Ruangan itu juga sering digunakan  untuk penyelenggaraan pernikahan muslim serta menerima penerbitan sertifikat nikah dengan syarat- syarat yang telah ditetapkan.

Setiap Hari Jum’at, pengurus membagikan makanan gratis kepada jama’ah di ruang bawah masjid. Jum’at lalu ketika saya hadir, makanan yang disediakan berupa white beans (kacang buncis) yang dimasak dengan tomat, makanan khas Turki. Walaupun seluruh jama’ah boleh mencicipi hidangan, namun saya  tidak ikut mengambilnya.

Masjid ini terbuka untuk umum, menjadi tempat alternatif untuk mempelajari agama Islam bagi siapapun.  Kini setiap hari masjid ini dikunjungi oleh ratusan orang-orang asli Jepang, sehingga kehadirannya memberikan kontribusi bagi hubungan antara Jepang dan Turki yang sudah terjalin sejak berabad-abad lamanya.

Ada yang menarik saat mendengar khutbah, mata ini tertuju pada dinding  di lantai atas khusus wanita, di situ tertempel kertas dalam Bahasa Melayu/ Indonesia  bertuliskan : “Dilarang makan/minum/tidur di sini. Sila makan/minum di tingkat 1”.

Membaca tulisan ini, ada dua persepsi. Pertama:  jama’ah Indonesia, Malaysia banyak yang  berkunjung/ sholat ke masjid Çamii. Kedua: apakah orang Indonesia dan Malaysia (Melayu) suka bawa makanan atau makan di dalam masjid, atau tidur di situ sampai ditulis larangan untuk makan, minum/tidur di dalam masjid dalam Bahasa Melayu.  Soalnya tidak ada larangan dalam bahasa lain yang ditempel di dinding he..he. Kita positif thinking saja ya, ambil persepsi pertama. #senyum

Berbagai warga negara dapat ditemui di masjid ini saat sholat Jum’at. Bahagianya muslimin dan muslimat berkumpul bersama dalam Baitullah. Alhamdulillah bini’matihi tatimmusshalihaat.