Berdamai dengan Keadaan di Kala PPKM Darurat

Gelombang kedua Covid-19 di Indonesia mulai terasa sejak akhir Juni 2021. Berbagai daerah mengalami lonjakan kasus positif Covid-19. Tak terkecuali di Solo, kampung halaman dan tempat tinggal saya saat ini.

Suara raungan sirine ambulans lebih sering terdengar. Suatu sore di akhir Juni lalu, ketika sedang menunggu jemputan, saya duduk di depan kompleks pertokoan tempat saya menjalankan usaha sambil memandang jalanan. Belum ada lima menit saya duduk di situ, sudah empat ambulans lewat mengangkut pasien Covid-19.

Sepanjang perjalanan pulang, saya berpapasan lagi dengan beberapa ambulans dengan sirine meraung dengan tempo cepat, tanda mereka membawa pasien gawat darurat. Tampak sopir yang didampingi tenaga kesehatan di bangku depan ambulans mengenakan baju hazmat.

Melihat kejadian hari itu saya berpikir kondisi Solo tidak baik-baik saja. Sejumlah kampung ada yang di lockdown, semua akses jalan keluar masuk kampung ditutup dengan penjagaan aparat. Tetangga saya pun ada yang sekeluarga positif  Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri di rumah.  

Hanya beberapa hari setelah kejadian hari itu, berita mengenai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang meluas ke banyak daerah di Jawa mencuat. Lalu di awal Juli pemerintah memutuskan pemberlakuan PPKM Darurat di 122 kota/kabupaten yang mengalami situasi Pandemi level 4 dan level 3 di Jawa dan Bali. Salah satunya Solo.

Saya berpikir PPKM kali ini pasti akan berdampak pada usaha saya. Setelah membaca Surat Edaran Walikota, saya yakin kompleks toko saya pasti akan ditutup. Dan benar saja, dua hari kemudian manajemen kompleks pertokoan saya mengumumkan penutupan kompleks mulai 3-20 Juli. Penutupan tersebut baru diumumkan pada 3 Juli pagi dan semua toko yang ingin mengangkut stok barang dagangan hanya diberikan waktu hari ini dan besoknya.

Kompleks BTC, salah satu kompleks perdagangan sandang di Solo, yang ditutup selama PPKM Darurat, 3-20 Juli 2021

Situasi penutupan kompleks toko seperti ini pernah terjadi tahun lalu, pada awal masa Pandemi, karena karyawan salah satu toko positif Covid-19. Namun saat itu penutup hanya berlangsung sepekan. Berkaca pada pengalaman sebelumnya, saya mencoba setenang mungkin menghadapi kondisi ini.

Saya dan suami berkoordinasi untuk mengangkut barang dagangan dibawa ke rumah agar bisa tetap berjualan. Hanya setengah barang toko yang saya angkut ke rumah Demi keamanan bersama, saya memutuskan hanya melayani penjualan di rumah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan pengiriman barang melalui jasa ekspedisi.

Saat pengambilan barang di rumah pun saya hanya melayani di depan pintu, jadi begitu pembeli datang saya membukakan pintu lalu langsung memberikan barang yang sudah dipesan sebelumnya melalui pesan WhatsApp. Sementara toko-toko lain juga tetap berjualan dengan cara mereka masing-masing.

Situasi sepi di food court salah satu mal di Kota Solo saat PPKM Darurat 3-20 Juli 2021.
Suasana lengang di salah satu mal di jantung Kota Solo

Beberapa hari setelah penutupan berbagai pusat perdagangan non essensial, pemerintah kota memberlakukan penutupan sejumlah ruas jalan utama di Solo.  Kebijakan susulan selanjutnya menutup lebih banyak ruas jalan. Solo terasa berbeda, jalanan menjadi begitu lengang, toko-toko banyak yang tutup, semua mall di Solo menggelap karena banyak tenant  tutup.

Penutupan jalan utama di Solo, Jl Slamet Riyadi
Kawasan bisnis Coyudan yang biasanya ramai di malam hari tampak lengang

Satgas Covid-19 memperketat pengawasan. Warung dan rumah makan hanya diperbolehkan menerima pesanan untuk dibawa pulang. Pelaku usaha kuliner tak mau ambil resiko denda Rp 5 juta jika mengizinkan pembeli makan di tempat.

Kebijakan ini bagi pedagang makanan jelas tidak menguntungkan, pendapatan mereka menurun drastis. “Sepi mbak tapi mau gimana lagi. Kalau nekat terima pembeli makan di sini nanti kena denda,” ujar penjual bakmi terkenal di kawasan Kampung Baru yang biasanya sangat ramai pembeli.

Kami pun saling menguatkan dan menyemangati karena saya pun mengalami hal sama. Semua pedagang pasti mengalami masa surut sepanjang PPKM Darurat ini. Saya mencoba berdamai dengan keadaan begitu PPKM Darurat diberlakukan di Solo. Mengambil sisi positif dari situasi ini karena hanya itu yang bisa dilakukan agar imunitas tubuh tetap terjaga.

Warung Bakmi Pak Dul hanya melayani pesanan untuk dibawa pulang selama PPKM

Situasinya memang tidak mengenakkan bagi semua pihak, bukan hanya di sektor ekonomi. Di sektor pendidikan pun mengalami pukulan mundur. Anak saya yang sedianya menjalani pembelajaran tatap muka di pertengahan Juli akhirnya urung. Bahkan untuk pengambilan modul pembelajaran menunggu masa PPKM berakhir.

Salah satu masjid tua di Solo, Al Wustho, ditutup untuk umum selama PPKM Darurat

Tempat ibadah juga banyak yang tutup. Di masjid yang ditutup masih ada salat wajib jamaah namun dilakukan dengan senyap dan hanya untuk  warga sekitar masjid. Warga disarankan menjalankan ibadah di rumah masing-masing.

Di saat seperti ini, semua orang pasti berharap yang sama, Pandemi Covid-19 berakhir. Kehidupan bisa normal kembali. Namun selama Pandemi masih berlangsung, kita semua mau tidak mau harus berdamai dengan keadaan dan terus berihtiar dengan menerapkan protokol kesehatan di setiap aktivitas. Keep strong, stay safe and healthy teman-teman semua. Bumi lekaslah membaik.